• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsep

2. Kerangka Konsep

Perangkat hukum yang mengarahkan BUMN dan anak usaha BUMN untuk dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) mengandung makna bahwa BUMN dan anak usaha BUMN harus dikelola dengan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder secara berimbang. Efektifitas penerapan GCG pada BUMN dan anak usaha BUMN didukung oleh substansi hukum, struktur hukum budaya korporasi yang baik. Efektifnya penerapan GCG akan mendukung pengamanan aset BUMN, khususnya BUMN Perkebunan, termasuk pengamanan dari pencurian TBS.

Selanjutnya untuk menghindari kesalahan dalam memahami makna konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, dipandang perlu untuk memberikan batasan definisi operasional sebagai kerangka konsep, yaitu:

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.49

b. Perusahaan Perseroan, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.50

c. Anak Perusahaan adalah anak perusahaan BUMN yang sahamnya minimum 90%

dimiliki oleh BUMN.51

d. Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.52

49 Pasal 1 angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

50 Pasal 1 angka 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

51 Pasal 1 angka 6 Peraturan Menteri Negara BUMN RI No. PER-05/M-MBU/2008.

52 Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Negara BUMN RI No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

e. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah prinsip-prinsip yang mendasari kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat terdiri dari prinsip transpaansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.53

f. Aset dalam penelitian ini adalah Barang Milik Negara (BMN) karena BUMN Persero berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 48/PUU-XI/2013 dan No.

62/PUU-XI/2013 adalah perpanjangan tangan negara untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan nasional dan penerimaan negara, sekaligus mengejar keuntungan yang pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan sesuai Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,54 maka aset BUMN adalah aset negara. Dengan demikian, jika aset BUMN adalah aset negara, maka definisi aset dalam konteks negara adalah Barang Milik Negara. Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.55

53 Pasal 3 Keputusan Menteri Negara BUMN RI No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

54 Fakta hukum dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 48 dan 62 / PUU-XI/2013 yang pada prinsipnya menyatakan bahwasanya kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN adalah termasuk dalam lingkup keuangan negara dimana sesuai dengan ketentuan Pasal 23C UUD 1945, frasa “hal-hal lain mengenai keuangna negara diperintahkan untuk diatur dengan undang-undang”. Lihat : Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 48/PUU-XI/2013 tertanggal 18 September 2014 dan Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 62/PUU-XI/2013 tertanggal 03 Februari 2014.

55 Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

g. Pengamanan aset adalah proses, cara, perbuatan yang membebaskan Barang Milik Negara (BMN) dari bahaya, gangguan (pencurian, hama, dan sebagainya).56 Dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara, mengatur mengenai tata cara pengamanan BMN, yaitu:

1) “Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya;

2) Pengamanan barang milik negara/daerah meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum;

3) Barang milik negara/daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

4) Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

5) Barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama pengguna barang;

6) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

7) Bukti kepemilikan barang milik negara / daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman;

8) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara berupa tanah dan / atau bangunan dilakukan oleh pengelola barang;

9) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh pengguna barang/kuasa pengguna barang;

10) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik daerah dilakukan oleh pengelola barang”.

h. Tindak Pidana Pencurian diatur dalam Bab XXII Pasal 362 s.d. Pasal 367 KUHP.

Mengenai tindak pidana pencurian ini ada salah satu pengkualifikasian dengan

56 Website Resmi KBBI Online, “Pengamanan”, https://kbbi.web.id/aman., diakses pada hari Selasa, tanggal 08 Oktober 2019.

bentuk pencurian dengan pemberatan, khususnya yang diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Pencurian secara umum dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi sebagai berikut : “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagaian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Kaitannya dengan masalah kejahatan pencurian, di Indonesia mengenai tindak pidana pencurian diatur dalam KUHP, yang dibedakan atas 5 (lima) macam pencurian: Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP); Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP);

Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP); Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP); Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP).

i. PT. Perkebunan Nusantara IV adalah anak usaha Badan Usaha Milik Negara yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) dan bergerak di bidang agrobisnis dan industri perkebunan kelapa sawit, berkedudukan di Jalan Letjend Suprapto No. 2, Medan – 20151, Sumatera Utara – Indonesia.