BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
42 2. Pengetahuan, sikap dan perilaku lansia terhadap kesehatan
Tabel 5.3Distribusi Pengetahuan,sikap dan perilakuLansia terhadap Kesehatan di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba (n= 112)
Variabel Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)
Pengetahun Baik 83 74,1
Kurang baik 29 25,9
Sikap Baik 99 88,4
Cukup 13 11,4
Perilaku Baik 92 82,1
Cukup 20 17,9
Sumber : Data Perimer, 2018.
Berdasarkan tabel 5.3, lansia di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba sebagian besar menunjukkan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan yakni sebanyak 83 orang (74,1%), Sebagian besar menunjukkan sikap yang baik terhadap kesehatan yakni sebanyak 99 orang (88,4%) dan mayoritas menunjukkan perilaku yang baik terhadap kesehatan yakni sebanyak 92 orang (82,1%).
43 pengetahuan kesehatan lansia berdasarkan karekteristik lansia di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
Berikut ini peneliti akan membahas pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia terhadap kesehatan di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
1. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Kesehatan Lansia di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
a. Pengetahuan Kesehatan Lansia di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Pengetahuan Lansia yang di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba hasil pengetahuan yang didapatkan baik sebanyak 83 orang (74,1%). Sedangkan untuk lansia yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 29 orang (25,9%).
Pengetahuan kurang baik yang peneliti dapatkan dari Desa Bontobangun. Dari hasil penelitian yakni lansia jarang mengikuti kegiatan posyandu dibandingkan dengan lansia yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan setelah mengikuti kegiatan di Posyandu lansia. Pengetahuan lansia di desa Bontobangun yakni baik karena banyak dari anak atau cucu mereka yang merupakan tenaga kesehatan, Sehingga lansia megetahui banyak tentang kesehatan dan lansia pada desa tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan di Posyandu lansia setiap bulan. Berbanding terbalik dengan
44 penelitian Mamik R & Endang(2013), bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keaktifan lansia datang ke Posyandu Lansia di Dusun Kudu Desa Kudu Banjar Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang. Berdasarkan data sebagian responden memiliki pengetahuan yang baik. Namun peneliti mendapatkan tiga responden dengan pengetahuan yang kurang baik.
Menurut Notoadmodjo (2012) bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin baik pengetahuan seseorang. Namun dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan tidak tamat SD-SD dengan pengetahuan yang baik tentang kesehatan.
Hal ini dikarenakan ada beberapa responden yang mempunyai kerabat atau keluarga bekerja sebagai tenaga kesehatan yang memberikan informasi kepada responden. Selain itu berbagai media juga dapat membentuk pengetahuan seseorang atau responden menjadi tahu tentang kesehatan seperti televise, koran dan radio serta diberikan penyuluhan yang intensif dari petugas kesehatan puskesmas setempat.
Aktif berolahraga merupakan bagian pola hidup sehat yang sebaiknya aktivitas fisik atau olahraga pada lansia beserta manfaatnya sehingga menjadikan sebagai individu yang mandiri, sehat dan tetap aktif. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energy untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya. Aktivitas fisik yang
45 terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut olahraga. Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi (Karim, 2002).
Selain olahraga yang sudah terjadwal dengan teratur, pekerjaaan rumah sehari-hari yang hanya membutuhkan tenaga sedikit seperti menyapu halaman rumah dan berjalan kaki mengelilingi kompleks rumah dapat menjadikan tubuh seseorang menjadi sehat.
Aktifitas fisik merupakan salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencegah penurunan fungsi kognitif dari lansia (Sauliyusta & Rekawati, 2016). Fungsi kognitif ini meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanaan dan pelaksanaan.
Kurang dari setengah jumlah responden tidak mengetahui tentang akibat terlalu banyak mengkonsumsi garam atau natirum bisa mneyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Menurut Permenkes No. 30 Tahun 2013 bahwa mengkonsumsi natirum lebih dari 2000 miligram per hari per orang akan beresiko mendderita hipertensi.
46 Diabetes merupakan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat. Mengkonsumsi makanan yang manis berhubungan signifikan dengan kejadian Diabetes Melitus (DM).
Namun hal ini berbeda antara antara hasil penelitian Wicaksono dan Witasari dengan penelitian Nur, Fitria, Zulhaida & Hanum (2016).
Penelitian Wicaksono & Witasari menyimpulkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan manis memiliki resiko terkena DM dua kali lipat. Sedangkan hasil penelitian Nur, et. al (2016) bahwa peluang terkena DM lebih kecil bagi yang mengkonsumsi makanan manis.
Dalam penelitian ini setengah dari jumlah responden mempunyai pengetahuan yang baik akan faktor mengkonsumsi makanan manis dapat menyebabkan penyakit DM.
Kurang dari setengah jumlah responden mempuanyai pengetahuan yang kurang baik tentang kebutuhan tidur lansia minimal delapan jam dalam sehari. Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi normal dan melakukan proses pemulihan stamina berada pada kondisi optimal (Guyton & Hall, 2007).
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh seseorang termasuk lansia. Menurut Depkes (2009) dalam Syahid (2015) bahwa pelayanan kesehatan adalaha setiap upayya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
47 memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.Pelayanan kesehatan berkaitan dengan dalam pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap keluhan apa yang dirasakan oleh oleh lansia. Ada beberapa program pemerintah yang memberikan pelayanan terhadap lansia seperti puskesmas santun lansia & posyandu lansia. Namun sejauh ini, belum ada puskesmas santun lansia belum berjalan secera optimal untuk dijadikan sebagi contoh bagi puskesmas lain. Sedangkan pelayanan posyandu lansia dilakukan dengan mengumpulkan lansia untuk mengecek kesehatan. Dalam penelitian ini didapatkan lebih dari setengah jumlah responden berpengetahuan baik untuk memeriksaan kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan di posyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas dibutuhkan oleh lansia jika sudah mengalami suatu masalah dalam kesehatannya atau sakit.
Keyakinan atau kepercayaan responden mengatasi masalah kesehatan dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar responden mengakui adanya hubungan antara keyakinan atau kepercayaan dengan keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan dan pengobatan. Sebagian kecil responden berpengetahuan kurang baik
48 dalam pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh keyakinan lansia bahwa memeriksakan diri atau tidak pun akan berakhir dengan kematian.
b. Sikap Lansia terhadap Kesehatan di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba mayoritas baik yaitu sebanyak 99 orang (88,4%). Berdasarkan hasil penelitian oleh Puji Utami (2014), tidak terdapat hubungan karasteristik personal dengan sikap lansia.
Karakteristik personal tersebut diantaranya adalah jenis kelamin, umur dan pendidikan dengan sikap lansia terhadap pelayanan kesehatan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang sikap lansia terhadap kesehatan didapatkan bahwa lansia mampu melakukan olaragah atau beraktivitas sendiri secara mandiri, hal ini dibuktikan dengan lansia mampu melakukan senam atau aktivitas rutin tampa bantuan dari orang lain. Namun karena usia, lansia tidak mampu melakukan aktivitas berat. Lansia pada Desa Bontobangun mampu menjaga kesehatannya. Hal ini dibuktikan dengan sikap lansia yang mampu menjaga kesehatannya, dengan cara makan teratur, olaragah secara teratur, dan pola tidur yang teratur. Lansia percaya bahwa kebersihan merupakan bagian dari iman. Sikap lansia pada penggunaan gula dan garam masih belum teratur, dimana masih ada lansia yang mengkomsumsi garam yang berlebihan.
49 c. Perilaku Lansia terhadap Kesehatan di Desa Bontobangun Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
Perilaku Lansia terhadap Kesehatan di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Lebih dari setengah responden yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 92 orang (82,1%). Dari hasil penelitian didapatkan pula 20 responden (17,9%) yang memiliki perilaku cukup terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pergaulan lansia dan rasa ingin tahu lansia terhadap kesehatan. (Pratikwo, Pletojo, & Widjanarko, 2014). Dalam penelitian tersebut juga didapatkan usia dan pendidikan terakhir memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku yang cukup pada lansia mengenai kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Desa Bontobangun didapatkan bahwa perilaku lansia terhadap kesehatan baik, dimana lansia melakukan olahraga lebih dari 30 menit sampai 1 jam perhari. Perilaku kesehatan yang nampak pada`lansia selain berolahraga dapat dilhat dari pola tidur yang teratur dan mengkomsumsi makanan sehat dan teratur. Lansia pada di Desa Bontobangun selalu mengkomsumsi obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter dari fasilitas kesehatan. Lansia menyadari bahwa suatu saat meraka akan kembali ke sang pencipta.
50