• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Teknik Analisis Data

5. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran DLPS (Double Loop

Problem Solving) ditinjau dari Kemampuan Verbal Siswa terhadap

Kemampuan Literasi Matematis Siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Pada bagian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kelima yaitu apakah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal siswa terhadap kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Kec. Gantarang Kab. Bulukumba. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik inferensial. Untuk melakukan analisis statistik inferensial dalam menguji hipotesis, maka diperlukan pengujian dasar meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Namun sebelum sampai pada rumusan masalah yang kelima ini, pada rumusan masalah ketiga dan keempat telah dilakukan uji normalitas dan homogentitas, maka dapat dipastikan bahwa data yang akan digunakan sudah normal dan homogen. Pada uji ini digunakan teknik analisis varians (ANOVA).

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika Fhitung ο€ΎFtabel, maka H0 ditolak

Jika Fhitungο‚£Ftabel, maka H0 diterima

H0 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double

Loop Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal siswa terhadap

kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

H1: Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double Loop

Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal siswa terhadap

kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

Tabel 4.8 Uji Hipotesis 3

Between-Subjects Factors Value Label N KELAS 1 KELAS KONTROL 25 2 KELAS EKSPERIMEN 23

KEMAMPUAN VERBAL 1 RENDAH 4

2 SEDANG 38

3 TINGGI 6

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:NILAI

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 5540.868a 5 1108.174 134.475 .000 Intercept 119340.446 1 119340.446 1.448E4 .000 x 2184.605 1 2184.605 265.098 .000 z 22.339 2 11.169 1.355 .269 x * z 27.277 2 13.639 1.655 .203 Error 346.111 42 8.241 Total 290325.000 48 Corrected Total 5886.979 47

Berdasarkan tabel di atas, karena Fhitung = 1,655 ≀ Ftabel = 4,05 dan nilai

Sig. < 𝛼 = 0,203 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal terhadap kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab.

Bulukumba, sehingga H0 diterima.

B. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang telah diperoleh. Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan

desain penelitian yang digunakan adalah design factorial 3 Γ— 2, yaitu eksperimen

yang dilaksanakan pada dua kelompok. Penelitian ini dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan yang berbeda kepada dua kelompok, yaitu pada kelas eksperimen (kelas VIII B) diajar dengan menggunakan model pembelajaran DLPS dan pada kelas kontrol (kelas VIII A) diajar dengan menggunakan model konvensional, untuk mengetahui kemampuan literasi matematis siswa jika ditinjau dari kemampuan verbal siswa. Tes kemampuan literasi matematis siswa pada mata pelajaran matematika diberikan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Bentuk essay tes masing-masing sebanyak 6 nomor dan untuk kemampuan verbal siswa digunakan angket minat belajar masing-masing 24

pernyataan.

1. Deskripsi Kemampuan Literasi Matematis Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Nilai pre test pada kelas eksperimen mempunyai skor maksimum 63 dan skor minimum 46 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 50,70 dengan standar deviasi 3,336 dengan kategorisasi tingkat kemampuan literasi matematis yaitu, 1 orang dengan kategori tinggi, 21 orang dengan kategori sedang, dan 1 orang

dengan kategori rendah. Sedangkan nilai postest pada kelas eksperimen mempunyai skor maksimum 94 dan skor minimum 79 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 88,13 dengan standar deviasi 2,897 dengan kategorisasi tingkat kemampuan literasi matematis yaitu, 3 orang dengan kategori tinggi, 18 orang dengan kategori sedang, dan 2 orang dengan kategori rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh pre test dan post test yaitu 50,70 dan 88,13 maka dapat disimpulkan bahwa gambaran awal tingkat kemampuan literasi matematis pada kelas eksperimen ini berada pada kategori sedang.

Nilai pre test pada kelas kontrol mempunyai skor maksimum 62 dan skor minimum 45 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 49,52 dengan standar deviasi 3,229 dengan kategorisasi tingkat kemampuan literasi matematis yaitu, 3 orang dengan kategori tinggi, 21 orang dengan kategori sedang, dan 1 orang dengan kategori rendah. Sedangkan nilai postest pada kelas kontrol mempunyai skor maksimum 78 dan skor minimum 62 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 66,72 dengan standar deviasi 2,965 dengan kategorisasi tingkat kemampuan literasi matematis yaitu, 1 orang dengan kategori tinggi, 23 orang dengan kategori sedang, dan 1 orang dengan kategori rendah.

Dengan mengacu pada nilai rata-rata yang diperoleh pre test dan post test yaitu 46,52 dan 66,72 maka dapat disimpulkan bahwa gambaran awal tingkat kemampuan literasi matematis pada kelas kontrol ini berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil deskripsi kemampuan literasi matematis siswa yang telah dijabarkan, peneliti menyimpulkan bahwa hasil tersebut sejalan dengan kondisi selama proses pembelajaran berlangsung. Dimana dalam pelaksanaan penelitiain masih ada faktor yang berasal dari peserta didik itu sendiri misalnya kebanyakan bermain dan bercerita dengan teman kelompoknya. Berdasarkan realitanya faktor-faktor ini selama penelitian berlangsung sangat berpengaruh

sebab jika kondisi kelas gaduh atau ribut artinya peneliti tidak dapat menerapkan model pembelajaran dengan baik begitu juga dengan penyampaian materi tidak akan maksimal.

2. Deskripsi Kemampuan Verbal Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Berdasarkan kalkulasi angket, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai minimum 45 dan nilai maksimum 83, dengan standar deviasi 8,542 dan memiliki nilai rata-rata 63,65 dari 23 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan verbal yang berbeda, di antaranya 3 orang berkategori tinggi, 18 orang berkategori sedang, dan 2 orang berkategori rendah. Berdasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas ekperimen yaitu 63,65 menandakan bahwa tingkat kemampuan verbal siswa berada pada kategori sedang.

Pada kelas kontrol diperoleh nilai minimum 45 dan nilai maksimum 83, dengan standar deviasi 8,050 dan memiliki nilai rata-rata 62,16 dari 25 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan verbal yang berbeda, di antaranya 3 orang berkategori tinggi, 20 orang berkategori sedang, dan 2 orang berkategori rendah. Berdasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol yaitu 62,16 menandakan bahwa tingkat kemampuan verbal siswa berada pada kategori sedang.

Berdasarkan hasil deskripsi kemampuan verbal siswa yang telah dijabarkan, peneliti menyimpulkan bahwa hasil tersebut sejalan dengan kondisi selama proses siswa menjawab angket kemampuan verbal. Berdasarkan kondisi siswa menjawab angket, masih saja siswa ribut dan saling bertanya pilihan dari teman yang lain, sehingga siswa belum jujur dalam menjawab angket tersebut.

3. Perbedaan Kemampuan Literasi Matematis Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dan Model Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Pada bagian ini digunakan untuk membahas hipotesis yang pertama berdasarkan data pre test dan post test siswa yang diperoleh dari tes kemampuan literasi matematis siswa diperoleh hasil perhitungan analisis uji beda dua rata-rata yaitu nilai t hitung sebesar -25,268 sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 1 dan derajat kebebasan (dk) penyebut 46 pada taraf

signifikan 0,05 adalah 2,013, sehingga |π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”| > π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ dan nilai signifikan lebih

kecil dari taraf signifikan = (0,000 < 0,05), dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga hipotesis menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran DLPS dan model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

Hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Lucky Heriyanti Jufri dengan

judul β€œ Penerapan Double Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan

Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas VIII SMPN 27

Bandung β€œ memperoleh hasil bahwa kelas dengan menerapkan Double Loop Problem Solving secara signifikan meningkat dalam hal literasi matematis

dibandingkan dengan kelas yang hanya mendapatkan pengajaran dengan cara konvensional, hal ini dapat dilihat pada rataan skor N-Gain pada siswa kelas eksperimen sebesar 0,43 dimana rataan skor tersebut lebih tinggi bila

dibandingkan dengan rataan skor N-Gain siswa pada kelas kontrol sebesar 0,34.1

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wenger β€œkunci belajar terletak

pada artikulasi terperinci. Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru akan

1Lucky, β€œPenerapan Double Loop Problem Solving Untuk menngkatkan Kemampuan

Literasi Matematis Tingkat 3 Siswa Di Kelas VIII SMPN 27 Bandung, Jurnal Pendidikan 2, no. 1 (November 2015): h. 27.

mempertajam persepsi dan memori tentang sesuatu tersebut. Teori Thorndike mengemukakan bahwa law of exercise (hukum latihan) yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan) maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

Dari teori di atas sangat jelas menggambar bahwa peserta didik yang bisa berkonsetrasi akan bisa mempertajam persepsi atau hal-hal baru yang dipelajari. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa salah satu keunggulan yang sangat tampak dari model pembealajaran DLPS ini adalah model pembelajaran mengajak siswa untuk menemukan solusi utama dari berbagai solusi sementara yang mereka temukan dari sebuah masalah sehingga secara sekilas siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Dari uraian di atas serta dukungan dari hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model DLPS (Double Loop Problem Solving) berbeda dari model pembelajaran konvensional.

4. Perbedaan Kemampuan Literasi Matematis Siswa ditinjau dari

Dokumen terkait