• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

68 Hubungan variabel dalam penelitian ini diilustrasikan melalui diagram kerangka konsep berikut ini.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Negara / Lembaga Satuan Kerja Mitra KPPN Medan II

Hal pertama yang diduga mempengaruhi kualitas laporan keuangan kementerian negara/lembaga dalam penelitian ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan

Penerapan SAP (X1) Kualitas SDM (X2) SPI (X3) Komitmen Organisasi (X4) Pemanfaatan Teknologi Informasi (X5) Kualitas Laporan Keuangan (Y)

45 pemerintah di Indonesia. Nugraheni dan Subaweh (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan, menemukan bahwa terdapat pengaruh penerapan SAP di Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

Hal kedua yang diduga mempengaruhi kualitas LK-K/L dalam penelitian ini adalah kualitas SDM. Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen organisasi yang sangat penting, oleh karena itu harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Heald dalam dalam Mustafa, dkk (2010) pemerintah daerah di Inggris telah menetapkan tools akuntansi pemerintah (whole of government accounts) yang menjadi dasar pelaporan keuangan dalam upaya mencapai ketepatan pelaporan keuangan pemerintah. Pemerintah Inggris telah melakukan perubahan sistem dari

cash basis menuju accrual basis, yang harus melaporkan pelaporan entisas

(sesuatu yang berwujud), secara khusus pada regulasi dari pelaporan keuangan pemerintah. Kemudian penelitian tentang peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kapasitas dalam pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh Brignall dan Modell dalam Mustafa, dkk (2010) menganalisis sebuah evolusi dalam meningkatkan system pengukuran kinerja dalam organisasi pemerintah melalui program job-training. Dalam program ini, dinas-dinas pada pemerintah daerah di Amerika menetapkan ukuran kinerja dan

46 standar untuk pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. Penguna Sistem Informasi dalam organisasi telah meningkat secara dramatis. Sejak tahun 1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi (Westland dan Clark, 2000) dalam Venkatesh et al., (2003). Sistem informasi diadakan untuk menunjang aktifitas usaha di semua tingkatan organisasi. Penggunaan sistem informasi mencakup sampai ke tingkat operasional untuk meningkatkan kualitas produk serta produktivitas operasi. Sistem informasi juga berperan dalam bidang akuntansi. Statement of Financial Accounting

Concept No. 2, Financial Accounting Standard Board mendefinisikan akuntansi

sebagai sistem informasi. Standar akuntansi keuangan tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan. Penelitian mengenai sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintah pernah dilakukan, diantaranya penelitian Dinata (2004) menemukan bukti empiris bahwa secara garis besar sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan Kota Palembang belum sepenuhnya dinyatakan siap atas berlakunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002. Penelitian Alimbudiono dan Fidelis (2004) memberikan temuan empiris bahwa pegawai berlatar pendidikan akuntansi di subbagian akuntansi Pemerintah XYZ masih minim, job description-nya belum jelas, dan pelatihan-pelatihan untuk menjamin fungsi akuntansi berjalan dengan baik belum dilaksanakan. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan masih belum memadai. Kapasitas sumber daya manusia yang masih minim ini cenderung memiliki

47 pengaruh terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.

Hal ketiga yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah dalam penelitian ini adalah sistem pengendalian intern. Pengendalian intern merupakan bagian dari manajemen resiko yang harus dilaksanakan oleh setiap lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi. Penerapan pengendalian intern yang memadai akan memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas atau keandalan laporan keuangan, serta akan meningkatkan kepercayaan stakeholders. Sistem pengendalin intern meliputi berbagai alat manajemen yang bertujuan untuk mencapai berbagai tujuan yang luas. Tujuan tersebut yaitu menjamin kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, menjamin keandalan laporan keuangan dan data keuangan, memfasilitasi efisiensi dan efektivitas operasi-operasi pemerintah. Dengan demikian, pengendalian intern merupakan fondasi good governance dan garis pertama pertahanan dalam melawan ketidakabsahan data dan informasi dalam penyusunan laporan keuangan. Masih ditemukannya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan keuangan oleh BPK, menunjukkan bahwa LK-K/L belum memenuhi karakteristik/nilai informasi yang disyaratkan. Hasil audit yang dilakukan oleh BPK memberikan opini “tidak wajar dan/atau disclaimer” diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengendalian intern yang dimiliki oleh pemerintah daerah terkait. (BPK, 2011). Indriasari (2008) dan Winidyaningrum dan Rahmawati (2010) membuktikan secara empiris bahwa pengendalian internal akuntansi pemerintah daerah berpengaruh terhadap nilai laporan keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dengan ketepatwaktuan dan keterandalan. Hal ini didukung oleh

48 penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Susanti, (2010) yang menyatakan sistem pengendalian internal berpengaruh positif terhadap keandalan laporan keuangan.

Hal keempat yang diduga mempengaruhi kualitas LK-L/L dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi. Teori kepatuhan memberikan penjelasan mengenai pengaruh perilaku kepatuhan di dalam proses sosialisasi. Individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka, yaitu Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan dan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku (Septiani, 2005). Dengan demikian adanya komitmen organisasi akan mempertahankan kepatuhan dalam penyajian laporan keuangan pemerintah yang

reliable sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Penelitian Aritonang dan

Syarif (2009) yang meneliti mengenai keberhasilan penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pada pemerintahan. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa komitmen organisasi yang tinggi berdampak pada keberhasilan penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, sehingga dapat meningkatkan kualitas keandalan laporan keuangan pemerintah. Hasil penelitian Rosalin (2011) juga membuktikan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap keandalan pelaporan keuangan dan timeliness pelaporan keuangan.

49 Hal kelima yang mungkin memengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi informasi. Seperti diketahui bahwa total volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/D) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari sisi akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume transaksi keuangan pemerintah juga menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin rumit dan kompleks. Peningkatan volume transaksi yang semakin besar dan semakin kompleks tentu harus diikuti dengan peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan pemerintah (Sugijanto, 2002). Untuk itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada publik. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan Daerah. Secara umum telah banyak diketahui manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan, keakuratan perhitungan, penyimpanan data dalam jumlah besar, kos pemrosesan yang lebih rendah, dan kemampuan multiprocessing. Indriasari dan Nahartyo (2008) dan Mustafa, dkk (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah secara signifikan.

50

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan penelitian yang masih harus diuji dan dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan rumusan permasalahan dalam penelitian ini, diajukan hipotesis dalam penelitian ini: “Penerapan SAP, kualitas SDM, sistem pengendalian intern, komitmen organisasi dan pemanfaat teknologi informasi berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga Satuan Kerja mitra KPPN Medan II.”

BAB IV

Dokumen terkait