• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Kerangka Berpikir

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan salah satu penyelenggara pemilihan umum yang berperan dalam menyelenggarakan proses demokrasi yang berbentuk pemilihan umum di Indonesia. Peran KPU dianggap strategis dan penting untuk mengawal suksesnya demokrasi, sehingga proses dari sistem perpolitikan di negara tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Sukses dari pelaksanaan demokrasi berdasarkan dari keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Ada beberapa indikator untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu pemilihan umum seperti adanya peningkatan partisipasi pemilih (pemilih tidak kehilangan hak pilihnya), pelaksanaan

pemilihan umum yang jauh dari masalah keamanan dan disintegrasi bangsa, meningkatkan kecerdasan pemilih dalam pemilu.

Adanya peningkatan partisipasi pemilih merupakan salah satu upaya dari KPU dalam pelaksanaan pemilu, sehingga KPU banyak melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi pada pelaksanaan pemberian suara dan berpartisipasi menjaga suara yang telah diberikan. Dalam proses sosialisasi KPU selalu melakukan sosialisasi tentang bagaimana masyarakat agar tidak kehilangan hak pilihnya dengan berperan aktif untuk melihat status hak pilihnya dalam daftar pemilih. Begitu juga tentang pendidikan pemilih yang diberikan KPU kepada masyarakat merupakan bagian dari sosialisasi dalam mencerdaskan pemilih dalam pemilihan umum.

Rumah Pintar Pemilih (RPP) merupakan bagian dari proses sosialisasi dan pendidikan (pencerdasan) KPU kepada masyarakat. Segmentasi dari RPP ini lebih menitikberatkan pada proses pendidikan politik bagi masyarakat walaupun tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.

RPP melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan mengundang masyarakat untuk datang ke kantor KPU yang ada di pusat sampai di kabupaten/kota tetapi juga melakukan sosialisasi dengan berkunjung ke masyarakat maupun kampus dan sekolah yang ada (jemput bola). Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi upaya sinergi yang baik antara KPU dan masyarakat, kampus dan sekolah dalam upaya bersama-sama mensukseskan Pemilu.

Peneliti melakukan fokus pada sosialisasi dan pendidikan RPP untuk masyarakat, dimana untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat diperlukan mengingat untuk materi pendidikan politik khususnya bidang kepemiluan sangat minim diperoleh masyarakat Hal ini sangat membantu masyarakat untuk meneruskan apa yang diperolehnya kepada masyarakat lain yang ada disekitarnya dan ikut untuk berpartisipasi.

Untuk mengurai dan menganalisis peran RPP KPU Kota Binjai dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilu 2019 penulis menggunakan

beberapa instrumen ilmiah atau teori yang relevan dengan permasalahan atau judul yang diangkat.

Pendekatan pertama adalah teori peran untuk melihat sejauh mana kedudukan KPU Kota Binjai sebagai otoritas pelaksana kegiatan atau program RPP pada Pemilu 2019. Kedua adalah teori partisipasi politik untuk melihat bagaimana keberadaan program RPP dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap minat masyarakat untuk berpartisipasi atau ikut memilih pada Pemilu 2019.

Ketiga adalah teori kelembagaan untuk melihat bagaimana KPU Kota Binjai sebagai lembaga negara yang sifatnya hirarki melaksanakan program RPP sebagai wujud tuntutan electoral laws yang ada. Bagaimana konsep dan metode RPP dilaksanakan merupakan cerminan dari karakteristik dari KPU Kota Binjai itu sendiri. Keempat adalah teori pendidikan politik untuk melihat KPU Kota Binjai melakukan proses kegiatan pendidikan dan sosialisasi pemilih kepada masyarakat guna membentuk masyarakat yang sadar akan hak-hak politiknya pada Pemilu 2019 sekaligus guna investasi di masa yang akan datang dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas memilih guna meninkatkan kualitas demokrasi pemilihan khususnya di Kota Binjai.

Gambar 2.2:

Kerangka Berpikir

PERAN RPP

KPU BINJAI

KELEMBAGAAN PARTISIPASI PEMILIH PENDIDIKAN POLITIK

PERAN RPP KPU BINJAI PEMILU 2019 PARTISIPASI PEMILIH

PEMILU 2019

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif yaitu bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Penelitian tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis hanya untuk mengukur secara cermat objek yang diteliti.54

3.2 Alasan Pemilihan Metode Penelitian

Pendekatan ini dipilih berdasarkan alasan yang dikaji permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang RPP dalam meningkatkan partisipasi pemilih, yang membutuhkan sejumlah data dan uraian secara kualitatif untuk mendukung hasil penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian secara kualitatif akan dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan yang masih mungkin dapat berubah sampai dengan kondisi sudah cukup ideal dengan konteks penelitian.

Pemilihan metode kualitatif deskriptif dinilai sangat ideal untuk menggambarkan sejumlah data kualitatif tentang RPP dari berbagai sumber baik dokumen ataupun literasi terkait. Alasan lain pemilihan metode ini juga sebagai sarana dalam mengurai sejumlah data-data kuantitatif agar dalam penyajian dan analisis dapat berkembang menuju titik kesimpulan yang komprehensif.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tesis mengambil lokasi di KPU Kota Binjai untuk meneliti peran pendidikan pemilih dari RPP KPU Kota Binjai kepada masyarakat.

Masyarakat Kota Binjai termasuk dalam ragam masyarakat yang majemuk terdiri dari multi etnis suku dan kebudayaan dan dalam keharmonisan yang baik. Dengan pemilihan lokasi ini diharapkan mendapatkan informasi yang baik terhadap pengembangan RPP di Kota Binjai.

54 Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik. 2015 Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media Publishing, Hal 57

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dengan pembatasan ini peneliti fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang peran RPP KPU Kota Binjai pada Pemilu 2019 dimana tahapan pemilu tahun 2019 sudah dimulai dari bulan Agustus tahun 2017 sampai dengan waktu pemungutan suara dan bagaimana dampaknya pada tingkat partisipasi masyarakat saat itu.

Tentu gambaran saja tidak lengkap tanpa adanya semacam analisis untuk dengan menggunakan beberapa teori yang disampaikan pada bab sebelumnya.

Penulis berharap dapat mengurainya secara sistematik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.

3.5 Unit Analisis dan Informan

Sebagai unit analisis dan informan pada penelitian ini adalah orang yang berhubungan langsung dengan pengelolaan RPP di KPU Kota Binjai yaitu meliputi pengelolah RPP KPU Kota Binjai dan peserta pendidikan pemilih.

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian55.Informan penelitian ini meliputi berbagai macam, seperti, (1) informan kunci (key informan) mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (2) informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti56

Dalam penelitian ini yang menjadi key informan atau informasi kunci dalam pemberian informasi tentang pengelolaan RPP di KPU Kota Binjai yaitu Ketua KPU Kota Binjai sebagai pimpinan dalam organisasi tersebut. Pemilihan informan kunci disebabkan karena penulis menilai bahwa Ketua KPU Kota Binjai sebagai

55 Lexy J. Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Hal 97

56 Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal 72

pimpinan dalam organisasi tersebut mempunyai kapasitas atas informasi keberadaan dan pengelolaan RPP KPU Kota Binjai.

sedangkan yang menjadi informan utama terdiri dari:

1. Anggota KPU Kota Binjai Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat 2. Kepala Sub Bagian Teknis dan Partisipasi Masyarakat

3. Staf Sub Bagian Teknis dan Partisipasi Masyarakat.

Sementara untuk pemilihan informan tambahan yakni para peserta pendidikan pemilih adalah masyarakat yang mengikuti program RPP pada Pemilu 2019 yang pastinya akan semakin menarik untuk digali tentang signifikasi peran RPP terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 khususnya di Kota Binjai.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merujuk pada jenis jenis informasi yang diperoleh peneliti baik sebelum dan ketika penelitian berlangsung melalui subjek penelitiannya, dan dari mana data diperoleh.57 Adapun untuk jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh si peneliti melalui sumber pertama dapat melalui observasi yang dilakukan ataupun melalui wawancara ke responden dan informan.58 Data primer dapat berbentuk data dalam bentuk verbal atau lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek penelitian atau informan berkaitan dengan hal variabel yang diteliti. 59 Pada penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh pada saat melaksanakan wawancara pada narasumber.

57 Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen. How to Design and Evaluate Research in Education. New York, Mc-Graw-Hill Publishing Company, 1990, hal. 89

58 Samsu. 2017. Metode Penelitian: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development). Jambi: Pusaka Jambi hal. 95

59 Op.cit Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik., Hal 28

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.60 Data sekunder dapat juga berbentuk data yang sudah ada atau dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain meskipun data itu merupakan data asli. 61 Data sekunder juga berguna untuk melengkapi dan mendukung data primer yang berbentuk catatan, dokumentasi baik yang berbentuk laporan-laporan kegiatan, notulensi rapat, surat keputusan dan lainnya. Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data diperoleh diteliti.62

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari :

1. Wawancara

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini, peneliti melakukan teknik wawancara dengan melakukan komunikasi secara verbal langsung kepada sumbernya. Peneliti dapat melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam apabila pihak responden yang diteliti berjumlah sedikit. 63 Wawancara berfungsi sebagai saran dalam memverifikasi tentang informasi yang diperoleh sebelumnya untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang diperoleh peneliti. Dalam wawancara diharapkan penulis dapat memberikan informasi data yang berimbang dan objektif dan tidak menutup kemungkinan adanya perspektif baru atas sebuah masalah penelitian.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dengan mempelajari dokumen dalam mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk

60 Ismail Nurdin dan Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media sahabat cendekia

61 Winarno Surachmad. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung. Tarsito, Edisi ke-7, hal. 163

62 Warul Walidin, Saifullah, Tabrani. ZA. 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory.

Banda Aceh FTK Ar-Raniry Press

63 Op.cit Ismail Nurdin dan Sri Hartati. Hal 178

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek yang berbentuk media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan sedikit. 64 Studi dokumentasi ini dapat juga diperoleh langsung oleh peneliti dari tempat penelitian yang memiliki relevansi untuk mendukung data primer yang diperoleh sebelumnya meliputi peraturan, laporan kegiatan, notulensi rapat dan lain sebagainya.

3. Studi Literatur

Studi Literatur adalah teknik penelitian dalam menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Studi literatur ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi literatur membantu peneliti untuk mendapatkan ide atau pendapat, dan kritik mengenai topik penelitian yang telah dianalisis oleh peneliti sebelumnya.

Hal pentingnya dalam studi literasi ini dapat melihat dan menganalisa nilai tambah penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

3.8 Teknik Analisis Data

Untuk mengidentifikasi peran RPP dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Proses analisis data dimulai dengan menyusun dan memilah data kemudian menyederhanakan data untuk disesuaikan urutan proses data tersebut untuk ditelaah. Seluruh data yang dianalisa tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu melalui wawancara, dan dokumentasi yang merupakan kumpulan keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil dilapangan.

Dalam proses ini dilakukan dengan metode Miles-Huberman mulai dari mereduksi data, menyajikan data sampai pada penarikan kesimpulan.65 Dalam hal ini yang merupakan mereduksi data berhubungan dengan pemilihan data yang akan digunakan, menyajikan data berupa melakukan penyusunan data, serta

64 Haris Herdiansyah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Ilmu Sosial Perspektif Konvensional dan Kontemporer. Jakarta: Salemba Humanika Hal 143

65 Op.cit Ismail Nurdin dan Sri Hartati. Hal 206

penarikan kesimpulan merupakan penafsiran atau interprestasi terhadap data yang disajikan.

3.9 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data bertujuan untuk menghilangkan bias pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek penelitan 66 sehingga perlu dilakukan pemeriksaan data tersebut. Tujuan dari pengujian keabsahan data berguna dalam meningkatkan keterpercayaan terhadap data penelitian.

Metode dalam melakukan keabsahan data yaitu dengan metode triangulasi dimana peneliti akan melakukan pemeriksaan silang atau mengkronfrontir atas informasi dari informan yang satu kepada informan yang lain. Peneliti juga dapat memanfaatkan hal-hal lain yang ada diluar data tersebut untuk keperluan mengadakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

3.10 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini akan diuraikan dengan 5 (lima) Bab yang terdiri dari Bab I (pertama) yaitu pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II (kedua) yaitu tinjauan pustaka memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka berpikir.

Bab III (ketiga) yaitu metode penelitian yang menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, fokus penelitian, informan dalam penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data. Bab IV (keempat) yaitu hasil dan analisis yang merupakan hasil dari penelitian dan analisis penelitian yang telah dilakukan.Bab V (kelima) yaitu kesimpulan dan saran yang menjelaskan tentang hasil kesimpulan dari penelitian dan saran yang diberikan dari penelitian.

66 Op.cit Samsu Hal 101

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS 4.1 Profil Kota Binjai

Binjai adalah salah satu kota dalam wilayah provinsi Sumtera Utara dan berjarak sekitar 22 km di sebelah barat ibu kota provinsi tersebut. Kota Binjai saat ini berstatus sebagai kotamadya meskipun sebelumnya merupakan ibu kota dari Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Posisi Kota Binjai terletak di jalur lintas Sumatera yang menghubungkan provinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan Sumatera Utara dan juga dengan kota dan kabupaten di sumatera utara seperti langkat dan medan. Kondisi ini membuat kota binjai sebagai kota perdagangan dengan posisi yang sangat strategis.67

Binjai dikenal dengan istilah Kota Rambutan karena rambutan dari binjai tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia. Jumlah produksi rambutan di kota binjai menyentuh angka 2.400 ton per tahun dengan areal perkebunan yang digunakan seluas 425 Ha. Rambutan juga diolah sebagai selai dan buah kaleng khas dari kota binjai. Selain rambutan pada sektor pertanian dikota binjai tanaman padi juga menjadi andalan dimana jumlah produksinya menyentuh angka 22.266 Ton pada tahun 2002 lalu. Sektor industri pengolahan dan perdagangan juga menjadi andalan kota binjai begitu juga dengan sektor peternakan.68

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Binjai

Menurut sejarah Kota Binjai adalah sebuah kampung kecil (kuta) yang telah ada sejak abad 17 yang terletak di antara Sungai Mencirim di sebelah Timur dan Sungai Bingai di sebelah Barat yang merupakan anak sungai Wampu Kabupaten Langkat. Kota ini diapit oleh dua kerajaan Melayu yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.

67 http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumut/binjai.pdf

68 ibid

Asal kata “Binjai” masih menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan.

Terdapat dua versi yang pertama berasal dari kata ”binjai” yang merupakan nama tanaman, yakni pohon binjai (Mangifera caesia) sejenis pohon mangga atau embacang, yang diduga pernah tumbuh di kampung atau kuta di tepi Sungai Bingei, atau lokasi Pasar Tavip Binjai sekarang. Kedua dari kata ”binjai” yang merupakan kata serapan bahasa Batak Karo, yakni ”binjei,” yang berarti

”singgah.” Ini cukup relevan, mengingat penduduk asli binjai awalnya memang masyarakat Batak Karo. Fakta yang ada bahwa setidaknya pernah ada sebuah wilayah bernama kampung Ba Bingei yang berada di tepi sungai bingei dan tertulis dalam catatan John Anderson saat melakukan ekspedisi ke pantai timur Sumatera di tahun 1823 silam.

Pada sekitar tahun 1869 wilayah Binjai pernah menjadi daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dan menjadi bagian wilayah baru bernama Timbang langkat. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan dari Kesultanan Langkat terhadap daerah hulu sungai wampu. Pemicunya tidak lain dari perseteruan antara para pembesar di kesultanan dan keluarga kesultanan. Hingga pada 1872 Binjai berubah menjadi pusat pemerintahan dan juga sebagai basis pertahanan melawan penjajahan belanda di wilayah timbang langkat.

Tepatnya pada tanggal 17 Mei 1872 terjadi peristiwa yang disebut dengan

“Perang Sunggal” yang dipimpin oleh Datuk Sunggal bersama Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat melawan Belanda. Datuk Sunggal tidak setuju terhadap pemberian konsensi tanah ke perusahaan Rotterdenmy yang diberikan oleh Sultan Deli. Peristiwa 17 Mei 1872 ini dijadikan dasar peringatan hari jadi Kota Binjai, melalui Surat Keputusan DPRD Tingkat II Kotamadya Binjai No.3/DPRD.II/5 Tahun 1985.69

Setelah menangkap para datuk pada peperangan di tahun 1872, Pemerintahan Hindia Belanda memasukkan Binjai sebagai wilayah Onder Afdeling Langkat dan Tamiang, sekaligus pusat pemerintahan semi-kolonial wilayah Luhak Langkat Hulu, yang dipimpin seorang wakil atau pembesar

69 https://sorotdaerah.com/2017/05/13/selayang-pandang-kota-binjai-refleksi-dirgahayu-145-Tahun/

kerajaan (rijksgroten) dari Kesultanan Langkat., keberadaan ini membuat binjai justru mengalami pertumbuhan sebagai salah satu wilayah administrasi dan pusat pemerintahan yang cukup penting saat itu. Tanggal 27 Juni 1917 oleh Pemerintah Belanda dikeluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana Binjai dijadikan Gemeente dengan luas 267 Ha. Status Kotapraja ini dipimpin oleh Asisten Residen Afdeling Langkat dan untuk selanjutnya posisi tersebut digantikan oleh seorang burgermeester (walikotapraja).

Ketika Jepang menggantikan pemerintah hindia belanda maka wilayah Keresidenan sumatera timur (sumatera utara) berada dibawah komando bala tentara jepang ke 25 yang berpusat di singapura dan wilayah binjai disatukan dengan wilayah padang berahrang di langkat. Jepang tidak merubah model pemerintahan yang ada hanya melakukan pergantian dengan menggunakan istilah dalam bahasa jepang. Memasuki fase kemerdekaan maka sistem pemerintahan di seluruh wilayah indonesia mengalami perubahan. Sejak tahun 1946 sesuai dengan Ketetapan Gubernur Sumatera Nomor 103 tanggal 17 Mei 1946, maka Kota Binjai telah menjadi salah satu kota otonom jenis B, dengan predikat ibukota dari kabupaten langkat.

Sejak Undang-Undang Daruat No.9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota-kota kecil dalam lingkungan provinsi sumatera utara berlaku maka kota binjai dipersiapkan untuk menjadi salah satu dari kota kota di sumatera utara yang mendapat administrasi otonom. Pada saat itu Kota binjai dipimpin oleh S.S. Parumuhan sebagai Walikota. Perkembangannya Kota Binjai mengalami beberapa perubahan dengan adanya pemekaran wilayah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai, Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat dan Kabupaten daerah Tingkat II Deli Serdang wilayah kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan.

Setelah itu berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang Pembentukan 6 Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan di Kota Binjai maka terdapat 17 jumlah desa dan 20 jumlah

kelurahan. 17 desa di Kota Binjai kemudian diubah statusnya menjadi kelurahan, sesuai Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 146/2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996 dan hingga saat ini terdapat 37 kelurahan yang ada di kota binjai.

4.1.2 Data Geografis Kota Binjai

Letak geografis Kota Binjai berada pada 3º 31' 40" – 3º 40' 2" Lintang Utara dan 98º 27' 3" – 98 32' 32" Bujur Timur dan terletak di ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang 198570.

Batas wilayah kota Binjai adalah Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

Secara administrasi, Kota Binjai terdiri dari 5 (lima) kecamatan, 37 (tiga puluh tujuh) kelurahan dan 284 SLS/Lingkungan. Adapun komposisi dari setiap kecamatan dimulai dari kelurahan yang terbanyak adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Binjai Utara terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan: Pahlawan, Jatinegara, Nangka, Jati Makmur, Kebun Lada, Damai, Cengkeh Turi, Jati Karya, Jati Utomo.

2. Kecamatan Binjai Selatan terdiri dari 8 (delapan) kelurahan: Tanah Merah, Bhakti Karya, Tanah Seribu, Pujidadi, Binjai Estate, Rambung Barat, Rambung Dalam, dan Rambung Timur.

70 Grand Design Pembangunan Kependudukan (Gdpk) Kota Binjai 2015-2040

3. Kecamatan Binjai Timur terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan: Mencirim, Tunggurono, Dataran Tinggi, Timbang Langkat, Tanah Tinggi, Sumber Mulyorejo, Sumber Karya.

4. Kecamatan Binjai Barat terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan: Bandar Senembah, Limau Mungkur, Limau Sundai, Payaroba, Sukamaju dan Sukaramai

5. Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan: Berngam, Satria, Tangsi, Kartini, Setia, Binjai, Pekan Binjai.

Tabel. 4.1

Luas wilayah kecamatan di Kota Binjai.

Luas wilayah kecamatan di Kota Binjai.

Dokumen terkait