• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita perjuangan nasional.

Sekarang ini bentuk-bentuk ancaman dari dalam bukan seperti pemberontakan atau subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.Begitu pula

ancaman yang dari luar bukan seperti infiltrasi atau intervensi kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Namun,

ancaman-Justru yang menjadi ancaman kita saat ini adalah sikap, dan rasa nasionalisme yang semakin.

Untuk menghadapi segala bentuk ancaman Tantangan, Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG) perlu adanya strategi penangkalan. Lingkaran penangkalan I berupa ketahanan Pribadi (TANPRI) merupakan lingkaran penangkalan terdalam bagi ketahanan nasional (TANNAS), terutama dalam menghadapi erosi moral erosi kebangsaan dan berbagai bentuk penyelewengan. Pada lapis penangkalan I, berupa keuletan pribadi pada dasarnya berakar pada keimanan dan ketakwaan serta penghayatan pada rasa, faham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Disini keberhasilan secara nasional dalam membentuk karakter kepribadian merupakan kunci dari unsur penangkalan pertama ini dalam mengembangkan Paham Nasionalisme.

Siswa sekolah merupakan aset bangsa masa depan yang akan mewarisi segala kehidupan bangsa ini. Oleh karena sejak dini mereka harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi itu untuk bisa menghadapai ancaman dan gangguan yang menggangu stabilitas bangsa nantinya. Salah satunya yang teraplikasi disekolah adalah bagaimana nasionalisme mereka dalam kehidupan sosial siswa di sekolah.

Siswa SMK yang masih termasuk golongan pemuda pada masa kini perlu sebuah inspirasi untuk membangkitkan rasa nasionalisme mereka. Salah satunya dari materi sejarah pergerakan nasional.Hal ini karena Sejarah Pergerakan Nasional memaparkan tentang bagaimana pemuda pada awal abad XX mampu berjuang

dengan jalur dan strategi yang berbeda dari masa sebelumnya. Heroisme pergerakan nasional tumbuh dari pemuda-pemuda yang berlatar belakang dari pendidikan.Pendidikan telah membuka mata dan fikiran mereka pada masa itu bahwa perjuangan yang selama ini ada ternyata tidak pernah berhasil dikarenakan masih bersifat kedaerahan.Sehingga muncul Budi Oetomo sebagai organisasi perjuangan pertama pada masa pergerakan nasional.Selain itu adanya Sumpah Pemuda menjadi gambaran tersendiri bagaimana semangat nasionalisme pemuda pada masa itu.

Berdasarkan rujukan di atas dapat dirumuskan bahwa pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional mempunyai hubungan terhadap nasionalisme siswa di sekolah sebagai bentuk dari usaha untuk menghadapi Tantangan, Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG) dalam ketahanan nasional siswa disekolah. Dari keterangan tersebut, maka peneliti terdorong untuk meneliti hubungan pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia (X) terhadap ketahanan nasional siswa di sekolah (Y).

C. Paradigma

Keterangan

: garis hubungan D. Hipotesis

Pemahaman siswa tentang Sejarah Pergerakan

Nasional Indonesia

Ketahanan nasional siswa disekolah Dilihat nasionalisme siswa yaitu:

1. Cinta terhadap tanah air 2. Rasa persatuan dan kesatuan 3. Rela berkorban

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti dan kebenaranya harus diuji melalui penelitian,dimana dugaan tersebut belum tentu benar.

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia dengan nasionalisme siswa kelas X SMK N 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Berarti ada kecenderungan semakin tinggi pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia, semakin tinggi rasa dan sikap nasionalisme siswa.

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelatif dengan pendekatan ex post facto yang mengambil sampel dari satu populasi. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 2003:63). Tujuan penelitian ini merupakan verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel variabel dalam suatu kondisi.

Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ini disebut juga penelitian yang dikerjakan setelah kenyataan atau sesudah kejadian (Sukardi, 2003: 165).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi,2006;130). Dengan mengacu pada pengertian di atas, maka yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 4 bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 14 (empat belas) kelas meliputi :

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas X SMK Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Jurusan Kelas Laki-laki perempuan Jumlah siswa 1 Administrasi Perkantoran X AP 1 - 35 35 X AP 2 - 34 34 X AP 3 - 34 34 2 Akuntansi X AK 1 11 23 34 X AK 2 13 19 32 X AK 3 10 25 34 3 Pariwisata X PW 1 14 20 34 X PW 2 16 16 32 4 Pemasaran X PM 1 13 19 32 X PM 2 15 20 35 5 Perbankan X PB 12 22 34 6 Teknik Komputer Jaringan X TKJ 21 13 34 Jumlah 404

Sumber: SMK Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas X yang ada di SMK N 4 Bandar Lampung sebanyak 404 orang yang terbagi kedalam enam jurusan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian. Oleh karena itu, agar diperoleh sampel yang dapat menggambarkan atau mewakili populasi maka sampel yang diambil harus representatif. (Budi Kustoro dan Basrowi, 2006: 248). Menurut Sugiyono (2009: 81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Arikunto (2006: 134), jika jumlah subjeknya terlalu besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 20% x 404 = 80,8 (dibulatkan menjadi 81)

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang siswa.

Dokumen terkait