• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Daftar Pertanyaan...

2 Tabulasi Data Kuesioner………..

i

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA, PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA DAN AUDIT INTERN

TERHADAP KUALITAS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SKPD

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PADANG LAWAS

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Pertanggungjawaban Belanja dan Audit Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di pemerintahan Kabupaten Padang Lawas yang berjumlah 39 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dengan menggunakan metode sensus, populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan analisis linear berganda. Pengujian hipotesis digunakan uji F dan uji t. Uji F membuktikan bahwa ‟Anggaran Berbasis Kinerja‟, „Pertanggungjawaban Belanja‟ dan „Audit Intern‟ secara simultan berpengaruh terhadap kualitas LAKIP SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas namun secara parsial audit intern yang berpengaruh terhadap kualitas LAKIP SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas, sedangkan variabel „Anggaran Berbasis Kinerja‟ berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas LAKIP SKPD dan variabel „Pertanggungjawaban Belanja‟ tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas LAKIP SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas

Kata Kunci: Anggaran Berbasis Kinerja, Pertanggungjawaban Belanja, Audit Intern, dan Kualitas LAKIP SKPD.

THE AFFECT OF THE PERFORMANCE BUDGETING

IMPLEMENTATION, COST OF ACCOUNTABILITY AND INTERNAL AUDIT TO THE QUALITY OF

GOVERNMENT INSTITUTION PERFORMANCE ACCOUNTABILITY REPORT OF SKPD IN GOVERNMENT OF PADANG LAWAS

ABSTRACT

The objective of this Research leads to know and analyze the affect of the affect performance budgeting, cost of accountability and internal audit to the Quality of Government Institution Performance Accountability Report of SKPD in Government of Padang Lawas. The population was 39SKPDs in Padang Lawas Administration; they were used as the samples, using cencus method. The data comprised the primary data and were analyzed by using validity test and reliability instrument, classical assumption test, The hypothesis test through multiple linear regression test. The result of F test proved whether variable the performance budgeting implementation, cost of accountability and internal audit simultantly have an significant influence on The Quality of Government Institution Performance Accountability Report of SKPD in Government of Padang Lawas but partially that the internal audit has an significant influence on The Quality of Government Institution Performance Accountability Report of SKPD in Government of Padang Lawas. Beside that a variable the performance budgeting implementation partially has not an negative influence and significant on The Quality of Government Institution Performance Accountability Report of SKPD and the variable the internal audit has not an significant influence on The Quality of Government Institution Performance Accountability Report of SKPD in Government of Padang Lawas.

Keywords: The Implementation of Performance Budgeting, Cost Of Accountability, Internal Audit, Information System of Financial Management, and Quality of Government Institution Performance Accountability Report.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Semangat reformasi membuat masyarakat menuntut pemerintah agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan pemerintahan yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari penyelenggara pemerintahan dan pembangunan dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia. Semangat reformasi tersebut telah melahirkan reformasi keuangan negara dengan lahirnya 3 (tiga) paket Undang-undang tentang Keuangan Negara yaitu undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Dalam Undang-undang Keuangan Negara tersebut mengatur tentang akuntabilitas pengelolaan Keuangan Negara yang antara lain salah satunya mengamanatkan beberapa asas umum pengelolaan keuangan Negara, yaitu akuntabilitas berorientasi pada hasil. Menurut LAN dan BPKP (2000) Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Media pelaporan akuntabilitas tersebut adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan hasil dari suatu proses sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP). Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan instrumen yang digunakan instansi pemerintah untuk menjawab kewajiban tersebut yang terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, dan pelaporan kinerja.

LAKIP yang berkualiatas sangat penting peranannya karena dapat memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi sehingga dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah kepada para stakeholders/pemangku kepentingan termasuk masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut LAN dan BPKP (2000) LAKIP yang berkualitas harus memenuhi prinsip-prinsip laporan yang baik yaitu sebagai berikut:

a. Relevance (relevan)

b. Accuracy/reliability (akurat dan handal)

c. Consistency/comparability (Konsisten/dapat diperbandingkan)

d. Verifiability/ traceability (Verifikasi/ditelusuri)

e. Timeliness (Tepat Waktu)

f. Understandability (Dapat dimengerti)

g. Mengikuti standar laporan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku

h. Prinsip lingkup pertanggungjawaban

i. Prinsip prioritas

j. Prinsip manfaat

LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pengelolaan keuangan daerah seperti sistem perencanaan pembangunan, penganggaran menggunakan anggaran berbasis kinerja (ABK), penatausahaan keuangan daerah termasuk didalamnya mengatur

3

tentang mekanisme pertanggungjawaban belanja, pelaporan dan pertanggungjawaban serta pengawasan keuangan daerah melalui audit intern. Jika variable-variabel tersebut berjalan secara efektif maka LAKIP yang berkualitas akan tercapai.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dimulai dengan merancang dan menetapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dimulai dari suatu proses perencanaan yang strategik (Renstra) merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahun. Perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategik lokal, nasional,dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen Rencana stratejik setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran). Setelah itu instansi pemerintah harus dapat menetapkan dokumen perencanaan kinerja (Renja) yang merupakan turunan dari perencanaan stratejik (renstra) instansi pemerintah yang akan dicapai dalam 1 (satu) tahun.

Setelah proses penyusunan dan penetapan perencanaan stratejik dan perencanaan kinerja yang efektif pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) akan dilanjutkan untuk dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan menggunakan pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK), sehingga penyusunan anggaran SKPD dengan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) harus memasukkan kegiatan dan program yang telah ditetapkan kedalam dokumen perencanaan kinerja beserta capaian indikator kinerja kegiatan berupa input (masukan), output (keluaran) dan outcome (hasil),

jika tidak kualitas LAKIP yang akan dilaporkan akan rendah karena LAKIP yang akan disusun nanti tidak dapat diukur capaian kinerjanya, tidak memenuhi prinsip-prinsip relevan dan mengikuti standar laporan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang diatur dalam SK LAN No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Melalui sistem penganggaran berbasis kinerja ini penetapan besarnya alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangkan nilai uang (value for money) dan nilai uang yang mengikuti fungsi (money follow function) sesuai dengan kebutuhan riil setiap unit kerja. Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja maka setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya. Penyusunan APBD berbasis prestasi kerja atau kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Dalam penyelenggaraannya, pemerintah daerah dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan masyarakat (Mardiasmo, 2006).

Prinsip akurat, handal dan dapat ditelusuri merupakan prinsip yang harus dipenuhi dalam rangka mencapai kriteria LAKIP yang berkualitas. Jika laporan yang disampaikan tidak memenuhi kriteria diatas, maka laporan yang dibuat dan disampaikan tersebut bersifat mengada-ngada. Pertanggungjawaban belanja yang dilakukan harus memenuhi prinsip dokumen pertanggungjawaban yang lengkap dan sah sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Derah Jo Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Pasal 132 ayat (1), (2) dan (3).

5

Pertanggungjawaban belanja merupakan hasil dari mekanisme pelaksanaan penatausahaan keuangan yang dilaksanakan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) meliputi penerbitan diantaranya pengujian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik, Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambahan Uang (TU) maupun Langsung (LS) serta penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM), kemudian Bendahara Umum Daerah (BUD) pada Pemerintah Daerah mengeluarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sehingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berupa Dinas, Badan atau Kantor dapat melaksanakan kegiatan dan programnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan/program SKPD tersebut, pertanggungjawaban belanja mempunyai peran yang sangat penting dalam proses penatausahaan yang dimulai dari penerbitan Surat Perintah Pembayaran (SPP) sampai dengan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan sesuatu wajib dipertanggungjawabkan secara tepat waktu. Pertanggungjawaban belanja harus memenuhi prinsip-prinsip bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sehingga bisa dipertanggungjawabkan atau diuji secara formil dan materil, sehingga pada saat penyusunan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) data bersifat akurat, handal dan dapat ditelusuri.

Prinsip dapat diverifikasi dan akurasi serta handal merupakan prinsip yang harus dipenuhi dalam rangka mencapai kriteria LAKIP yang berkualitas. Data capaian kinerja baik indikator input, output dan outcome yang disajikan dalam LAKIP SKPD saat dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerjanya, capaian kinerja

tersebut dapat diverifikasi/trasir kebenarannya melalui audit intern berupa pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, audit tersebut mempunyai peranan yang sangat penting sebagai assurance/jaminan atas efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan.

Terkait dengan peraturan tersebut dalam rangka berakuntabilitas dengan menyusun LAKIP SKPD yang berkualitas, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak bisa melepaskan kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang ada yaitu membuat dan menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) SKPD.

Penyusunan Rancangan APBD di Pemerintah Kabupaten Padang Lawas dimulai dengan disusunnya RKA-SKPD terlebih dahulu oleh setiap SKPD yang ada setelah memperoleh batasan pagu anggaran untuk setiap SKPD atas program dan kegiatan yang diusulkan pada tahun bersangkutan. Batasan pagu anggaran yang harus ditaati oleh setiap SKPD adalah sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara eksekutif dan legislatif. Bappeda sebagai satuan kerja perencanaan pembangunan daerah memiliki peran yang sangat penting dalam penentuan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan bagi setiap SKPD, hal ini dikarenakan harus diselaraskannya antara usulan program dan kegiatan setiap SKPD dengan prioritas pembangunan daerah sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen perencanaan daerah baik yang ada di dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan kompilasi dari dokumen perencanaan kinerja (Renja) SKPD maupun yang ada di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

7

(RPJMD) yang juga merupakan kompilasi dari dokumen perencanaan strategik (Renstra) SKPD.

Pengamatan awal yang dilakukan peneliti di Pemerintah Kabupaten Padang Lawas menunjukkan bahwa penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 s/d 2012 menjadi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Padang Lawas terlambat ditetapkan yaitu pada tahun bersangkutan dimana anggaran dilaksanakan, dan pengiriman Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) selalu terlambat diatas bulan Maret tahun berikutnya. Kondisi ini disebabkan karena Pemerintah Kabupaten Padang Lawas merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga Pemerintah Kabupaten Padang Lawas memiliki keterbatasan dalam Sumber Daya Manusia (SDM) secara kuantitas dan kualitas/kompetensi SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) masih sedikit yang telah mengikuti bimbingan teknis atau pelatihan di bidang pengelolaan keuangan daerah dan umumnya yang mengisi formasi jabatan struktural berasal dari guru dibanding yang mempunyai kemampuan bidang teknis SKPD masing-masing, dengan adanya keterbatasan SDM tersebut, penyampaian laporan pertanggungjawaban belanja oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) disampaikan tidak tepat waktu kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DP2KAD). Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, bahwa penetapan APBD menjadi Perda APBD selambat-lambatnya pada bulan Desember sebelum Tahun Anggaran yang bersangkutan dilaksanakan, dan penyampaian LAKIP Pemerintah Daerah selambat-lambatnya tiga bulan setelah Tahun Anggaran yang berkenaan selesai. Hal ini disebabkan karena

terlambatnya penyampaian Laporan Akuntabilitas Pemerintah Daerah (LAKIP) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas setiap tahun.

Keterlambatan penetapan APBD belum sesuai dengan tujuan penerapan anggaran berbasis kinerja yang menghendaki penyusunan dan penetapan APBD dapat tepat waktu, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) SKPD terlambatnya penyelesaian belum sesuai dengan tujuan dibangunnya sistem akuntabilitas pemerintah daerah yang menghendaki adanya pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pelaksanaan pemerintah daerah yang tepat waktu.

Keterlambatan penetapan Perda APBD Tahun Anggaran 2009 s/d 2012 berdampak kepada keterlambatan penyampaian LAKIP SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tersebut memotivasi peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk membuktikan Apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Pertanggungjawaban Belanja dan Audit Internal Berpengaruh Terhadap Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas.

1.2.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Pertanggungjawaban Belanja dan Audit Intern berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas?”.

9

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pertanggungjawaban Belanja dan Audit Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam akuntansi sektor publik khususnya tentang pengelolaan keuangan daerah.

b. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam peningkatan akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Padang Lawas sehingga dapat melakukan perbaikan dan pembenahan dalam penyusunan anggaran, pertanggungjawaban belanja serta mampu mengefektifkan audit intern.

c. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5.Originalitas Penelitian

Kualitas LAKIP mempunyai posisi yang strategis dalam rangka menjawab semangat reformasi yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara agar berakuntabilitas sebagai bagian dari terwujudnya pelaksanaan good governance (pemerintahan yang baik). Berakuntabilitas berarti mempertanggungjawabkan seluruh hasil penyelenggaraan pemerintahan dan hasil pembangunan. Pertanggungjawaban suatu instansi pemerintah kepada publik pada prinsipnya merupakan kewajiban organisasi pemerintah baik kementerian/lembaga serta pemerintah daerah untuk menjelaskan kinerja penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban ini tidak semata-mata dimaksudkan sebagai upaya untuk menemukan kelemahan pelaksanaan pemerintahan daerah melainkan juga untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah serta fungsi pengawasan DPRD dan publik terhadap jalannya pemerintahan.

Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut perlu diatur prinsip-prinsip dalam penyusunan LAKIP agar LAKIP yang disusun tersebut berkualitas, sehingga dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada para stakeholders/pemangku kepentingan terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan.

Penelitian tentang pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Pertanggungjawaban Belanja dan Audit Intern terhadap Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (LAKIP) SKPD belum ada dilakukan. Penelitian ini merupakan pertama sekali, peneliti telah melakukan

searching/pencarian internet, tidak ditemukan tesis, jurnal dan artikel terkait dengan judul yang diangkat peneliti, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) SKPD

Menurut SK LAN No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LAKIP merupakan dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya.

Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan setahun sekali.

Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut perlu diatur prinsip-prinsip dalam penyusunan LAKIP agar LAKIP yang disusun tersebut berkualitas, sehingga dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada para stakeholders/pemangku

kepentingan terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut LAN dan BPKP (2000) LAKIP yang berkualitas harus memenuhi prinsip-prinsip laporan yang baik yaitu sebagai berikut:

a. Relevance (relevan)

Relevance atau relevan berhubungan dengan tujuan dari suatu organisasi dan tergantung dari kegunaan dari informasi itu. Jadi relevan adalah kriteria yang mendasar yang menentukan kegunaan dari property informasi lain. Sebagai contoh, informasi yang berhubungan dengan produksi untuk bulan ini mungkin sangat relevan bagi manajer produksi yang berkepentingan mengejar target produksi.

b. Accuracy/reliability (akurat dan handal)

Informasi yang bebas dari kesalahan dan tepat dapat dikatakan akurat. Informasi akan lebih berguna bagi para manajer jika akurat dan ini adalah kualitas dari informasi itu. Akurasi dapat terjadi pada waktu pengukuran maupun pengolahan data. Akurasi ini dapat ditingkatkan melalui kehati-hatian dalam memperoleh dan memproses data dan menyampaikannya kepada pengguna informasi. Pengendalian dan ukuran-ukuran keamanan data yang terbangun dalam system informasi sangat diyakini sebagai cara yang efektif untuk memperoleh keakuratan informasi

c. Consistency/comparability (konsisten/dapat diperbandingkan)

Laporan dapat memberikan konsistensi dan gambaran keadaan masa yang dilaporkan dibandingkan dengan periode-periode lain.

d. Verifiability/ traceability (verifikasi/ditelusuri)

Data capaian kinerja berupa capaian indikator kinerja input, output dan outcome pada tingkat kegiatan dan sasaran yang disajikan pada LAKIP harus dapat diuji kebenarannya melalui verifikasi dan penelusuran terhadap dokumen sumber capaian kinerja untuk masing-masing indicator.

e. Timeliness (Tepat Waktu)

Tepat waktu biasanya mempunyai keterkaitan dengan dua hal penting, yaitu frekuensi dan penangguhan. Frekuensi menunjukkan seberapa sering informasi dikinikan (update) dan diukur sebagai interval waktu antara dua laporan yang berisi informasi sejenis. Penangguhan, yaitu panjangnya waktu yang habis (expire) dari saat selesai suatu kejadian sampai informasi ke tangan pengguna. Makin lama “waktu yang habis” itu, sudah tentu makin berkurang kegunaannya bagi pengguna. Karena bagi pengguna informasi yang akan mengambil keputusan dengan informasi itu juga akan didesak oleh keterbatasan waktu. Dengan demikian, response time (waktu tanggapan) dari pengguna sangat diandalkan dalam melihat apakah informasi itu masih berguna atau tidak.

13

Sehingga dapat disimpulkan semakin terlambat informasi semakin kecil kegunaan dan nilainya bagi pengguna.

f. Understandability (dapat dimengerti) Laporan harus disajikan dapat dimengerti g. Prinsip lingkup pertanggungjawaban.

Hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan.

h. Prinsip prioritas.

Yang dilaporkan adalah hal-hal yang renting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.

i. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunannya, dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja.

j. Mengikuti standar laporan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

2.1.2. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada „output‟ organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap Visi, Misi dan Rencana Strategis organisasi. Anggaran Berbasis Kinerja mengalokasikan sumberdaya pada program bukan pada unit organisasi semata dan memakai „output measurement‟ sebagai indikator kinerja organisasi (Bastian, 2006).

Anggaran Berbasis Kinerja pada pemerintah daerah pertama sekali digulirkan dengan terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang berisi panduan untuk membuat anggaran kinerja, pelaksanaan anggaran sampai dengan pelaporan pelaksanaan anggaran. Regulasi ini kemudian disempurnakan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan terakhir dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 sebagai penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, maka penyusunan APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan di dalam dokumen perencanaan. Dengan demikian tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dengan mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target dengan hasil yang dicapai berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Penganggaran berbasis kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan

Dokumen terkait