• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN RUMAH PINTAR PEMILU (RPP) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU SERENTAK MASYARAKAT KOTA BINJAI TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN RUMAH PINTAR PEMILU (RPP) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU SERENTAK MASYARAKAT KOTA BINJAI TAHUN 2019"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANUGRAH P. TELAUMBANUA 187054020

MAGISTER ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

ii

PERNYATAAN

Judul Tesis

PERAN RUMAH PINTAR PEMILU (RPP) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU SERENTAK

MASYARAKAT KOTA BINJAI TAHUN 2019

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Master Ilmu Politik pada Program Studi Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 10 Februari 2021 Penulis

Anugrah P. Telaumbanua

(3)

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MAGISTER ILMU POLITIK

ANUGRAH P. TELAUMBANUA (187054020)

PERAN RUMAH PINTAR PEMILU (RPP) DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU SERENTAK

MASYARAKAT KOTA BINJAI TAHUN 2019

Rincian isi tesis, 100 halaman, 6 tabel, 5 gambar, 40 buku, 15 jurnal, 13 situs internet, 3 Undang-undang, 3 Peraturan, 2 Keputusan, 1 Edaran serta 5 wawancara (Kisaran buku dari tahun 1955-2021).

ABSTRAK

Penelitian tentang Peran Rumah Pintar Pemilu (RPP) dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilu serentak masyarakat kota binjai tahun 2019 dilatar belakangi oleh adanya program RPP yang dibentuk oleh Komisi Pemiluhan Umum (KPU) disetiap Provinsi, Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia yang bertujuan untuk peningkatan partisipasi pemilih dan kualitas pemilih dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum termasuk pada pemilihan umum tahun 2019.

Rumah Pintar Pemilu merupakan alat bagi KPU dalam melakukan pendidikan pemilih bagi pemilih dan sebagai alat sosialisasi pemilu. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Pintar Pemilu meliputi Publikasi Kegiatan dimana KPU mempublikasikan setiap kegiatan RPP menggunakan berbagai media. Invitasi Publik dimana KPU mengundang masyarakat untuk mengunjungi RPP dan Kalender Event dimana KPU menggunakan momentum hari peringatan dalam kegiatan memperkenalkan kegiatan kepemiluan kepada masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peran Horton dan Hunt, kemudian teori partisipasi politik oleh almond dan verba, teori kelembagaan oleh laski dan teori pendidikan politik menurut kartini kartono. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Hasil yang diperoleh adalah RPP Kota Binjai telah melakukan perannya sebagai lembaga pendidikan non formal yang melakukan pendidikan politik bagi pemilih dan juga sebagai sosialisator dalam kegiatan pemilihan umum pada tahun 2019. Kegiatan yang dilakukan oleh RPP Kota Binjai meliputi kunjungan RPP keluar, kunjungan RPP masuk dan kursus kepemiluan. Kunjungan Keluar RPP yaitu dengan mengunjungi masyarakat seperti sekolah, organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan di Kota Binjai. Kunjungan Masuk RPP dengan mengundang kembali pihak yang telah dikunjungi. Kursus kepemiluan dimana KPU melakukan kursus kepemiluan bagi masyarakat. Dengan adanya pendidikan pemilih dan sosialisasi pemilu yang dilakukan oleh RPP Kota Binjai menambah kesadaran bagi pemilih dalam menggunakan hak pilih berdasarkan nilai-nilai demokrasi yang ada dan menambah wawasan bagi masyarakat dalam kepemiluan.

Kata kunci : Rumah Pintar Pemilu, Peran, pendidikan politik, partisipasi politik.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus oleh karena kemurahan dan kasih setiaNya yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Ilmu Politik pada Program Studi Magister Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan tesis ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Jurusan Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Sumatera dan selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukkan serta koreksi dalam proses penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

5. Bapak Prof. Marlon Sihombing, MA., selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukkan serta koreksi dalam proses penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

6. Bapak Dr. Tonny P. Situmorang, M.Si, selaku ketua komisi penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Adil Arifin, S.Sos., MA., selaku anggota komisi penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan tesis ini.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

(8)

viii

9. Orang Tuaku tercinta, Bapak (Alm. H. Telaumbanua) dan Ibunda (N. Br Hutagalung) untuk kasih sayang dan doanya kepada penulis.

10. Istriku tercinta (Nina Melati br. Pakpahan) dan anak-anakku yang tersayang (Felicia Zaneta Telaumbanua, Fiona Manuela Telaumbanua, dan Filbert Christian Telaumbanua) terimakasih buat doa dan dukungannya.

11. KPU RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Magister (S2) Konsentrasi Tata Kelola Pemilu pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

12. Ketua KPU Kota Binjai (Bapak Zulfan Effendy, ST), Sekretaris KPU Kota Binjai (Bapak Dr. Syariful Azmi, SH, MH), Kasubbag Teknis dan Parmas (Bapak Fernando Pinem, S. Sos) dan seluruh jajaran Sekretariat KPU Kota Binjai yang telah meluangkan waktu, memberikan data dan dukungan kepada penulis untuk penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai.

13. Staf Administrasi MIP USU (Kak Nina) yang senantiasa membantu dan memfasilitasi penulis dari awal hingga akhir dalam proses penulisan ini.

14. Teman-teman seperjuangan MIP 2018 Konsentrasi Tata Kelola Pemilu batch IV yang saling memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan tesis ini dan berharap menerima saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembacanya.

Terimakasih. Tuhan Memberkati.

Medan, 10 Februari 2021

(Anugrah P. Telaumbanua)

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Peran ... 10

2.2. Teori Partisipasi Politik ... 11

2.3. Teori Kelembagaan ... 14

2.4. Teori Pendidikan Politik ... 17

2.5. Penelitian Terdahulu ... 18

2.6. Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Alasan Pemilihan Metode Penelitian ... 23

3.3. Lokasi Penelitian ... 23

3.4. Fokus Penelitian ... 24

3.5. Unit Analisis dan Informan ... 24

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 25

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.8. Teknik Analisis Data ... 27

3.9. Teknik Keabsahan Data ... 28

3.10. Sistematika Penulisan ... 28

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Profil Kota Binjai ... 29

(10)

x

4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai ... 29

4.1.2. Data Geografis Kota Binjai ... 32

4.1.3. Demografi dan Kepadatan Penduduk ... 33

4.1.4. Suku dan Agama di Kota Binjai... 34

4.2. Komisi Pemilihan Umum Kota Binjai…………. ... 36

4.2.1. Komisioner ... 37

4.2.2. Sekretariat ... 38

4.3. Rumah Pintar Pemilu Kota Binjai ... 39

4.4. Bentuk Pelayanan RPP Kota Binjai ... 43

4.5. Peran RPP Kota Binjai pada Pemilu 2019 ... 52

4.5.1. KPU Kota Binjai sebagai Lembaga Pendidikan yang bersifat Non Formal ... 52

4.5.2. KPU Kota Binjai sebagai Sosialisator ... 56

4.6. Pelaksanaan pendidikan pemilih RPP Kota Binjai ... 62

4.6.1. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Pemilih di Rumah Pintar Pemilu ... 65

4.6.2. Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan Pemilih di Rumah Pintar Pemilu ... 84

4.7. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2019 ... 94

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan …………. ... 98

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

DAFTAR LAMPIRAN ... 106 Lampiran 1. Transkrip wawancara dengan Ketua KPU Kota Binjai

Lampiran 2. Transkrip wawancara dengan Anggota KPU Kota Binjai Lampiran 3. Transkrip wawancara dengan Kepala Sub Bagian Teknis Lampiran 4. Transkrip wawancara dengan Staf Sub Bagian Teknis Lampiran 5. Transkrip wawancara dengan Peserta Kursus Kepemiluan Lampiran 6. Hasil Uji Plagiasrism

(11)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

1.1 Persentase Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan

Umum Nasional ………. 1

1.2 Persentase Partisipasi Masyarakat Kota Binjai Pada

Pemilihan Umum ……… 7

4.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Binjai……… 33 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan

Kecamatan di Kota Binjai ………... 34 4.3 Daftar Kegiatan RPP Kota Binjai …… ………. 50 4.4 Tabel Informan Penelitian ..………. 51

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR JUDUL HALAMAN

2.1 Peta Partisipasi Politik ……… 13

2.2 Kerangka Berpikir………. ……… 22

4.1 Peta Wilayah Kota Binjai ………. ……… 35

4.2 Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Kota Binjai

Periode 2018-2023……….. 37

4.3 Struktur Organisasi Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Kota Binjai ……….. 38

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dari penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dapat dilihat dari tingkat demokratisnya pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan tersebut. Indikator penyelenggaraan pemilu yang demokratis salah satunya adalah tingkat partisipasi masyarakat. 1 Bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan seperti ikut dalam kegiatan partai politik baik sebagai anggota maupun pengurus, aktif dalam pemberian informasi kepemiluan kepada masyarakat termasuk kegiatan pemberian suara pada saat pelaksanaan pemungutan suara.2

Tingkat partisipasi dalam Pemilu secara nasional di Indonesia saat ini dianggap mengalami penurunan. Pada Pemilu Tahun 1955 angka partisipasi pemilih dapat mencapai 91,4 % berbeda halnya dengan pemilu terakhir (2014) yang hanya mencapai 72,%. Kondisi faktual ini jelas menggambarkan kecenderungan penurunan yang signifikan dan menyedihkan sehingga partisipasi menjadi poin penting yang wajib mendapatkan perhatian khusus dalam setiap pelaksanaan penyelenggaraan pemilu.3

Tabel 1.1

Persentase Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Umum Nasional

No. Jenis Pemilu Tahun Partisipasi

1. Pemilu Legislatif 1955 91,4 %

2. Pemilu Legislatif 1971 96,6 %

3. Pemilu Legislatif 1977 96,5 %

4. Pemilu Legislatif 1982 96,5 %

5. Pemilu Legislatif 1987 96,4 %

1Abdi Akbar, dkk. Desember 2019. Serial Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 : Perihal Partisipasi Masyarakat: Jakarta: Badan Pengawas Pemilu. Hal 5

2 Ramlan Surbakti Didik Supriyanto April 2013 Partisipasi Warga Masyarakat Dalam Proses Penyelenggaran Pemilihan Umum. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. Hal 2.

3 http://ksp.go.id/partisipasi-pemilih-dalam-pemilu.html diakses 11-02-2020

(14)

6. Pemilu Legislatif 1992 95,1 %

7. Pemilu Legislatif 1997 93,6 %

8. Pemilu Legislatif 1999 92,6 %

9. Pemilu Legislatif 2004 84,1 %

10. Pemilu Legislatif 2009 70,9 %

11. Pemilu Legislatif 2014 72,0 %

Sumber: http://ksp.go.id/partisipasi-pemilih-dalam-pemilu/

Peningkatan dan penurunan jumlah partisipasi pemilih dalam Pemilu dipengaruhi oleh banyak faktor 4 salah satunya adalah faktor dari tingkat pendidikan pemilih. Para ahli menyatakan bahwa faktor utama yang mentukan partisipasi politik adalah tingkat pendidikan serta menyarankan pendidikan melalui suatu mekanisme termasuk pengembangan keterampilan kognitif dan penyediaan informasi yang berhubungan dengan politik.5

Partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana partisipasi politik warga negara indonesia dan sarana pendidikan politik6 juga sebagai sarana rekrutmen politik, baik bagi anggotanya dan juga masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara.7 Peran dari partai politik dalam sistem demokrasi yang modern sangat menentukan dan sebagai pilar utama dalam sistem politik bagi warga negara8, bahkan dapat diidentikkan dengan demokrasi itu sendiri9.

Ketika partai politik tidak melakukan tugas dan fungsinya dengan baik dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, untuk itu perlu kehadiran lembaga atau institusi lain dalam menopang peran ini sehingga proses pendidikan

4 Arizka Warganegara,.Hertanto, Tabah Maryanah, Robi Cahyadi Kurniawan. 2019, Partisipasi Pemilih Dalam Pemili Han Umumdi Provinsi Lampung. Lampung: Pusaka Media. Hal 3

5 Campbell et al 1960;. Delli Carpini dan Keeter 1996; Rosenberg 1988 dalam Mayer.K (2011). Does Education Increase Political Participation?, The University of Chicago Press The Journal of Politics, Vol.

73, No. 3 The University of Chicago Press Southern Political Science Association: 633.

http://www.jstor.org/stable/10.1017/S002238161100034X.

6 Haryanto. 1984. Partai Politik Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Liberty,. Hal 12.

7 UU No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik Pasal 1 Ayat 4.

8 Thomas Meyer. 2012. Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis. Jakarta, Friedrich-Ebert-Stiftung (FES)

9 Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, Hasyim Asy’ari, August Mellaz, 2011. Membangun Sistem Kepartaian Pluralisme Moderat : Menyederhanakan Jumlah Partai Politik. Jakarta Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan Hal 26

(15)

politik dapat terus berjalan secara berkelanjutan. Pada dasarnya pendidikan politik tidak hanya semata peran dari partai politik tetapi terdapat peran pemerintah dalam hal ini adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU).10

Pemerintah sebenarnya dapat melakukan pendidikan politik melalui kementrian, badan atau lembaga yang dimilikinya seperti contoh melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) yang ada di setiap provinsi dan kabupaten dan kota. Sama halnya dengan KPU yang memiliki peran dalam merencanakan dan melaksanakan pendidikan politik kepada pemilih bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi.11

KPU sebagai salah satu lembaga penyelenggara Pemilu12 mempunyai tugas dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu baik untuk tingkat nasional dan untuk tingkat daerah sesuai dengan amanat undang-undang dan pelaksanaan tugas penyelenggaraan Pemilu dilakukan secara berkesinambungan 13 dan bebas dari intervensi dari pihak manapun14. Dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat sebagai pemilih maka KPU harus bisa fokus untuk melakukan pendidikan kepada pemilih untuk memastikan bahwa pemilih memperoleh informasi yang memadai terkait dengan informasi kepemiluan. KPU dapat menyiapkan sistem pendidikan pemilih yang terintegrasi dengan seluruh jajaran penyelenggara baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota bahkan tingkatan paling rendah sekalipun.

Pada dasarnya, Pendidikan pemilih sangat erat kaitannya dengan politik kewarganegaraan dan demokrasi. Orientasi dari pendidikan pemilih salah satunya adalah menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan rasional dalam menggunakan hak politiknya. Dengan pendidikan pemilih yang baik akan menciptakan masyarakat yang mandiri dan bebas dalam menyuarakan tuntutan, keinginan, dan kepentingan politiknya, bahkan lebih jauh lagi, hasil dari pendidikan pemilih memungkinkan warganegara melakukan kontrol terhadap

10 UU No. 7 Pasal 434 Ayat 2 d

11 Ibid., Pasal 449 Ayat 1

12 Ibid., Pasal Pasal 1 Ayat 7

13 Ibid., Pasal 7 Ayat 2

14 Ibid., Pasal 7 Ayat 3

(16)

kinerja pemerintahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta akan menambah kapasitas warganegara bila berhadapan dengan pemerintahan.15

Untuk itu KPU telah menjadikan pendidikan pemilih dalam salah satu potensi masalah penting kepemiluan, tiga permasalahan penting tersebut adalah:

penyelenggara Pemilu yang profesional, lingkungan demokrasi yang kondusif dan pendidikan dan pencerdasan pemilih dalam menggunakan hak pilih.16 Demi terkelolanya pendidikan pemilih yang berfungsi dengan baik secara terstruktur dan sistematis maka KPU mengambil komitmen untuk memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan pemilihan yang berkelanjutan.17

KPU dalam misinya yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) KPU 2015-2019 jelas menitik beratkan poin pendidikan pemilih sebagai salah satu agenda terpenting dalam pencapaian target kinerjanya. Pendidikan pemilih tentu saja dekat kaitannya dengan kegiatan sosialisasi yang tidak bisa dipisahkan dan selalu berdampingan dengan upaya sosialisasi, dan demi suksesnya upaya pencerdasan pemilih, maka KPU telah memiliki beberapa strategi dalam melakukan pendidikan dan sosialisasi bagi pemilih.

Untuk strategi pendidikan pemilih, pelaksanaannya harus melihat hal yang terkait dengan pemilih itu sendiri. Beberapa strategi KPU dalam melakukan program pendidikan pemilih meliputi: Penggunaan teknologi dan informasi, pemanfaatan media massa, lembaga pendidikan, pemanfaatan aktivitas dan budaya, komunitas hobi, Rumah Pintar Pemilu (RPP), relawan demokrasi, dan kreasi lain.18

RPP merupakan salah satu sarana bagi KPU dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam agenda penyelenggaraan pemilu.19 Pada Tahun 2015 KPU melakukan perintisan

15 Rozuli, A. I., & Haboddin, M. (2018). Pendidikan Pemilih dan Penguatan Demokrasi. Politea: Jurnal Politik Islam, 1(2), 129-148.

16 Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 63/Kpts/KPU/Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Tahun 2015-2019.

17 Ibid

18 Komisi Pemilihan Umum. 2015. Pedoman Pendidikan Pemilih. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum, Hal 24

19 Anugrah P. Telaumbanua dan Heri Kusmanto, 2020, Peranan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Melakukan Sosialisasi Rumah Pintar Pemilu (RPP) Untuk Tingkat Mahasiswa di Medan. TALENTA

(17)

RPP secara terbatas pada 9 KPU provinsi dan 18 KPU kabupaten/kota dengan menjadikan kegiatan ini sebagai pilot project pertama kemudian pada Tahun 2016 KPU melaksanakan penambahan program RPP hanya untuk 10 KPU provinsi. 20 Hingga pada akhirnya, pada Tahun 2017 KPU melakukan pembentukan RPP pada 15 KPU provinsi dan 273 KPU Kabupaten / Kota dan pada Januari 2020 RPP telah terbentuk di 34 KPU provinsi dan 514 kabupaten/kota.21

Dasar hukum yang digunakan dalam pembentukan program RPP mengacu pada UU No 11 Tahun 2015 dan secara khusus merujuk pada PKPU No. 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota.22 Pada PKPU No. 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum ditegaskan kembali bahwa pendidikan pemilih dapat dilakukan melalui RPP.23

Konsep dari RPP merupakan pemanfaatan ruang dari suatu bangunan atau bangunan khusus yang disediakan dalam melakukakan seluruh program dan aktivitas dalam melakukan pendidikan bagi pemilih.24 Konsep dalam pembentukan RPP tidak terlepas dari keinginan KPU untuk dapat menghadirkan suatu sarana yang dapat melakukan edukasi nilai nilai demokrasi bagi pemilih dan masyarakat umum.25

Tujuan dari pembentukan RPP adalah untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam segi kualitas dan kuantitas dalam seluruh proses tahapan pelaksanaan dan penyelenggaraan Pemilu dan dapat menjadi pusat informasi kepemiluan bagi masyarakat.26 Sasaran dari pelaksanaan dari kegiatan RPP adalah

Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA), Volume 3: TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara, Hal 31

20https://kpud-medankota.go.id/catatan-reflektif-kegiatan-pendidikan-pemilih-rumah-pintar-pemilu-kpu-kota- medan/

21 https://kpu-bangkalankab.go.id/2020/01/25/kpu-bangkalan-hadiri-peresmian-RPP-nasional-ketiga/

22 https://kpud-medankota.go.id/mendidik-pemilih-mensukseskan-pemilihan-melalui-rumah-pintar-pemilu/

23 Lihat Peraturan KPU No. 10 Tahun 2018 Tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

24 Komisi Pemilihan Umum. Pedoman Rumah Pintar Pemilu. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum, Hal 2

25 Ibid., 4

26 Ibid

(18)

masyarakat secara umum 27, namun untuk melakukan pendidikan pemilih bagi masyarakat dibagi kedalam berbagai kelompok masyarakat yang menjadi prioritas.

Materi edukasi RPP yang diberikan kepada peserta yang mengikuti kegiatan RPP berupa memperkenalkan, memberi pemahaman dan menanamkan kesadaran tentang nilai-nilai demokrasi sehingga menginspirasi masyarakat akan pentingnya demokrasi.28 Materi edukasi dalam layanan RPP dapat berupa sejarah Pemilu, proses kepemiluan, dan simulasi proses pemilihan pada pelaksanaan Pemilu.29

Dalam memberikan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan inspirasi masyarakat tentang pentingnya pemilu dan demokrasi terdapat beberapa sarana atau fasilitas dalam RPP untuk penyampaian informasi kepemiluan melalui penayangan audio visual, ruang pameran, ruang simulasi dan ruang diskusi meskipun konsep RPP dapat difungsikan sebagai museum Pemilu.30

RPP di KPU Kota Binjai merupakan bagian pilot project ketiga yang dirintis KPU di kabupaten/kota di seluruh Indonesia pada Tahun 2017. Ada 11 KPU Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara yang mendapatkan legitimasi pendirian program RPP dan pada Tahun yang sama tepatnya pada tanggal 27 Maret 2017 RPP KPU Kota Binjai diresmikan dengan mengundang para Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Binjai beserta masyarakat dengan tujuan untuk memperkenalkan kehadiran dari RPP di Kota Binjai.

Partisipasi masyarakat Kota Binjai dalam Pemilu baik tingkat Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, serta Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota menunjukkan adanya fluktuasi partisipasi masyarakat. Apabila melihat partisipasi masyarakat selama penyelenggaraan pemilihan umum sejak Tahun 2004 maka

27 Ibid

28 Ibid

29 Ibid., 5

30 Komisi Pemilihan Umum 2016. Konsep Rumah Pintar Pemilu (disampaikan pada Rapat Kordinasi Pusat Pendidikan Pemilih di Bali 19-21 Mei 2016)

(19)

pada Pemilu Tahun 2019 mengalami peningkatan partisipasi yang terbaik yaitu mencapai 82,59 %.

Tabel 1.2

Persentase Partisipasi Masyarakat Kota Binjai Pada Pemilihan Umum

No. Jenis Pemilu Tahun Partisipasi

1. Pemilu Legislatif 2004 65,23%

2. Pemilu Presiden 2004 65,82 %

3. Pilkada Walikota 2005 60,03 %

4. Pilkada Gubernur 2008 64,50 %

5. Pemilu Legislatif 2009 56,76 %

6. Pemilu Presiden 2009 73,19 %

7. Pilkada Walikota 2010 60,77 %

8. Pilkada Gubernur 2013 48,76 %

9. Pemilu Legislatif 2014 74,34 %

10. Pemilu Presiden 2014 65,68 %

11. Pilkada Walikota 2015 65,41 %

12. Pilkada Gubernur 2018 62,24 %

13. Pemilu Legislatif 2019 82,26 %

14. Pemilu Presiden 2019 82,59 %

Sumber: RPP KPU Kota Binjai (diolah)

Melihat tabel 2 di atas, Pilkada Walikota Tahun 2015 dengan tingkat partisipasi 65,41% yang akan menjadi acuan dalam melihat peningkatan partisipasi pemilih karena merupakan Pemilu yang terakhir sebelum pembentukan RPP KPU Kota Binjai Tahun 2017. Jika kita melakukan perbandingan dengan Pilkada Gubernur Tahun 2018 dengan tingkat partisipasi mencapai 62,24% maka dapat terlihat jelas bahwa telah terjadi penurunan partisipasi pemilih pada Pilkada Gubernur pada Tahun 2018 sebesar 3,17% sementara jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) tahun 2019 tingkat partisipasi pemilih mencapai 82,26% dan 82,59%.

(20)

Dari paparan angka di atas jelas telah terjadi fluktuasi persentasi angka partisipasi yang labil sehingga memunculkan pertanyaan dalam diri peneliti yaitu

“Bagaimana sebenarnya peranan RPP di KPU Kota Binjai dalam mempengaruhi partisipasi pemilih masyarakat di Kota Binjai?”. Hal tersebutlah yang menjadi dasar peneliti untuk menggali lebih dalam atas fenomena tersebut, dalam hal ini KPU Kota Binjai merupakan otoritas terkait.

Berdasarkan data di atas penulis melihat bahwa untuk melihat bagaimana peranan RPP KPU Kota Binjai dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat Kota Binjai pada pemilihan umum legislatif tahun 2019 dan pendidikan pemilih melalui kegiatan RPP di Kota Binjai maka dilakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “PERAN RUMAH PINTAR PEMILU (RPP) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU SERENTAK MASYARAKAT KOTA BINJAI TAHUN 2019”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kegiatan sosialisasi dan pendidikan politik kepemiluan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, maka ada beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana peran KPU Kota Binjai dalam menjalankan RPP untuk peningkatan partisipasi masyarakat di Kota Binjai pada Pemilu 2019?.

2. Bagaimana metode dan hambatan dalam pelaksanaan pendidikan pemilih di RPP KPU Kota Binjai?

3. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kota Binjai pada pemilihan serentak tahun 2019 pasca kegiatan RPP?

1.3 Tujuan Penelitian

1 Untuk menganalisis peran KPU Kota Binjai dalam menjalankan RPP dalam melakukan pendidikan pemilih kepada masyarakat pada Pemilu 2019?.

2 Untuk menganalisis keberhasilan RPP dalam meningkatkan partisipasi pemilih masyarakat di Kota Binjai pada Pemilu 2019?.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh antara lain:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai program RPP sebagai salah satu media dalam pendidikan politik bagi masyarakat luas secara umum.dan pemilih secara khusus.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberi masukan kepada pihak KPU dalam pelaksanaan program RPP yang efektif kepada masyarakat.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberi masukan terhadap kendala-kendala pelaksanaan program RPP kepada masyarakat.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Peran

Peran membicarakan mengenai aspek dinamis dari suatu kedudukan, Seseorang disebut telah melaksanakan peran yang dimiliki apabila dia telah menjalankan atau melaksanakan hak yang dia miliki dan kewajiban yang dilakukan. Peran berguna untuk mengatur perilaku seseorang dan dapat meramalkan perbuatan orang lain dalam batas tertentu sehingga mendorong seseorang untuk melakukan penyesuaian perilaku yang dimiliki terhadap perilaku orang-orang sekelompoknya.31

Menurut Horton dan Hunt (1993:129-130) peran atau role adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya.

Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula.32

Dalam pelaksanaan suatu peran dapat dipengaruhi oleh kelas sosial, bentuk keluarga, dan latar belakang keluarga. Suatu peran dapat dibagi menjadi beberapa jenis peran sesuai dengan apa yang mempengaruhi seseorang atau lembaga yang memiliki peran dalam menjalankan perannya tersebut. Menurut Soerjono Soekanto peran terbagi menjadi tiga 3 jenis, di antaranya yaitu:

1. Peranan Normatif

Peranan normatif adalah jenis peran dari seseorang atau suatu lembaga yang berdasarkan pada ketentuan norma yang ada di kehidupan masyarakat.

31 Bagong Suyanto & Dwi Narwoko, 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta.:Kencana, hal.158-159

32 Horton, Paul B., dan Chester L, Hunt, 1993, dalam Aminuddin Ram, Tita Sobari, Sosiologi Jilid 1 Edisi VI.

Jakarta : Erlangga Hal 129-130.

(23)

2. Peranan Ideal

Peranan Ideal adalah jenis peran dari seseorang seseorang atau suatu lembaga yang berdasarkan pada kondisi ideal atau yang harus dilakukan sesuai kedudukannya di dalam suatu sistem.

3. Peranan Faktual

Peranan faktual adalah peran dari seseorang atau suatu lembaga yang di dasarkan pada kondisi sebenarnya atau apa adanya sesuai di lapangan dapat dikatakan kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.33

Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan dengan jelas. Pada penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran RPP sebagai media dari KPU dalam melakukan pendidikan politik sebagai bagian dari tugas KPU melakukan sosialisasi penyelenggaraan pemilu sesuai dengan PKPU.34

2.2 Teori Partisipasi Politik

Sebagai defenisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)35. Salah satu aspek yang penting dari partisipasi politik itu sendiri berkaitan dengan penggunaan hak pilih oleh masyarakat.

Sebagaimana defenisi Miriam, hasyim ,Sydney dan Verba memiliki defenisi yang sama tentang partisipasi pemilih sebagai aktivitas individu untuk

33 Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, Hal. 243.

34Lihat Peraturan KPU No. 10 Tahun 2018 Tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

35 Miriam Budiarjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(24)

memilih personalia pemerintahan dan prilaku mereka.36 Defenisi tentang aktivitas individu dalam sebuah pemlihan untuk memilih berproses melalui dialektika yang panjang. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah teori elit klasik dimana pada 1950-an partisipasi individu bukan merupakan hal yang penting karena ada kedaulatan elit.

Satu hal yang menjadi preseden buruk jika dalam suatu pemilihan terjadi peningkatan angka partisipasi pemilih, itu berarti menandakan ada kekecewaan rakyat terhadap pemerintah atau elit. Yang terjadi justru sebaliknya partisipasi warga yang mengalami penurunan menunjukkan kepuasan terhadap pemerintah atau elit.37

Mendiskusikan partisipasi politik tidak hanya bersumber dari satu perspektif yang berkaitan dengan partisipasi electoral atau voter turn out (pemberian suara) namun dalam perspektif yang lain partisipasi politik dimaknai lebih luas lagi. Oleh sebab itu klasifikasi dari para ahli terhadap konsep partisipasi politik dibagi dalam dua rumpun besar yakni yang sifatnya konvensional yang diartikan sebagai kehadiran untuk dalam memilih dalam bilik suara. Dan yang bersifat non-konvensional sifatnya lebih luas yakni berupa keterlibatan warga pada kegiatan elektoral seperti kampanye, menjadi relawan, menjadi broker politik calon, dan lain sebagainya. Sedangkan pada kategori partisipasi politik non-elektoral, keterlibatan warga tidak memiliki kaitan atau hubungan dengan pemilu, bentuknya sangat luas, biasanya berkaitan dengan kontroversi politik (contentious politics) berupa gerakan sosial, boikot, protes, menurunkan seseorang dari jabatan politik, protes akibat kebijakan politik, dan bentuk lainnya.38

Dalam perdebatan konseptual lainnya, Partisipasi dibedakan menjadi 2 yakni39 partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif yakni kegiatan yang berorientasi pada input dan output politik.40 Secara konkrit kegiatan tersebut misalnya mengajukan saran terhadap sebuah kebijakan, melakukan protes hingga

36Gabriel Almond dan Sydney Verba,Civic Culture

37 S.H. Barnes, M. Kaase, at all, eds, Political Action, Mass Particiption in Five Western Democracies, (London: Sage Publications, 1979)

38 Op.cit Moh Nurhasim,2015., Hal.12.

39 Samuel L. Long (Edt.), The Handbook of Political Behavior, Volume 4. (New York: Plenum Press, 1981),hlm. 198.

40 Lihat penjelasan tentang teori sistem contoh misal David Easton atau Gabriel Almond.

(25)

memilih pemimpin dalam sebuah pemerintahan. Sedangkan partisipasi pasif yakni kegiatan yang berorientasi pada output. Dalam penjelasan yang lebih konkrit partisipasi pasif ini diwujudkan dengan penerimaan kebijakan tanpa adanya protes.

Gambar 2.1 Peta Partisipasi Politik

Gbr. Peta Partisipasi diadaptasi dari Kruskrido Ambardi (2015).

Pertanyaanya kemudian bagaimana seseorang bertindak melakukan partisipasi politik dalam konteks ini mendatangi TPS menggunakan hak Pilihnya.

Beberapa studi menjelaskan seperti yang dilakukan oleh Lawrence (2006) dia menemukan bahwa komunikasi dan aliran informasi mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan termasuk menggunakan hak pilih di TPS. Sedang hasil penelitian dalam konteks Indonesia yang dilaksanakan ERI bersama KPU menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kehadiran seseorang di TPS secara umum ada 3 yakni Figur Calon, Etnisitas/Kekerabatan dan Money Politic (politik uang).41

Sebagaimana studi Lawrence (2006) adanya pengaruh aliran informasi terhadap partisipasi senada dengan pendapat Riker dan Ordeshook’s, dimana mereka menitikberatkan informasi sebagai pengetahuan yang berimplikasi penting

41 Op.Cit Moh Nurhasim., Hal. 172

(26)

sebagai dasar pemberian suara, (Riker dan Ordeshook‘s model pilihan rasional).

Atau juga pendapat dari Milner (2020) bahwa peran pendidikan politik (political;

knowledge), pendidikan kewarganeraan (civic education). terhadap keterlibatan seseorang dalam Pemilu. Meskipun dalam konteks penelitian mereka diarahkan kepada wacana pemilih pemula (pemilih < 16 Tahun).42

Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji sebagaimana maksud dari studi Lawrence bahwa pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap tindakan partisipasi politik lebih tegasnya pemberian suara di TPS. Aspek pengetahuan disini adalah pengetahuan Kepemiluan dan politik sebagaimana pendapat dari yang didapat melalui program kegiatan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Kota Binjai sebagai stake holder sebagaimana penelitian White yang melihat adanya peran stake holder/intitutusi dalam memberikan insentif dalam kerangka menstimulus orang berpartisipasi. Peran stake holder disini bisa diartikan sebagai institusi politik seperti Komisi Pemilihan Umum dan terutama KPU Kota Binjai sebagai pelaksana pendidikan pemilih bagi masyarakat Kota Binjai.

2.3 Teori Kelembagaan

Teori Kelembagaan dalam Politik bersifat struktural dan sistemik ditandai dengan adanya pengaruh dari lembaga-lembaga politik terhadap kelompok kepentingan dengan pengaruh berupa dampak yang besat terhadap kelompok tesebut. Dalam proses tersebut terjadi antara aktor yang terlibat dalam sistem . Singkatnya perubahan sistem akan berpengaruh pada perubahan kebijakan institusi dan interaksi aktor didalamnya. Pendapat ini sudah mengakat mengingat akar dari ilmu politik adalah mempelajari lembaga meskipun pasca perang dunia ke 2 kecendrungannya kajian politik mengarah kepada pendekatan teoritis yang bersifat individualistik yakni Behavioralism dan Pilihan Rasional43.

42 Jan Eichhorn, Johannes Bergh, 2020, Lowering the Voting Age to 16. Palgrave Studies in Young People and Politics. Palgrave Macmillan, Cham.Hal.66

43 Guy Peter,1999., Hal.1

(27)

Pada perkembangannya teori kelembagaan politik dikelompokkan menjadi dua aliran besar yakni Aliran Kelembagaan Lama (old institutionalism)44 dan Aliran Kelembagaan baru (new institutionalism. old institutionalism memiliki beberapa karakteristik kajian yakni45 :

1. Aspek Hukum Yang Dominan

Berkonsentrasi pada aspek hukum dan peran sentral dalam pemerintahan.

Dimana hukum menjadi elemen yang penting dalam pemerintahan.

2. Stukturalisme

Berfokus pada cabang-cabang kelembagaan yang besar (mayor) dari sebuah sistem politik. Misal antara presidialisme atau parlementer,sistem federal atau kesatuan.

3. Holistik (menyeluruh)

Memotret kelambagaan secara menyeluruh dengan membandingkan sistem kelembagaan secara keseluruhan untuk membuat generalisasi (mencari persamaan umum) dari objek kajian yang ada.

4. Berorientasi Sejarah

5. Analisis terhadap aspek normative

Sedangkan new institutionalisme berfondasi pada aliran behaviouralisme dan pilihan rasional dalam analisis kajiannya yang bersumber dari kajian march dan Olsen46 dimana aspek individual sifatnya tidak terpecah tetapi menyatu dalam konteks interaksi yang kompleks dengan individu lain dan juga bersifat kolektif.

Siapakah kemudian yang disebut sebagai lembaga itu? Menurut Macridis47, dalam bukunya menguraikan lembaga politik , dengan unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Membahas mengenai konstitusi "constitution" atau undang undang dasar sebagai suatu lembaga politik Negara.

2. Membahas mengenai lembaga politik negara yang sudah lazim sampai sekarang, eksekutif "the executive" , legislatif "the legislature" , dan judikatif

"the judiciary"

3. Membahas mengenai lembaga administrasi/birokrasi "administration" . 4. Membahas mengenai lembaga kontrol politik dan tanggungjawab politik.

44 Beberapa Tokoh old-intitusionalism semisal Carl Friedrich, James Bryce, Herman Finer and Samuel Finer

45 Op.cit. Guy Peter., Hal.6-10

46 Ibid., hal.25

47 Macridis, R. C. (1955) The Study of Comparative Government (New York: Random House).

(28)

Dalam konteks yang berbeda Laski menjelaskan tentang pembagian lembaga politik yang meliputi:

1. Membahas mengenai lembaga politik negara , eksekutif, legislatif, dan judikatif, mengenai perkembangannya berawal dari teori pemisahan kekuasaan, pengaruh teori Montesquieu.

2. Membahas mengenai lembaga organisasi warga negara , dalam teori politik disebuit "interest group" dan "political interest group" dan masalah kepentingan umum, "public interest".

3. Membahas mengenai lembaga pemilihan umum dan sisten pemilu yang dianut, distrik dan proposional dan atau campuran keduanya, dan mengenai sistem kepartaian.

4. Membahas mengenai lembaga kontrol, "public governance," administrasi publik, sistem departemen dan daerah.

Bagi March dan Olson kelembagaan tidak melulu menyangkut sturuktur formal, namun lebih elegan dipahami sebagai seperangkat aturan/norma, kesepahaman yang bersifat rutin48 atau dengan kata lain sebagai karakteristik yang muncul dari apa yang lembaga tersebut tampilkan serta apa yang anggota dari lembaga tersebut tampilkan.

Pendapat Laski ini secara terang menjelaskan tentang Lembaga Pemilihan Umum sebagai salah satu lembaga politik. Hal ini sesuai dengan objek kajian Penulis yakni KPU Kota Binjai sebagai salah satu lembaga Pemilu yang merupakan lembaga Politik yang kemudian memiliki karakteristik seperti pendapat March dan Olson sebagai lembaga yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan Pemilihan Umum, dengan aktivitas inti yakni melayani dan memfasilitasi Partisipasi Politik masyarakat.

Sebagai sarana pendidikan pemilih kepada masyarakat untuk tujuan dalam peningkatan partisipasi masyarakat sebagai pemilih maka RPP harus memiliki konsep yang baik dalam menentukan model pendidikan yang dilakukan. Untuk keberhasilan dalam pendidikan pemilih, RPP sebaiknya mempedomani faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan pemilih tersebut sehingga

48 March, J. G. and J. P. Olsen (1989) Rediscovering Institutions (New York: Free Press). Hal 21

(29)

pendidikan pemilih dapat dapat mencapai tujuannnya dalam peningkatan partispasi masyarakat.

2.4 Teori Pendidikan Politik

Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.49 Pemahaman mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam berbangsa dan bernegara merupakan makna yang sangat luas. Jika disederhanakan mengenai hak setiap warga negara dalam bidang politik dapat berupa hak untuk memilih dan dipilih. Kewajiban dari setiap warga negara dapat berupa mentaati hukum dan pemerintahan dan tanggung jawab warga negara dalam politik adalah mensukseskan sistem demokrasi di Indonesia.

Menurut Kartono dengan melakukan kegiatan pendidikan politik maka terdapat suatu proses pembentukan hati nurani politk, yaitu secara implisit membangun rasa tanggung jawab etis warga negara terhadap sesamanya.50 Pada pendidikan politik akan dijelaskan mengenai peristiwa politik dan konflik yang ada dan juga melakukan penekanan terhadap aktivitas politik secara sadar dan benar berdasarkan atas asas demokrasi yang sejati.51

Fungsi dari pendidikan politik adalah memberikan sumbangan yang besar bagi proses demokrasi yang semakin maju dan sebagai komunikasi politik yang modern.52 Berikut beberapa fungsinya :

1. Fungsi sebagai proses demokrasi yang semakin maju dari masyarakat atau struktur masyarakat yang ada. Dengan adanya pendidikan politik kepada masyarakat maka akan memicu masyarakat dalam melakukan partispasi politik secara sadar, rasional dan sukarela. Dengan adanya pendidikan politik yang baik maka partisipasi pemilih dalam politik dan jika

49 UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik

50 Kartono Kartini, 2009. Pendidikan Politik Sebagai Bagian Dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: CV Mandar Maju. Hal 79

51 Ibid

52 Kartono, Kartini. 1989. Pendidikan Politik. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

(30)

dikhususkan partispasi politik masyarakat sebagai pemilih akan semakin membaik sehingga meminimalkan partsipasi pemilih karena mobilisasi.

2. Fungsi sebagai komunikasi politik yang modern.

Dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat maka harus dipastikan dilakukan melalui cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat secara baik. Komunikasi politik yang baik jika dilakukan efektif dapat meningkatkan tingkat edukasi pemilih masyarakat baik ketika menerima sosialisasi dan pendidikan politik.

Tujuan dari pendidikan politik adalah53 :

1. Membuat rakyat (individu, klien, anak didik, dan warga masyarakat) mampu memahami situasi sosial politik yang penuh konflik, berani memberikan kritik membangun terhadap kondisi masyarakat yang tidak mantap; aktifitasnya diarahkan pada proses demokrasi sejati; dan sanggup memperjuangkan kepentingan serta ideologi tertentu, khususnya yang berkorelasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.

2. Memperhatikan peranan insani dari setiap individu sebagai warganegara, mengembangkan semua bakat dan kemampuannya (pengetahuan, wawasan, sikap, keterampilan dan lain-lain), agar ia dapat aktif berpartisipasi dalam proses politik demi pembangunan bangsa dan negara.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka pada dasarnya merupakan ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian. Penelitian terdahulu merupakan salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Pengkajian yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya dapat sebagai bahan rujukan untuk dapat mendalami bagaimana metode dan cara peningkatan partisipasi pemilih yang

53 Ibid

(31)

efektif dalam pemilihan umum. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan :

Pertama, Penelitian oleh Abid Irfan Nuhaa, Dra. Dra. Dyah Hariani, M.M (Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro) yang berjudul “Inovasi Pelayanan Rumah Joglo Pemilu Pada KPU Provinsi Jawa Tengah”. Pada penelitian ini peneliti melakukan metode penelitian kualitatif yang menggambarkan suatu bentuk dari rumah joglo pemilu yang ada di Jawa Tengah dengan proses pelayanan dari rumah joglo pemilu.

Hasil dari penelitian Abid Irfan Nuhaa, Dra. Dyah Hariani, M.M adalah perlu dilakukan perubahan bentuk dari rumah joglo pemilu karena masih belum memadai, perlu adanya tambahan biaya dalam pembenahan rumah joglo pemilu untuk merekrut tenaga fasilitator rumah joglo pemilu.

Kedua, Penelitian oleh Alrafni dan Suryanef (Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang) yang berjudul “Pendidikan Pemilih bagi Pemilih Pemula melalui Rumah Pintar Pemilu”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan fungsi RPP sebagai sarana pendidikan bagi pemilih pemula.

Hasil dari penelitian ini menyarankan tersedianya layanan aktifitas belajar politik di program RPP khusus bagi pemilih pemula dan perlunya kerjasama antara RPP disetiap kabupaten/kota dalam melakukan sinergitas dalam pengembangan RPP.

Ketiga, Penelitian oleh Qurotul Fitriani, Maya Mustika Kartika Sari (Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya) “Upaya Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pemilih Pemula Melalui Rumah Pintar Pemilu Raden Paku”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan tentang upaya dari RPP Raden Paku Gresik sebagai sarana pendidikan pemilih bagi pemilih pemula di Kota Gresik.

(32)

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa KPU Kabupaten Gresik dalam melakukan pendidikan pemilih tidak hanya bertumpu pada penggunaan layanan RPP saja tetapi memanfaatkan layanan lain seperti KPU Goes To Campus dan perlu adanya perbaikan pelayanan layanan RPP di masa mendatang.

Keempat, Penelitian oleh Mutia Eka Masputri, Alrafni, dan Susi Fitria Dewi (Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang) “Upaya Komisi Pemilihan Umum Kota Solok menjadikan Rumah Pintar Pemilu sebagai sarana pendidikan politik”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan tentang upaya dari RPP kota solok sebagai sarana pendidikan pemilih dengan sosialisasi dan kunjungan ke masyarakat.

Hasil dari penelitian ini menyarankan adanya tenaga SDM yang memahami secara baik tentang layanan RPP dan perlunya tambahan anggaran dalam kegiatan dari RPP yang mampu meningkatkan hasil dari program RPP tersebut.

Dari 4 (empat) penelitian sebelumnya telah menggambarkan bahwa masih adanya kekurangan dari program RPP yang berhubungan dengan inovasi program dalam meningkatkan partisipasi begitu juga dengan peran dari partai politik yang juga mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan politik.

2.6 Kerangka Berpikir

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan salah satu penyelenggara pemilihan umum yang berperan dalam menyelenggarakan proses demokrasi yang berbentuk pemilihan umum di Indonesia. Peran KPU dianggap strategis dan penting untuk mengawal suksesnya demokrasi, sehingga proses dari sistem perpolitikan di negara tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Sukses dari pelaksanaan demokrasi berdasarkan dari keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Ada beberapa indikator untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu pemilihan umum seperti adanya peningkatan partisipasi pemilih (pemilih tidak kehilangan hak pilihnya), pelaksanaan

(33)

pemilihan umum yang jauh dari masalah keamanan dan disintegrasi bangsa, meningkatkan kecerdasan pemilih dalam pemilu.

Adanya peningkatan partisipasi pemilih merupakan salah satu upaya dari KPU dalam pelaksanaan pemilu, sehingga KPU banyak melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi pada pelaksanaan pemberian suara dan berpartisipasi menjaga suara yang telah diberikan. Dalam proses sosialisasi KPU selalu melakukan sosialisasi tentang bagaimana masyarakat agar tidak kehilangan hak pilihnya dengan berperan aktif untuk melihat status hak pilihnya dalam daftar pemilih. Begitu juga tentang pendidikan pemilih yang diberikan KPU kepada masyarakat merupakan bagian dari sosialisasi dalam mencerdaskan pemilih dalam pemilihan umum.

Rumah Pintar Pemilih (RPP) merupakan bagian dari proses sosialisasi dan pendidikan (pencerdasan) KPU kepada masyarakat. Segmentasi dari RPP ini lebih menitikberatkan pada proses pendidikan politik bagi masyarakat walaupun tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.

RPP melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan mengundang masyarakat untuk datang ke kantor KPU yang ada di pusat sampai di kabupaten/kota tetapi juga melakukan sosialisasi dengan berkunjung ke masyarakat maupun kampus dan sekolah yang ada (jemput bola). Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi upaya sinergi yang baik antara KPU dan masyarakat, kampus dan sekolah dalam upaya bersama-sama mensukseskan Pemilu.

Peneliti melakukan fokus pada sosialisasi dan pendidikan RPP untuk masyarakat, dimana untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat diperlukan mengingat untuk materi pendidikan politik khususnya bidang kepemiluan sangat minim diperoleh masyarakat Hal ini sangat membantu masyarakat untuk meneruskan apa yang diperolehnya kepada masyarakat lain yang ada disekitarnya dan ikut untuk berpartisipasi.

Untuk mengurai dan menganalisis peran RPP KPU Kota Binjai dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilu 2019 penulis menggunakan

(34)

beberapa instrumen ilmiah atau teori yang relevan dengan permasalahan atau judul yang diangkat.

Pendekatan pertama adalah teori peran untuk melihat sejauh mana kedudukan KPU Kota Binjai sebagai otoritas pelaksana kegiatan atau program RPP pada Pemilu 2019. Kedua adalah teori partisipasi politik untuk melihat bagaimana keberadaan program RPP dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap minat masyarakat untuk berpartisipasi atau ikut memilih pada Pemilu 2019.

Ketiga adalah teori kelembagaan untuk melihat bagaimana KPU Kota Binjai sebagai lembaga negara yang sifatnya hirarki melaksanakan program RPP sebagai wujud tuntutan electoral laws yang ada. Bagaimana konsep dan metode RPP dilaksanakan merupakan cerminan dari karakteristik dari KPU Kota Binjai itu sendiri. Keempat adalah teori pendidikan politik untuk melihat KPU Kota Binjai melakukan proses kegiatan pendidikan dan sosialisasi pemilih kepada masyarakat guna membentuk masyarakat yang sadar akan hak-hak politiknya pada Pemilu 2019 sekaligus guna investasi di masa yang akan datang dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas memilih guna meninkatkan kualitas demokrasi pemilihan khususnya di Kota Binjai.

Gambar 2.2:

Kerangka Berpikir

PERAN RPP

KPU BINJAI

KELEMBAGAAN PARTISIPASI PEMILIH PENDIDIKAN POLITIK

PERAN RPP KPU BINJAI PEMILU 2019 PARTISIPASI PEMILIH

PEMILU 2019

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif yaitu bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Penelitian tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis hanya untuk mengukur secara cermat objek yang diteliti.54

3.2 Alasan Pemilihan Metode Penelitian

Pendekatan ini dipilih berdasarkan alasan yang dikaji permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang RPP dalam meningkatkan partisipasi pemilih, yang membutuhkan sejumlah data dan uraian secara kualitatif untuk mendukung hasil penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian secara kualitatif akan dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan yang masih mungkin dapat berubah sampai dengan kondisi sudah cukup ideal dengan konteks penelitian.

Pemilihan metode kualitatif deskriptif dinilai sangat ideal untuk menggambarkan sejumlah data kualitatif tentang RPP dari berbagai sumber baik dokumen ataupun literasi terkait. Alasan lain pemilihan metode ini juga sebagai sarana dalam mengurai sejumlah data-data kuantitatif agar dalam penyajian dan analisis dapat berkembang menuju titik kesimpulan yang komprehensif.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tesis mengambil lokasi di KPU Kota Binjai untuk meneliti peran pendidikan pemilih dari RPP KPU Kota Binjai kepada masyarakat.

Masyarakat Kota Binjai termasuk dalam ragam masyarakat yang majemuk terdiri dari multi etnis suku dan kebudayaan dan dalam keharmonisan yang baik. Dengan pemilihan lokasi ini diharapkan mendapatkan informasi yang baik terhadap pengembangan RPP di Kota Binjai.

54 Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik. 2015 Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media Publishing, Hal 57

(36)

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dengan pembatasan ini peneliti fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang peran RPP KPU Kota Binjai pada Pemilu 2019 dimana tahapan pemilu tahun 2019 sudah dimulai dari bulan Agustus tahun 2017 sampai dengan waktu pemungutan suara dan bagaimana dampaknya pada tingkat partisipasi masyarakat saat itu.

Tentu gambaran saja tidak lengkap tanpa adanya semacam analisis untuk dengan menggunakan beberapa teori yang disampaikan pada bab sebelumnya.

Penulis berharap dapat mengurainya secara sistematik sesuai dengan kaidah- kaidah ilmiah.

3.5 Unit Analisis dan Informan

Sebagai unit analisis dan informan pada penelitian ini adalah orang yang berhubungan langsung dengan pengelolaan RPP di KPU Kota Binjai yaitu meliputi pengelolah RPP KPU Kota Binjai dan peserta pendidikan pemilih.

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian55.Informan penelitian ini meliputi berbagai macam, seperti, (1) informan kunci (key informan) mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (2) informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti56

Dalam penelitian ini yang menjadi key informan atau informasi kunci dalam pemberian informasi tentang pengelolaan RPP di KPU Kota Binjai yaitu Ketua KPU Kota Binjai sebagai pimpinan dalam organisasi tersebut. Pemilihan informan kunci disebabkan karena penulis menilai bahwa Ketua KPU Kota Binjai sebagai

55 Lexy J. Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Hal 97

56 Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal 72

(37)

pimpinan dalam organisasi tersebut mempunyai kapasitas atas informasi keberadaan dan pengelolaan RPP KPU Kota Binjai.

sedangkan yang menjadi informan utama terdiri dari:

1. Anggota KPU Kota Binjai Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat 2. Kepala Sub Bagian Teknis dan Partisipasi Masyarakat

3. Staf Sub Bagian Teknis dan Partisipasi Masyarakat.

Sementara untuk pemilihan informan tambahan yakni para peserta pendidikan pemilih adalah masyarakat yang mengikuti program RPP pada Pemilu 2019 yang pastinya akan semakin menarik untuk digali tentang signifikasi peran RPP terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 khususnya di Kota Binjai.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merujuk pada jenis jenis informasi yang diperoleh peneliti baik sebelum dan ketika penelitian berlangsung melalui subjek penelitiannya, dan dari mana data diperoleh.57 Adapun untuk jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh si peneliti melalui sumber pertama dapat melalui observasi yang dilakukan ataupun melalui wawancara ke responden dan informan.58 Data primer dapat berbentuk data dalam bentuk verbal atau lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek penelitian atau informan berkaitan dengan hal variabel yang diteliti. 59 Pada penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh pada saat melaksanakan wawancara pada narasumber.

57 Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen. How to Design and Evaluate Research in Education. New York, Mc-Graw-Hill Publishing Company, 1990, hal. 89

58 Samsu. 2017. Metode Penelitian: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development). Jambi: Pusaka Jambi hal. 95

59 Op.cit Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik., Hal 28

(38)

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.60 Data sekunder dapat juga berbentuk data yang sudah ada atau dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain meskipun data itu merupakan data asli. 61 Data sekunder juga berguna untuk melengkapi dan mendukung data primer yang berbentuk catatan, dokumentasi baik yang berbentuk laporan-laporan kegiatan, notulensi rapat, surat keputusan dan lainnya. Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data diperoleh diteliti.62

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari :

1. Wawancara

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini, peneliti melakukan teknik wawancara dengan melakukan komunikasi secara verbal langsung kepada sumbernya. Peneliti dapat melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam apabila pihak responden yang diteliti berjumlah sedikit. 63 Wawancara berfungsi sebagai saran dalam memverifikasi tentang informasi yang diperoleh sebelumnya untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang diperoleh peneliti. Dalam wawancara diharapkan penulis dapat memberikan informasi data yang berimbang dan objektif dan tidak menutup kemungkinan adanya perspektif baru atas sebuah masalah penelitian.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dengan mempelajari dokumen dalam mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk

60 Ismail Nurdin dan Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media sahabat cendekia

61 Winarno Surachmad. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung. Tarsito, Edisi ke-7, hal. 163

62 Warul Walidin, Saifullah, Tabrani. ZA. 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory.

Banda Aceh FTK Ar-Raniry Press

63 Op.cit Ismail Nurdin dan Sri Hartati. Hal 178

(39)

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek yang berbentuk media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan sedikit. 64 Studi dokumentasi ini dapat juga diperoleh langsung oleh peneliti dari tempat penelitian yang memiliki relevansi untuk mendukung data primer yang diperoleh sebelumnya meliputi peraturan, laporan kegiatan, notulensi rapat dan lain sebagainya.

3. Studi Literatur

Studi Literatur adalah teknik penelitian dalam menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Studi literatur ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi literatur membantu peneliti untuk mendapatkan ide atau pendapat, dan kritik mengenai topik penelitian yang telah dianalisis oleh peneliti sebelumnya.

Hal pentingnya dalam studi literasi ini dapat melihat dan menganalisa nilai tambah penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

3.8 Teknik Analisis Data

Untuk mengidentifikasi peran RPP dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Proses analisis data dimulai dengan menyusun dan memilah data kemudian menyederhanakan data untuk disesuaikan urutan proses data tersebut untuk ditelaah. Seluruh data yang dianalisa tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu melalui wawancara, dan dokumentasi yang merupakan kumpulan keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil dilapangan.

Dalam proses ini dilakukan dengan metode Miles-Huberman mulai dari mereduksi data, menyajikan data sampai pada penarikan kesimpulan.65 Dalam hal ini yang merupakan mereduksi data berhubungan dengan pemilihan data yang akan digunakan, menyajikan data berupa melakukan penyusunan data, serta

64 Haris Herdiansyah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Ilmu Sosial Perspektif Konvensional dan Kontemporer. Jakarta: Salemba Humanika Hal 143

65 Op.cit Ismail Nurdin dan Sri Hartati. Hal 206

Referensi

Dokumen terkait

dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota. Medan

IMPLEMENTASI KETERWAKILAN PEREMPUAN DI DPRD KOTA YOGYAKARTA PADA PEMILU 2019 Skripsi Disusun Oleh: Hantyar Dwi Imawan NIM 20160610356 Fakultas Hukum Program Studi Hukum