BAB 3. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian 1. prevalensi 2. karakteristik
- jenis impetigo - usia
- jenis kelamin - lokasi lesi IMPETIGO
BAB 1V
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran karakteristik impetigo di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2013-2015. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain potong lintang (cross sectional) secara retrospektif dengan memperoleh data sekunder dari cacatan rekam medis. Pengambilan data rekam medis dilakukan hanya satu kali pada suatu saat.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2016 4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, jumlah pasien relatif banyak, memiliki data-data rekam medis yang lengkap, dan belum adanya penelitian mengenai gambaran karakteristik impetigo di rumah sakit ini.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh pasien yang sudah terdiagnosis menderita Impetigo dan terdaftar pada rekam medis.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yang didapat dari data-data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik periode 2013-2015 dan telah
didiagnosis menderita impetigo. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).
Kriteria inklusi: semua rekam medis yang memuat diagnosis impetigo mulai periode 2013-2015 di instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
Kriteria eksklusi: rekam medis yang tidak lengkap yaitu rekam medis yang tidak memuat jenis impetigo, usia, jenis kelamin, dan lokasi lesi impetigo.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien dengan diagnosis Impetigo selama tahun 2013 – 2015 yang didapat di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu jumlah prevalensi serta karakteristik berupa jenis, usia, jenis kelamin, lokasi lesi dari pasien impetigo selama tahun 2013 - 2015, lalu dilakukan pencatatan atau tabulasi.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan memasukkan data kedalam program komputer menggunakan program Statistical Package for the Social Science (SPSS) kemudian akan dianalisa secara deskriptif menggunakan tabel
distribusi dan melakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.
4.6. Definisi Operasional
variabel Definisi Cara ukur Alat
Ukur Kategori Skala
terjadi sesuai
menggunakan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang terletak di lantai 1 rumah sakit. RSUP Haji Adam Malik Medan berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, berjarak ± 1 Km dari Jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan.
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H.
Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 124 rekam medis dari penderita impetigo periode 2013–2015 yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik, dan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu rekam medis yang lengkap dan dapat dinilai karakteristiknya yaitu sebanyak 66 orang penderita impetigo. Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu dari rekam medis pasien. Dari keseluruhan sampel tersebut, akan diamati prevalensi penyakit impetigo per tahun serta karakteristik sampel yang diamati adalah jenis impetigo, usia, jenis kelamin dan lokasi lesi impetigo.
Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat prevalensi dan karakteristik sampel penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Prevalensi Impetigo Periode 2013-2015 Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 66 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus impetigo per tahun yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tahun
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa prevalensi impetigo per tahun mulai tahun 2013-2015 adalah sebesar 1%.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Impetigo Diperoleh jumlah kasus impetigo berdasarkan karakteristik jenis impetigo yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Jenis Impetigo Jumlah (Orang) (%)
Impetigo Bulosa
Berdasarkan tabel 5.2. didapati bahwa penderita impetigo dengan jenis impetigo krustosa merupakan sampel terbanyak yaitu sebanyak 39 orang (59,1%).
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia
Diperoleh jumlah kasus impetigo berdasarkan karakteristik usia penderita impetigo yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Usia Pasien Jumlah (Orang) (%)
Berdasarkan tabel 5.3. didapati bahwa penderita impetigo dengan kelompok usia 0-5 tahun adalah kelompok usia dengan sampel paling banyak yaitu sebanyak 30 orang (45,5%). Dan yang paling rendah terdapat pada kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 2 orang (3%).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Diperoleh jumlah kasus impetigo berdasarkan karakteristik usia penderita impetigo yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) (%)
Berdasarkan tabel 5.4. diketahui bahwa penderita impetigo dengan jenis kelamin perempuan merupakan sampel terbanyak yaitu sebanyak 38 orang (57,6%).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Lokasi Lesi Diperoleh jumlah kasus impetigo berdasarkan karakteristik lokasi lesi impetigo yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Lokasi Lesi Jumlah (%)
Berdasarkan tabel 5.5. didapati bahwa lokasi lesi penderita impetigo paling banyak adalah di ekstremitas bawah yaitu sebanyak 38 kali (32,2%).
5.2 Pembahasan 5.2.1 Prevalensi
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada manusia, dapat mempengaruhi semua kultur dan golongan usia, serta memberikan efek 30%-70% pada setiap individu khususnya pada populasi yang lebih berisiko. Impetigo juga termasuk dalam lima penyakit kulit tertinggi pada kategori lima puluh jenis penyebab penyakit yang paling umum. Penyakit kulit lainnya adalah pruritus, ekzema, molluskum kontagiosum, dan skabies.25 Berdasarkan prevalensi impetigo pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa persentase angka kejadian impetigo per tahunnya dari tahun 2013 sampai 2015 di RSUP HAM Medan yaitu sebesar 1%. Pada penelitian ini jumlah pasien Impetigo periode 2013-2015 adalah 124 pasien, namun yang dapat dinilai karakteristiknya hanya sebanyak 66 orang.
Hasil penelitian lain yang dilakukan pada 89 studi selama 45 tahun yaitu mulai tahun 1970-2014 didapatkan data mengenai penderita impetigo sebanyak 174.508 individu dan 145.028 diantaranya adalah anak-anak, dan 18.246 adalah
dewasa. Data tersebut mewakili populasi dari 31 negara dengan studi utama di Afrika (30/89, 34%), Asia ( 20/89, 22%), dan Oceania (19/89, 21%). Sekitar tahun 2000, Eropa Utara mengalami peningkatan kejadian infeksi kulit superfisial yang sering didiagnosis dengan impetigo. Hasil penelitian tentang insidensi kejadian impetigo yang dilakukan mulai tahun 2001-2012 di kepulauan Austevoll, Norwegia Barat menunjukkan angka kejadian impetigo tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebanyak 115 kasus atau 2,6% pertahun. Setelah itu, insidensi kejadian impetigo terus mengalami penurunan, mulai tahun 2003 hanya sebanyak 85 kasus, tahun 2004 sebanyak 72 kasus, hingga tahun 2011 merupakan angka insidensi terendah, hanya sebanyak 7 kasus pertahunnya .21
Di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian mengenai pioderma pada anak di bagian poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari sampai Desember tahun 2012 didapatkan jenis diagnosis pioderma terbanyak adalah impetigo dengan jumlah 31 dari 53 pasien pioderma (58,5%). Hal yang sama juga dilaporkan pada penelitian Harahap J, di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2009-2011 bahwa jenis pioderma terbanyak adalah impetigo. Penelitian di RS Soetomo Surabaya didapatkan hasil mengenai prevalensi impetigo dari kejadian pioderma ditemukan sebanyak 40,5% dan di Sanglah Denpasar ditemukan 37,7%.9
5.2.2 Jenis Impetigo
Angka kejadian impetigo krustosa lebih sering terjadi dibandingkan impetigo bulosa walaupun tidak terlampau jauh perbedaannya. Dalam penelitian ini sesuai tabel 5.2 didapatkan bahwa impetigo krustosa lebih banyak dijumpai yaitu 39 orang (59,1%) sedangkan impetigo bulosa hanya sebanyak 27 orang (40,9%). Pada penelitian lain oleh Rizani F.A dkk. (2013) di RS Al-Islam Bandung ditemukan jumlah pasien impetigo krustosa sebanyak 23 pasien (53,5%) dan impetigo bulosa hanya sebanyak 20 pasien (47,5%). Setiawan S. (2005-2006) dan Harahap J (2009-2010) di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menyebutkan bahwa impetigo krustosa lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan impetigo
bulosa. Hal ini sesuai dengan penelitian Morelli yang menyatakan bahwa jenis impetigo yang sering terjadi adalah jenis impetigo kontagiosa (krustosa) yaitu sebanyak 70% kasus.
Hasil yang berbeda didapat dari penelitian oleh Setiawan S (2012) di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, bahwa jenis impetigo bulosa yaitu sebanyak 16 pasien (30,2%), dan impetigo krustosa sebanyak 15 pasien (28,3%) walaupun tidak ada perbedaan yang besar.9
5.2.3 Usia
Dalam penelitian ini sesuai tabel 5.3 didapatkan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita impetigo adalah kelompok anak usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 30 orang (45.5%), dan golongan usia ini termasuk yang rentan terhadap infeksi impetigo. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Steer A.C dkk. pada 21 sekolah dasar di Fiji (2009), didapatkan bahwa prevalensi impetigo paling tinggi pada usia 9-11 tahun yaitu sebanyak 329 orang (37,2%), usia 5-8 tahun sebanyak 268 orang (30,3%), dan usia 12-15 tahun sebanyak 288 orang (32,5%).22 Penelitian oleh Bowen A.C dkk. pada tahun 2015 tentang epidemiologi global dari impetigo dilaporkan bahwa rata-rata prevalensi impetigo pada usia 0-4 tahun sekitar 19%, usia 5-9 tahun sekitar 19%, dan usia 10-14 tahun sebanyak 10%. Laporan dari 89 studi selama 45 tahun yaitu mulai tahun 1970-2014 menuliskan bahwa prevalensi impetigo tahun 2012 pada anak-anak di bawah umur 15 tahun paling tinggi berasal dari Oceania ( Australia dan New Zealand) yaitu 29,7%, rata-rata prevalensi impetigo di Afrika 7%, Asia 7,3%, Amerika Utara 13,3%, Amerika Latin dan Karibia (15,5 %).20
Penelitian oleh Daniel S.M dkk. tahun 2014 di Solomon Island usia 5-14 tahun merupakan prevalensi tertinggi yaitu 60,7%. Usia 1-4 tahun sekitar 20,2%, usia >25 tahun adalah 14,%. Usia 15-24 tahun sekitar 4,6% dan usia <1 tahun sebanyak 0,5%.23 Penelitian oleh Marks M dkk. (2015) usia yang paling sering terinfeksi impetigo adalah usia <12 tahun yaitu sebanyak 12,4%, usia 13-18 tahun sebanyak 9,1% dan usia >19 tahun sebanyak 5,2 %.24
5.2.4 Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.5 didapatkan bahwa perempuan memiliki prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 38 orang (57,6%), sedangkan laki-laki hanya sebanyak 28 orang (42,4%). Pada penelitian yang dilakukan pada 21 sekolah dasar di Fiji, didapatkan bahwa prevalensi impetigo pada laki-laki lebih tinggi yaitu sebanyak 532 orang (60,1%), dan pada perempuan sebanyak 353 orang (39,9%).22 Hal yang sama juga dilaporkan pada penelitian oleh Mason D.S dkk. tahun 2014, proporsi laki-laki adalah yang terbanyak yaitu 352 orang (56,5%) sedangkan perempuan adalah 271 orang (43,5%).23 Penelitian oleh Marks M (2015) proporsi laki-laki adalah yang terbanyak juga yaitu 12% sedangkan perempuan hanya 6,3 %.24 Hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Rizani F.A dkk. di RS Al-Islam Bandung (2013), terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pasien impetigo dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 pasien (53,5%) dan pada pasien dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20 pasien (46,5%).10
5.2.5 Lokasi Lesi
Berdasarkan lokasi lesi impetigo pada tabel 5.5 didapatkan bahwa predileksi lesi impetigo terbanyak terdapat pada ekstremitas bawah yaitu sebanyak 38 kali (32,2%). Menurut penelitian lain bagian tubuh yang paling sering terinfeksi impetigo adalah wajah (khususnya sekitar hidung dan mulut) dan tungkai.2 Berdasarkan penelitian oleh Andrew C.S di Fiji (2009) menyatakan bahwa distribusi lesi impetigo lebih umum timbul di ekstremitas bawah yaitu sekitar 56%, impetigo di ekstremitas atas 11,9%, dan gabungan antara ekstemitas atas dan bawah sekitar 32,1%.22
Hal yang sama juga dilaporkan pada penelitian Bowen A.C dkk. tahun 2014 bahwa menurut 21 studi, distribusi lesi impetigo yang paling banyak berada di tungkai bawah yaitu dengan rata-rata 58%, distribusi lesi di tungkai atas yaitu 18%, dan distribusi lesi impetigo di bagian tubuh yang lain seperti kulit kepala, wajah, leher, dan batang tubuh sekitar 38%.20 Hasil yang berbeda diperoleh dari
penelitian Rizani F.A dkk. di RS Al-Islam Bandung (2013), wajah merupakan tempat predileksi tertinggi pada anak-anak yaitu sebanyak 9 pasien (20,9%) dan untuk predileksi yang lain tidak ada perbedaan yang terlampau jauh yaitu sekitar 2,3%-7%.10
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Prevalensi kejadian impetigo di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode 2013-2015 adalah sebanyak 124 orang. Dan persentase kejadian impetigo pertahunnya adalah 1%.
2. Karakteristik penderita impetigo berdasarkan jenis impetigo paling banyak dijumpai pada impetigo krustosa yaitu sebanyak 39 orang (59,1%).
3. Karakteristik penderita impetigo berdasarkan usia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 0-5 tahun adalah sebanyak 30 orang (45,5%).
4. Karakteristik penderita impetigo berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 38 orang (57,6%).
5. Lokasi lesi impetigo paling banyak terdapat di ekstremitas bawah yaitu sebanyak 38 kali (32,2%).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada bagian Rekam Medis RSUP. Haji Adam Malik Medan diharapkan agar dapat menyimpan rekam medis pasien dengan lebih baik dan juga pihak rumah sakit agar lebih melengkapi data pada rekam medis serta mencatat dengan lengkap segala informasi yang penting karena hal ini sangat berguna baik bagi kepentingan penderita, klinisi, maupun penelitian.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian lebih dalam mengenai impetigo.
Daftar Pustaka
1. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. p. 58-59.
2. Beheshti M, Ghotbi S. Impetigo, a brief review. Shiraz Emed J. 2007 Jul 3;8(3):138-41.
3. Pereira LB. Impetigo review. An Bras Dermatol. 2014;89(2):293-9.
4. Vos T, Flaxman AD, Naghavi M, Lozano R, Michaud C, Ezzati M, et al.
Years lived with disability (YLDs) for 1160 sequelae of 289 diseases and injuries 1990–2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet. 2012; 380(9859):2163–96.
5. World Health Organization. Epidemiology and management of common skin diseases in children in developing countries. Geneva: World Health Organization; 2005.p. 54.
6. Smith S. Penyakit infeksi. In: Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. 6th ed. Indonesia: Elsevier;
2014. p. 410. periode januari-desember 2012. Jurnal e-Clinic. 2015;3(1):217-23
10. Rizani FA, Djajakusumah TS, Sakinah RK. Angka kejadian, karakteristik dan Pengobatan di RS Al-Islam Bandung. Pendidikan Dokter 2. 2014:
1009-15
11. Lewis LS. Impetigo. American Pediatric; 2016 Mei 4.
12. Barakbah J, Pohan SS, Sukanto H, Martodihardjo S, Agusni I, Lumintang H, et al. Atlas: penyakit kulit dan kelamin. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. p. 27-28.
13. Goodheart HP. Diagnosis Fotografik penatalaksanaan penyakit kulit. 3th ed. Ramadhani D, Indra L, Sandra F, editors. Jakarta: EGC; 2013. p. 127-129.
14. Brown RG, Burns T, Lecture notes on dermatologi. 8th ed. Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga; 2005. p. 21.
15. Muttaqin A, Sari K, Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen.
Jakarta: Salemba Medika; 2011. p. 54-55.
16. Graft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberh AN, Swartz MN, Johnson RA.
Superficial cutaneus infections and pyodermas. In:Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell D. Dermatology in general medicine. 7th ed. United States of America. Mc Graw Hill; 2008. p. 1695-1968.
17. Rortveit S, Skutlaberg DH, Langeland N, Rortveit G. Impetigo in a population over 8.5 years: incidence, fusidic acid, resistance and molecular characteristics. J Antimicrobal Chemoter. 2011 Mar 9;66:1360-4.
18. Hay RJ, Adriaans BM. Bacterial infection. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. Oxford:
Blackwell; 2010.
19. Oentari W, Menaldi SL. Pioderma. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. p. 320.
20. Bowen AC, Mahe A, Hay RJ, Andrews RM, Steer AC, Tong SY, et al.
The global Epidemiology of impetigo : a systematic review of the population prevalence of impetigo and pyoderma. Plos One. 2015 Aug 28;10(8):1-5.
21. Rortveit S, Skutlaberg DH, Langeland N, Rortveit G. The decline of impetigo epidemic caused by the epidemic european fusidic acid-resistant impetigo clone: an 11,5-year population-based incidence study from a community in western norway. Scandinavian J of Infection Disease. 2014;
46: 832-837.
22. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincente SL. Waqatakirewa L, et al. High burden of impetigo and scabies in a tropical country. PloS Negl Trop Dis. 2009 Jun;3(6):e467.
23. Mason DS, Marks M, Sokana O, Solomon AW, Mabey DC, Romani L, et al. The prevalence of scabies and impetigo in the soomon island: a population based survey. PloS Negl Trop Dis. 2016 Jun 27;10(6):1-10.
24. Marks M, Wini BT, Satorara L, Engelman D, Nasi T, Mabey DC, et al.
Long term control of scabies fiften yeras after an intensive treatment programme. Plos Negl Trop Dis. 2015 Dec 1;9(12):1-9.
25. Hay RJ, Johns NE, Williams HC, Bolliger IW, Dellavalle RP, Margolis DJ, et al. The global burden of skin disease in 2010: an analysis of the prevalence and impact of skin conditions. J Invest Dermatol. 2014;
134(6):1527–34.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Ira Wardhani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Malintang / 1 Januari 1995 Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan Universitas no. 34, Medan
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar 142563 Malintang (2001-2007) 2. MTsN Siabu (2007-2010)
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Plus Panyabungan (2010-2013) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Divisi Kewirausahaan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FK USU 2. Anggota Divisi Kewirausahaan Permaked Tabagsel
DATA INDUK PENELITIAN
USIA JK JI LokasiLesi
54 tahun Perempuan Impetigo bulosa Badan
69 tahun Perempuan Impetigo bulosa Dada bagian atas 71 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Pangkal paha 1 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Tangan 5 tahun Perempuan Impetigo krustosa Selangkangan 1 tahun Perempuan Impetigo krustosa Wajah
5 tahun Perempuan Impetigo krustosa Punggung 2 tahun Perempuan Impetigo krustosa Dada 50 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Kepala
34 tahun Perempuan Impetigo krustosa Telapak tangan 13 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Disekitar hidung 4 tahun Perempuan Impetigo krustosa Wajah
1 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Tungkai jari jempol kaki kanan 14 tahun Perempuan Impetigo bulosa Kaki
4 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Tangan 57 tahun Perempuan Impetigo bulosa Tangan 2 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Paha 6 tahun Perempuan Impetigo krustosa Ketiak 3 tahun Perempuan Impetigo bulosa Perut 5 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kaki 2 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Wajah 14 tahun Perempuan Impetigo krustosa Wajah 12 tahun perempuan Impetigo krustosa Ketiak 14 tahun Perempuan Impetigo krustosa Lengan 2 tahun Perempuan Impetigo bulosa Badan 44 tahun Perempuan Impetigo bulosa Punggung 9 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Bokong 13 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Kaki 1 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Tangan 1 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kaki 6 bulan Perempuan Impetigo bulosa Lengan 11 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kaki 53 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Badan 16 tahun Perempuan Impetigo bulosa Lengan 40 tahun Perempuan Impetigo bulosa Pipi 62 tahun Perempuan Impetigo bulosa Badan 3 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Badan 7 bulan Laki-laki Impetigo krustosa Leher 5 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Wajah 1 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Badan 69 tahun Perempuan Impetigo bulosa Wajah
2 tahun perempuan Impetigo bulosa Disekitar hidung
82 tahun Perempuan Impetigo bulosa Disekitar mulut 16 tahun Perempuan Impetigo bulosa Wajah
1 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Perut 12 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Punggung 4 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Punggung kaki
kanan 1 tahun Perempuan Impetigo krustosa Badan 2 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Bibir 7 tahun Perempuan Impetigo krustosa Tangan
50 tahun Perempuan Impetigo krustosa Punggung kaki kiri
29 tahun Perempuan Impetigo bulosa Wajah 2 tahun Perempuan Impetigo krustosa Leher 4 tahun Perempuan Impetigo krustosa Dada 57 tahun perempuan Impetigo bulosa Lengan 20 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kaki kiri 1 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kulit kepala 28 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Wajah 25 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Ketiak 20 tahun Perempuan Impetigo krustosa Kaki 2 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Tangan 3 bulan Laki-laki Impetigo krustosa Ketiak
60 tahun Laki-laki Impetigo bulosa Sela payudara 51 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Ketiak
5 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Sela payudara 3 tahun Laki-laki Impetigo krustosa Telinga kiri
Punggung
Telapak tangan
HASIL PENGOLAHAN SPSS
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Statistics Jenis Kelamin
N
Valid 66
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki 28 42,4 42,4 42,4
perempuan 38 57,6 57,6 100,0
Total 66 100,0 100,0
Statistics LK
N
Valid 118
Missing 0
LK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 ,8 ,8 ,8
kulit kepala 6 5,1 5,1 5,9
wajah 16 13,6 13,6 19,5
leher 3 2,5 2,5 22,0
batang tubuh 34 28,8 28,8 50,8
ekstremitas atas 20 16,9 16,9 67,8
ekstremits bawah 38 32,2 32,2 100,0
Total 118 100,0 100,0