Pada kurikulum KTSP masih melanjutkan kurikulum 2013 tentang karakter, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tersebut, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berdasarkan kerangka berpikir yang disajikan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA jenjang SMP
Permendiknas No. 65 Tahun 2013 UU No. 20 Tahun 2003
Media edukatif science-poly
1. Pembelajaran IPA berpendekatan kontekstual dan scientific
2. Pembelajaran IPA yang dikaji secara terpadu (Biologi, Fisika dan Kimai)
3. Pembelajaran membentuk karakter pada peserta didik yang didalamnya terdapat ketrampilan 4. Pembelajaran yang menarik, efektif dan efesien
Tema Energi dalam Kehidupan
1. Menggunakan model pembelajaran connected 2. Disajikan dengan kajian ilmu fisika, biologi
dan kimia
1. Pembelajaran yang menyenangkan karena bermuatan permainan 2. Media ini menimbulkan daya tarik
dan ingatan peserta didik
Media edukatif science-poly berbasis
Problem Based Learning (PBL)
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang tema energi dalam kehidupan
2. Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis
Pengembangan Media Edukatif science-poly berbasis Problem Based Learning Media edukatif science-poly berbasis Problem Based Learning (PBL) layak dan efektif digunakan
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian untuk melakukan uji coba media edukatif science-poly berbasis PBL di SMP Negeri 36 Semarang beralamat di Jalan Pelampitan No. 35 Semarang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kelas VIII semester dua tahun ajaran 2014/2015.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik SMP Negeri 36 Semarang. Pada uji coba skala kecil diambil 8 peserta didik dari kelas IX, uji coba skala besar di kelas VIII A dan uji coba pemakaian menggunakan satu kelas yang sama dengan uji coba skala besar yaitu VIII A. Pengambilan sampel didasarkan pada teknik cluster random sampling karena pengambilan sampel dilakukan secara acak dan berdasarkan keterangan guru IPA.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini menghasilkan sebuah produk yang diharapkan bermanfaat di bidang pendidikan untuk membantu pembelajaran agar mudah dipelajarai dalam bentuk media edukatif science – poly berbasis PBL. Dalam pengujian keefektifan produk tersebut, rancangan penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) pada Gambar 3.1 (Sugiyono, 2013).
Gambar 3.1 Langkah – langkah menggunakan metode Research and Development yang dimodifikasi dari Sugiyono (2013).
Penjelasan dari desain pengembangan dalam penelitian ini sebagai berikut: 3.3.1 Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah yang ada diperoleh melalui kegiatan observasi awal tentang pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 36 Semarang, peserta didik senang belajar berkelompok disertai dengan permainan. Pembelajaran IPA di SMP Negeri 36 Semarang sudah baik dengan menggunakan pendekatan scientific secara kontekstual yaitu hanya mengamati alam sekitar, hal ini mengakibatkan peserta didik merasa bosan karena selalu menggunakan teknik pembelajaran yang sama. Berdasarkan permasalahan tersebut peserta didik menginginkan suatu pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan yang diinginkan peserta didik adalah pembelajaran menggunakan media permainan. Salah satu media pembelajaran berupa permainan adalah menggunakan media monopoli. Media monopoli ini nantinya dimodifikasi menjadi media edukatif science-poly berbasis Problem Based Learning (PBL)
Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Media science-poly Validasi Desain Media science-poly Revisi Desain Media science-poly Uji Coba Skala Kecil Media science- poly Revisi Media science- poly Uji Coba Skala Besar Media science-poly Revisi Media
science-poly Media science-poly
Final Uji
Pelaksanaan Lapangan
yang berisi dengan gambar–gambar terkait tema yang ada pada pembelajaran IPA dan juga pertanyaan. Media ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam belajar IPA dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk mengumpulkan data-data yang digunakan untuk menunjang pembuatan suatu desain produk media pembelajaran. Pengumpulan data terkait pembuatan media edukatif science-poly antara lain adalah: (1) data observasi awal yaitu wawancara kepada guru dan wawancara kepada beberapa peserta didik, (2) menentukan tema yang akan digunakan untuk mengembangkan media edukatif science-poly yaitu tema energi dalam kehidupan, (3) mengumpulkan materi dan gambar – gambar terkait tema energi dalam kehidupan, (4) mengumpulkan data nilai hasil ulangan semester gasal untuk menganalisis bahwa subjek penelitian yang akan digunakan normal dan homogen, (5) mengumpulkan bahan untuk membuat instrumen penelitian seperti lembar validasi, angket tanggapan guru dan peserta didik dan perangkat pembelajaran. 3.3.3 Desain Media Science-Poly
Desain produk berupa media science-poly berbasis PBL yaitu melakukan suatu rancangan media science-poly berupa lembaran permainan yang diadaptasi dari permainan monopoli. Media science-poly dibuat seperti permainan monopoli dimana terdapat petak-petak negara yang diganti dengan gambar-gambar mengenai tema energi dalam kehidupan. Kartu kesempatan dan dana umum diganti dengan bank pengetahuan dan perpustakan. Perangkat media science-poly ini tidak hanya terdapat petak-petak tentang IPA saja namun juga terdapat kartu pertanyaan dan jawaban mengenai tema energi dalam kehidupan. Pembuatan desain media science-poly dibuat menggunakan Corel Draw Suite X4.
3.3.4 Validasi Desain Media Science-Poly
Desain produk berupa media edukatif science-poly berbasis PBL divalidasi oleh para pakar atau validator. Validator yang akan menvalidasi adalah pakar
media dan pakar materi. Setiap aspek penilaian divalidasi oleh 2 pakar tersebut, yang mana setiap pakar terdiri dari 3 validator. Validasi desain media science-poly berbasis PBL bertujuan untuk mengetahui bahwa produk ini dapat dikembangkan lebih lanjut atau harus mengalami revisi. Validasi media ini terdapat 2 tahap penilaian yaitu tahap I dan tahap II.
3.3.5 Revisi Desain Media Science-Poly
Revisi dilakukan apabila terdapat kelemahan maupun kekurangan berdasarkan saran dari para pakar media dan materi yang menilai media tersebut pada tahap I. Proses revisi dilakukan berulang – ulang untuk sampai produk dinyatakan layak oleh para pakar materi dan media. Setelah media edukatif science-poly direvisi, media ii divalidasi lagi pada tahap 2 untuk mendapatkan media edukatif science-poly yang layak digunakan dalam pembelajaran. Media edukatif science-poly yang sudah dinyatakan lolos oleh para pakar media dan materi dapat digunakan untuk uji coba skala kecil.
3.3.6 Uji Coba Skala Kecil Media Science-Poly
Media science-poly berbasis PBL yang telah diperbaiki berdasarkan saran dari validator, diuji coba menggunakan skala kecil yaitu menggunakan peserta didik kelas IX yang hanya mengambil 8 orang dari SMP N 36 Semarang. Uji coba skala kecil, peserta didik juga diberikan angket keterbacaan mengenai media edukatif science-poly berbasis PBL.
3.3.7 Revisi Media Science-Poly
Revisi media edukatif science-poly berbasis PBL dilakukan apabila ditemukan kelemahan dan kekurangan produk berdasarkan uji coba skala kecil yaitu dengan adanya penilaian dan komentar dari angket peserta didik.
3.3.8 Uji Coba Skala Besar Media Science-Poly
Media edukatif science-poly yang telah direvisi berdasarkan penilaian dan komentar dari angket tanggapan peserta didik pada skala kecil, maka media ini diuji coba pada skala besar. Pada uji coba skala besar dilakukan di kelas VIII A dengan jumlah peserta didik 32. Penentuan kelas pada uji coba skala besar dilakukan dengan teknik cluster random sampling dengan menguji normalitas dan homogenitas dari populasi kelas VIII yaitu kelas VIII A – VIII I. Uji coba
skala besar diberikan angket tanggapan peserta didik dan angket tanggapan guru, sehingga akan diperoleh data tanggapan peserta didik terhadap media edukatif science-poly berbasis PBL.
3.3.9 Revisi Media Science-Poly
Revisi ini merupakan revisi media pembelajaran edukatif science-poly berbasis PBL yang terakhir. Revisi ini berdasarkan hasil penilaian dari angket tanggapan peserta didik skala besar dan angket tanggapan guru. Revisi ini dilakukan pengecekan-pengecekan kembali apabila pada media edukatif science- poly responden menyatakan ―layak‖.
3.3.10 Uji Pelaksanaan Lapangan
Uji pelaksanaan lapangan merupakan uji implementasi yang dilakukan di kelas yang sama pada uji coba skala besar yaitu VIII A. Media edukatif yang digunakan merupakan media final yang sudah disempurnakan pada uji coba skala besar. Uji pemakaian media ini dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan media edukatif science-poly yang telah dikembangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode AngketAngket yang digunakan dalam penelitian pengembangan media edukatif science-poly berbasis PBL yaitu lembar validasi tim pakar untuk kelayakan media dan materi untuk mengetahui tingkat kelayakan media, angket tanggapan guru dan angket tanggapan peserta didik mengenai penggunakan media edukatif science- poly.
3.4.2 Metode Tes
Penelitian ini menggunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPA tema energi dalam kehidupan. Metode tes dilakukan 2 kali dimana diawal pembelajaran (pre-test) dan diakhir pembelajaran (post-test). Jenis tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah pilihan ganda berdasarkan kriteria
kemampuan berpikir kritis yaitu meliputi C3 – C6 pada taksonomi Bloom. Soal yang akan digunakan untuk pre-test dan post-test terlebih dahulu dilakukan uji coba soal di kelas yang sudah pernah mendapatkan materi tentang energi dalam kehidupan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal.
3.4.3 Metode Observasi
Pada penelitian ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar peserta didik pada aspek afektif dan psikomotorik. Metode observasi diisi berdasarkan penilaian observer pada sikap dan keterampilan peserta didik,
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Data Awal3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilaksanakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian terdistribusi normal. Penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Chi Kuadrat yaitu sebagai beriku:
Keterangan:
= chi kuadrat
= frekuensi observasi = frekuensi harapan
Hasil perhitungan uji normalitas diterima jika x2hitung < x2tabel pada taraf signifikan 5% dan dk = n – 1 (Sugiyono, 2013). Normalitas kelas VIII dianalisis dari nilai ulangan semester ganjil. Hasil analisis uji normalitas kelas VIII dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas Kelas VIII Kelas 2
x hitung 2
x tabel N Kriteria
VIII A 6.65 11.07 32 Berdistribusi normal VIII B 8.22 11.07 32 Berdistribusi normal VIII C 10.53 11.07 32 Berdistribusi normal VIII D 10.26 11.07 29 Berdistribusi normal VIII E 10.53 11.07 32 Berdistribusi normal VIII F 10.32 11.07 32 Berdistribusi normal VIII G 8.93 11.07 32 Berdistribusi normal VIII H 9.95 11.07 32 Berdistribusi normal VIII I 8.46 11.07 32 Berdistribusi normal Data perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran 8.
Hasil pehitungan uji normalitas diperoleh x2
hitung < x2
tabel pada taraf signifikan α = 5% dan dk = n – 1 diperoleh bahwa data populasi semua kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang berdistribusi normal.
3.5.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sempel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen. Perhitungan homogenitas menggunakan Uji Bartlett sebagai berikut:
{ ∑ } Dengan ∑ ∑ dan ∑ (Sudjana, 2005) Keterangan: x2 = besarnya homogenitas
ni = jumlah responden masing-masing kelompok B = koefisien Bartlett
S2 = varians gabungan dari semua sampel Si = varians masing-masing kelas
Kriteria pengujian, jika X2hitung ≤ X2tabel dengan dk = k-1 dan taraf signifikan 5%, maka sampel dalam keadaan homogen (Sudjana, 2005). Hasil
perhitungan uji homogenitas populasi kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas Polulasi
Kelas x2hitung x2table α Kriteria
VIII 13.12 15.5 5 % Homogen
Data perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran 9.
Hasil analisis homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.2 diperoleh bahwa 2
x hitung = 13.12 dan x2tabel = 15.5, maka dapat disimpulkan bahwa populasi kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang mempunyai varian yang sama (homogen). Hasil analisis normalitas dan homogenitas digunakan untuk mengambil sampel penelitian yang telah terdistribusi normal dan homogeny dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
3.5.2 Analisis Instrumen Tes 3.5.2.1 Analisis Validasi Item
Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2012), mengungkapkan A test is valid if it measures what is purpose to measure, dimana dapat diartikan sebagai suatu tes dapat dikatakan valid apabila suatu tes mengukur apa yang akan diukur. Validitas suatu butir soal dapat diukur dengan menggunakan korelasi product moment, sebagai beriku:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan: = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyaknya subjek/peserta didik yang diteliti ∑ = Jumlah skor tiap butir soal
∑ = Jumlah skor total
∑ = Jumlah kuadrat skor butir soal ∑ = Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2012) Hasil perhitungan dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment, dengan taraf signifikansi . Jika maka item tersebut valid. Hasil
perhitungan uji coba soal dengan korelasi product moment diperoleh data dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validasi Soal
Kriteria Nomor Butir Soal Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 13, 14. 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 39,40 28 Tidak Valid 7, 8, 10, 12, 16, 20, 23, 26, 27, 30, 36, 37, 38 12 Data selengkapnya disajikan pada lampiran 5.
Hasil analisis uji coba soal diperoleh bahwa terdapat 28 soal yang valid dan 12 soal tidak valid. Soal yang mempunyai kriteria valid yang akan digunakan untuk soal pretest dan posttest namun masih harus berdasarkan kriteria daya beda soal dan tingkat kesukaran. Soal yang dipakai juga harus memenuhi indikator pembelajaran.
3.5.2.2 Analisis Taraf Kesukaran
Menurut Arikunto (2012) indeks kesukaran (difficulty index) merupakan bilangan yang menunjukkna sukar mudahnya suatu soal, dimana besarnya indeks kesukaran antara 0,0 – 1,0 indek kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Penelitian ini menggunakan perhitungan taraf kesukaran tiap soal adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P : Tingkat kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Maka dengan adanya tingkat kesukaran dapat diklasifikasi tingkat kesukaran soal (Arikunto, 2012) pada Tabel 3.4.
0,1 mudah 0,0
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Taraf Kesukaran Indeks Taraf Kesukaran Kriteria
0,00 - 0,30 Sukar 0,30 - 0,70 Sedang 0,70 - 1,00 Mudah
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang (Arikunto, 2012).
Hasil perhitungan uji coba soal pada kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Taraf Kesukaran Soal Uji Coba
Butir Soal Kriteria Keterangan
2, 3, 4, 19, 27 Mudah Dipakai 6, 7, 8, 12, 16, 20, 23, 26, 30, 35, 36, 37, 38 Mudah Dibuang 5, 9, 11, 14, 15, 17, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35 Sedang Dipakai 1, 10, 40 Sedang Dibuang 13, 18 Sukar Dipakai
Data selengkapnya disajikan dalam lampiran 5.
Hasil analisis uji coba soal tingkat kesukaran diperoleh taraf kesukaran soal mudah, sedang dan sukar. Soal Uji coba tersebut ada yang dipakai dan dibuang, hal ini sesuai dengan validitas soal, soal yang tidak valid tidak dapat dipakai.
3.5.2.3 Analisis Daya Pembeda
Daya beda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto,2012). Daya pembeda ditunjukkan oleh indeks diskriminasi yang diberi simbol D. Rumus yang untuk menyatakan indeks diskriminasi adalah :
Keterangan :
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Maka dengan adanya nilai diskriminasi dapat diklasifikasikan daya pembeda (Arikunto, 2012) pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Kriteria Penilaian
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Sangat baik
Soal yang baik merupakan soal yang mempunyai daya pembeda baik (Arikunto, 2012).
Hasil analisis uji coba soal berdasarkan daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba
Butir Soal Kriteria Keterangan
9, 11, 17, 18, 28, 32, 33 Sangat Baik Dipakai
1 Sangat Baik Dibuang
5, 13, 14, 19, 21, 22, 25, 29, 31, 34, 35 Baik Dipakai 6, 40 Baik Dibuang 2, 3, 4, 15, 24, 27, 39 Cukup Dipakai 8, 16 Cukup Dibuang 7, 10, 12, 20, 23, 26, 30, 36, 37, 38 Jelek Dibuang
Data selengkapnya disajikan pada lampiran 5.
Hasil analisis uji coba soal berdasarkan daya pembeda soal terdapat soal yang sangat baik dan baik yang tidak dipakai hal ini karena soal tersebut dalam kategori tidak valid, sedangkan soal yang jelek semua dibuang karena soal tersebut tidak valid.
3.5.2.2 Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2012).
Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2012), menyatakan bahwa persarat bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting karena validitas lebih penting sedangkan reliabilitas itu perlu, karena menyokong terbentuknya validitas.
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas soal secara keseluruhan menggunakan rumus K-R.20 adalah:
[ ] [ ] Keterangan :
r11 : reliabilitas soal secara keseluruhan.
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah : jumlah hasil perkalian anatar p dan q
n : banyaknya butir soal S : stardar deviasi dari tes
Menurut Arikunto (2012) harga r11 yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan =5%, rhitung> rtabel maka soal tersebut reliabel. Kriteria reliabel ditunjukkan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Soal Interval Koefesien Tingkat Reliabilitas
0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat Tinggi
0,6 ≤ r ≤ 0,8 Tinggi
0,4 ≤ r ≤ 0,6 Sedang
0,2 ≤ r ≤ 0,4 Rendah
r < 0,2 Sangat Rendah
Hasil analisis uji coba soal, didapatkan nilai reliabilitas soal yang valid sebesar 0,858 terlampir dalam lampiran 6, sehingga instrumen soal reliabel karena rhitung> rtabel yaitu rtabel sebesar 0, 329. Instrumen soal uji coba berdasarkan kriteria reliabilitas pada Tabel 3.8 menunjukkan bahwa soal uji coba yang valid mempunyai kriteria reliabilitas sangat tinggi.
3.5.3 Analisis Data Primer
3.5.3.1 Analisis Kelayakan Media Edukatif Science-Poly
Instrumen penilaian kelayakan media oleh pakar dianalisis dengan rumus (Sudijono, 2006).
P = Keterangan:
P = angka presentase f = skor yang diperoleh N = skor keseluruhan
Hasil presentase data kelayakan kemudian dikonversikan dengan kriteria pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Validasi Ahli Presentase Kriteria
83,34 % < skor ≤ 100% Sangat layak
66,67 % < skor ≤ 83,34% Layak
50 % < skor ≤ 66,67% Cukup layak
33,33 % < skor ≤ 50% Tidak layak
Berdasarkan angket validasi pakar, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa media edukatif science-poly dapat dikatakan layak apabila didapatkan skor
penilaian > 66,67%. Apabila skor hasil penilaian masih ≤ 66,67% maka produk
media science-poly perlu direvisi kembali.
3.5.3.2 Analisis Tanggapan Guru dan Peserta didik
Data angket penilaian tanggapan guru dan siswa secara klasikal diukur dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = angka presentase f = skor yang diperoleh N = skor keseluruhan
Hasil persentase data tanggapan guru dan peserta didik kemudian dikonversikan dengan kriteria pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kriteria Hasil Persentase Tanggapan Guru dan Peserta Didik Presentase Kriteria
81,25 % < x ≤ 100% Sangat baik
62,50 % < x ≤ 81,25% Baik
43,75% < x ≤ 62,50% Cukup baik
25,00 % < x ≤ 43,75% Tidak baik
Berdasarkan angket tanggapan guru maupun peserta didik, maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa media edukatif science-poly dapat dikatakan baik apabila didapatkan skor penilaian > 62,50%.
3.5.3.3 Analisis Efektivitas Hasil Belajar 3.5.3.3.1 Analisis Hasil Belajar
Hasil belajar ranah kognitif yaitu dari penilaian pretest dan posttest dari peserta didik dapat dianalisis secara deskriptif. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan psikomotorik peserta didik adalah:
Persentase skor = ∑
∑
(Kunandar, 2013) 3.5.3.3.1 Analisis Kenaikan Hasil Belajar Kognitif
Nilai yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah pemahaman konsep. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif persentase dengan menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik. Analisis ini menggunakan uji N-gain dengan rumus Hake (1998) sebagai berikut:
N gain = dimana,
Skor post-test = nilai hasil tes akhir Skor pre-test = nilai hasil tes awal Skor maksimal = nilai maksimal tes
Hasil ini kemudian diklasifikasikan sesuia kriteria (Arikunto, 2012) yang ditetapkan dibawah pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Kriteria Peningkatan Hasil Belajar Interval Koefesien Kriteria
N-gain < 0,3 Rendah
0,3 ≤ N-gain < 0,7 Sedang
N-gain ≥ 0,7 Tinggi
Berdasarkan indikator keberhasilan pemahaman konsep, peserta didik
dapat meningkatkan pemahaman konsep apabila skor ≥ 0,3. Setelah diuji N-gain, maka data nilai pre-test dan post-test dianalisis dengan uji t. Sebelum dilakukan uji t, dilakukan tahap analisis uji normalitas dan homogenitas dengan tujuan agar nilai pre-test dan post-test berdistribusi normal dan homogen. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar peserta didik dari hasil nilai pre-test sebelum diberi pembelajaran menggunakan media edukatif science-poly dan post-test sesudah diberi pembelajaran menggunakan media edukatif science- poly terdapat perbedaan signifikan atau tidak, dapat dianalisis menggunakan rumus:
̅ ̅ √ dengan
(Sudjana, 2005) Keterangan:
̅ : nilai rata – rata post-test ̅ : nilai rata – rata pre-test
: jumlah sampel post-test : jumlah sampel pre-test
: varian post-test : varian pre-test
3.5.3.3.2 Analisis Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Hasil belajar afektif dan psikomotorik dari peserta didik dapat dianalisis secara deskriptif. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan psikomotorik peserta didik adalah:
Persentase skor = ∑
∑
Hasil ini kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kriteria (Kunandar, 2013) yang ditetapkan pada Tabel 3.12
Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Afektif dan Psikomotorik Presentase Kriteria
83,34 % < skor ≤ 100% Sangat baik
66,67 % < skor ≤ 83,34% Baik
50 % < skor ≤ 66,67% Cukup baik
33,33 % < skor ≤ 50% Tidak baik
Peserta didik dapat dikatakan hasil belajar pada segi afektif maupun psikomotorik baik apabila skor penilaian > 66, 67 %.
3.5.3.4 Analisis kemampuan berpikir kritis siswa
Nilai yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test digunakan untuk mengetahui hasil kemampuan berpikir kritis siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif presentase dengan menghitung presentase ketuntasan belajar peserta didik. Analisis ini menggunakan uji N-gain dengan rumus Hake (1998) sebagai berikut:
N gain = dimana,
Skor post-test = nilai hasil tes akhir Skor pre-test = nilai hasil tes awal