• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Diabetes Melitus Spesies Candida

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari pembuatan proposal penelitian hingga pelaporan hasil yaitu pada bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena Puskesmas Sentosa Baru Medan merupakan pelayanan kesehatan pemerintah yang memiliki banyak pasien DM sehinggga dapat menjadi populasi dalam penelitian saya. Data yang telah dikumpulkan dari pemeriksaan kerokan kulit di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang kemudian dilakukan dengan pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian pasien DM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dimana pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu, yang didasarkan pada sifat-sifat populasi. Perhitungan jumlah sampel untuk estimasi proporsi dilakukan dengan rumus :

n = / ( )

Keterangan :

n = Besar Sampel

Z1- = Derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1.96)

P = Proporsi suatu kasus terhadap populasi (bila tidak diketahui, Ditetapkan 50% = 0.50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (presisi),pada penelitian ini diinginkan 18% (0.18)

n = , / , ( , )

,

n = 29,64 n = 30

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Kriteria inklusi

a. Mempunyai gambaran kelainan kulit pada daerah lipatan ketiak, lipatan paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikus.

b. Masih menjadi pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

2. Kriteria eksklusi

a. Menggunakan obat kulit.

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

4.4 Cara Kerja

1. Pencatatan data dasar di lakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan, meliputi identitas pasien seperti nama, jenis kelamin, tempat, dan nomor telepon.

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologik pada pasien DM yang mengalami kelainan pada kulit di daerah lipatan.

3. Dilakukan pemeriksaan dengan metode kerokan kulit dan kultur pada media Saboraud Dekstrose Agar serta pemeriksaan slide culture untuk mengidentifikasi spesies Candida.

Langkah-langkah pemeriksaan kerokan kulit :

a. Bersihkan terlebih dahulu daerah lesi dengan alkohol 70%.

b. Dilakukan pengerokan pada tepi lesi.

c. Spesimen kerokan tepi lesi dimasukkan ke dalam amplop sebagai media transport.

d. Kemudian ditetesi dengan 1 sampai 2 tetes larutan KOH 10% dan ditutup dengan gelas penutup.

e. Dipanaskan sebentar diatas api Bunsen.

f. Periksa dibawah mikroskop.

4. Pembiakan pada media Saboraud Dekstrose Agar jika hasil pemeriksan mikroskop langsung ditemukan psedohifa dengan atau tanpa blastospora, sebagian bahan kerokan kulit tersebut dikultur pada media Saboraud Dekstrose Agar kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan sampai terlihat pertumbuhan koloni Candida. Koloni Candida tumbuh sebagai koloni berwarna putih, kecil, permukaan licin dan mengkilap. Kultur dinyatakan negatif bila koloni Candida tidak tumbuh hingga hari ke-10.

5. Pemeriksaan slide culture dilakukan untuk menentukan spesies dari Candida, dengan menggunakan media Corn Meal Agar. Dilakukan dari media yang positif Candida. Dengan menggunakan ose lurus steril atau jarum diambil koloni dengan menusukkan sampel ke media cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm, kemudian diletakkan diatas objek glass, kemudian ditutup dengan cover glass, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan keadaan lembab. Kemudian diperiksa di bawah mikroskop.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data diperolah dengan melakukan kerokan kulit untuk pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur pada pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperolah akan dimasukkan dan diolah dalam software pengolah data dengan menggunakan perangkat lunak program statistik.

4.7 Definisi Operasional 4.7.1 Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam produksi insulin dan kerja dari insulin tidak optimal.

1. Cara Ukur

Hasil ukur pada penelitian ini adalah ada/tidak ada diagnosa DM.

4. Skala Ukur

Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala nominal.

4.7.2 Spesies Candida

Spesies Candida adalah spesies jamur penyebab kandidiasis kutis intertriginosa yang terdapat di daerah lipatan kulit khususnya di lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikus. Terdiri dari Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guillermondii, Candida kefyr, Candida glabrata, dan Candida dubliniensis.

1. Cara Ukur

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan kerokan kulit pada daerah lipatan kulit khususnya di lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus pada pasien DM.

2. Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini adalah dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat hifa/spora dan kultur jamur (media buatan SDA) melihat spesies jamur dari kerokan kulit pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

3. Hasil Ukur

Hasil ukur pada penelitian ini adalah :

1) Ditemukan spora/hifa (KOH 10% positif atau negatif) 2) Ditemukan spesies jamur ( kultur positif atau negatif) 4. Skala Ukur

Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala nominal.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang berlokasi di Jalan H.Prof Yamin, Kecamatan Medan Perjuangan. Sampel yang telah dikumpulkan dari pemeriksaan kulit di Puskesmas Sentosa Baru Medan kemudian dilakukan pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

5.1.2. Deskripsi Karakterisktik Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien DM yang memiliki kelainan kulit pada daerah lipatan kulit. Puskesmas ini memiliki jadwal buku kontrol peserta PRB dari BPJS sehingga pasien DM secara rutin berobat. Dalam penelitian ini diperoleh 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5.1.3. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi pasien DM berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut di bawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Pasien DM berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Dari tabel 5.1. menunjukkan pada pasien DM dijumpai sebagian besar dengan jenis kelamin perempuan 60% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki 40%.

5.1.4. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Umur

Distribusi pasien DM berdasarkan umur yang termasuk dalam kategori yang terbanyak dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.2. Distribusi Pasien DM berdasarkan umur terbesar adalah kelompok umur 56 - 65 tahun sebanyak 17 orang (56,7%).

5.1.5. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pendidikan

Distribusi pasien DM berdasarkan Pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Pasien DM berdasarkan pendidikan

Pendidikan n % terbanyak dijumpai pada yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (40%) dan diikuti berpendidikan SMP yaitu 11 orang (36,7%)

5.1.6. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi pasien DM berdasarkan Pekerjaan yang terbanyak dalam pasien DM dapat dilihat di bawah tabel berikut ini :

Tabel 5.4. Distribusi Pasien DM berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n % terbanyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).

5.1.7. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lama Menderita

Distribusi pasien DM berdasarkan Lamanya Menderita Diabetes Melitus dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5. Distribusi Pasien DM berdasarkan Lamanya Menderita Diabetes Melitus

5.1.8. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lokasi Ruam

Distribusi Pasien DM berdasarkan Lokasi Ruam dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.6. Distribusi pasien DM berdasarkan lokasi ruam

Lokasi ruam n % orang (63,3%) dijumpai pada daerah lipatan paha dan 11 orang (36,7%) dijumpai didaerah intergluteal.

5.1.9. Distribusi Pemeriksaan KOH 10%

Distribusi hasil pemeriksaan KOH 10% dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

Tabel 5.7. Pemeriksaan KOH 10%

KOH 10% n %

Hifa (+) Spora (+) Hifa (+) Spora (-) Hifa (-) Spora (+) Hifa (-) Spora (-)

2 0 28

0

6,7 0 93,3

0

Total 30 100

Dari tabel 5.7. terlihat bahwa dari 30 sampel dilakukan pemeriksaan KOH 10% dijumpai positif dimana terlihat hifa (-) spora (+) sebanyak 28 orang (93,3%) dan terlihat hifa (+) bersepta (artrokonidia) spora (+) sebanyak 2 orang (6,7%).

Gambar 5.1. Pemeriksaan KOH 10% tampak spora (+)

5.1.10. Distribusi Kultur Jamur

Distribusi spesies jamur pada hasil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:

Tabel 5.8. Gambaran Kultur Jamur

Spesies Jamur n %

Candida albicans Tidak ditemukan spesies

Candida

18 12

60 40

Total 30 100

Dari tabel 5.8. teridentifikasi spesies Candida bahwa hasil kultur jamur ditemukan 18 orang spesies Candida albicans (60%) dan 12 orang tidak ditemukan spesies Candida (40%).

Gambar 5.2. Ditemukan Candida albicans

5.2. Pembahasan

5.2.1 Karakteristik responden penelitian A. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian diatas diperoleh sebagian besar dengan jenis kelamin perempuan yang berjumlah 60%. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007 (RISKENDAS 2007) DM lebih banyak dijumpai pada wanita

A. Media Chromogenik B. Slide Culture

64,9% dan laki-laki 35,1%.22 Pada penelitian Maulina dkk menemukan sebagian besar dengan jenis kelamin perempuan yang berjumlah 61,9% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki 38,1%.21

B. Karakteristik responden berdasarkan umur

Pasien DM dengan kelainan kulit dijumpai sebagian besar pada kelompok umur 56 - 65 tahun berjumlah 56,7% . Pada penelitian Maulina dkk menemukan kandidiasis intertriginosa paling banyak ditemukan pada kelompok umur 45-65 tahun (45,95%) dan diikuti oleh kelompok umur 65 tahun (21,62%). Kelompok usia diatas 50 tahun menduduki urutan pertama dengan 40% dan kelompok usia 30 sampai 50 tahun dengan 15,5%.22 Ini disebabkan karena status imunologik pada orang yang tua sudah tidak sempurna lagi. Selain itu, orang-orang yang sudah tua rentan terhadap beberapa penyakit seperti diabetes melitus, yang merupakan faktor risiko dari kandidiasis intertriginosa.15

C. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Pada pasien DM dengan kejadian kandidiasis kutis 40% berpendidikan SMA dan ikuti 36,7% berpendidikan SMP. Pengetahuan seseorang sangat berkaiatan erat dengan pendidikan yang telah di capai. Pada orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan mengenai kesehatan tentu tidak terlalu mendalam. Hal ini bisa menjadi penyebab mereka tidak mengetahui penyakit DM secara mendalam. Perilaku lain yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif.23 Pengetahuan pasien mengenai Diabetes Melitus merupakan sarana yang membantu pasien menjalankan penanganan Diabetes selama hidupnya. Semakin banyak dan semakin baik pasien mengerti penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus merubah perilakunya dan pola hidupnya, serta mengapa hal itu diperlukan.24

D. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita

Penelitian ini ditemukan lama menderita DM sebanyak 9 orang (30%) yaitu pada kelompok 11-20 tahun. Lama DM mempengaruhi sikap pasien terhadap pengobatan, pasien yang masih tergolong baru didiagnosa DM umumnya akan terbuka dan senang untuk diberikan konseling tentang obat, sebab

mereka masih belum paham dengan penyakit dan pengobatan yang dialami, sehingga ada rasa keingintahuan yang besar terhadap penyakit dan pengobatannya. Sedangkan pasien yang telah lama mengalami DM, mereka akan menganggap bahwa penyakitnya tidak berbahaya, atau menurut pengalaman mereka hasilnya tidak begitu memuaskan selama mereka melakukan pengobatan, mereka pasrah dan kurang peduli terhadap penyakitnya sehingga tidak begitu tertarik bila diberikan informasi tentang penyakit dan obat mereka.25

E. Karakteristik responden berdasarkan lokasi ruam

Lokasi ruam pada daerah lipatan kulit yang terkena kandidiasis intertriginosa memberikan hasil 19 orang (63,3%) pada daerah lipatan paha. Hal ini disebabkan karena lipat paha merupakan bagian yang paling tertutup saat seseorang berpakaian. Saat suhu lingkungan panas dan seseorang berkeringat, lipat paha menjadi bagian yang paling lembab karena keringat. Kondisi ini mendukung bertumbuhnya jamur candida di lipat paha tersebut dan akhirnya menyebabkan kandidiasis intertriginosa.15

5.2.2 Hasil pemeriksaan KOH 10%

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan KOH 10% dimana fungsinya untuk melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut, dan mukosa. Pada 30 sampel dinyatakan positif pada pemeriksaan KOH 10%, dijumpai positif dimana terlihat hifa (-) spora (+) sebanyak 28 orang (93,3%) dan terlihat hifa (+) bersepta (artrokonidia) spora (+) sebanyak 2 orang (6,7%). Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan kultur jamur. Secara morfologi mempunyai beberapa bentuk elemen jamur yaitu sel ragi (blastopora/yeast), hifa dan bentuk intermedia/pseudohifa. Sel ragi bentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 5-28 µ.

Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu.2

5.2.3 Hasil kultur jamur

Dari hasil penelitian dijumpai 18 sampel Candida albicans (60%) dan tidak ditemukan 12 sampel (40%). Hal ini sejalan dengan temuan Maulina, dkk.

menemukan Candida albicans sebanyak 67%.

Identifikasi spesies dapat dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik, secara makroskopik dapat dilakukan pada media chromogenic (CHROMagar).

Pada medium ini spesies Candida akan membentuk warna koloni yang berbeda.

Pada Candida albicans membentuk koloni berwarna hijau.26

Identifikasi spesies secara mikroskopik morfologik dapat dilakukan dengan menanam jamur pada medium tertentu, seperti Corn Meal Agar. Pada medium ini Candida albicans membentuk klamidospora terminal yaitu sel ragi berukuran besar berdinding tebal dan terletak diujung hifa.2

Salah satu faktor resiko kandidiasis intertriginosa adalah DM. Kondisi hiperglikemia kronik pada pasien DM berhubungan dengan komplikasi jangka panjang yang salah satunya menyerang kulit.27 Kulit menjadi salah satu organ yang sering terkena dampak dari DM. manifestasi kulit berupa infeksi menjadi salah satu komplikasi kronik yang sering terlihat pada pasien DM.28

Selain itu ada beberapa faktor predisposisi lain dijumpai pada responden saat mengisi status peserta DM dimana terdapat daerah lipatan kulit yang lembab dan kurangnya menjaga kebersihan daerah kulit. Dari kebiasaan mandi perhari, penggunaan sabun dalam mandi hanya kadang-kadang, frekuensi ganti pakaian dalam sehari ditemukan 1x atau 2x dalam sehari, dimana kurangnya perilaku menjaga kebersihan daerah kulit dan kebiasaan berkeringat sehingga ditemukan kelembaban pada lipatan kulit. Kondisi ini mendukung bertumbuhnya jamur Candida pada daerah lipatan kulit dan akhirnya menyebabkan kandidiasis intertriginosa.

BAB 6 KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM dari 30 sampel ditemukan 18 orang (60%) dan 12 orang (40%) tidak ditemukan.

2. Gambaran hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% pada kulit pasien DM ditemukan positif 100%.

3. Gambaran kultur pada kulit pasien DM ditemukan spesies jamur yaitu Candida albicans (60%).

4. Lokasi ruam pada kulit daerah lipatan kulit pasien DM yang paling banyak ditemukan pada lipatan paha (63,3%) dan di daerah intergluteal (36,7%).

6.2. Saran

1. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya melalui jumlah responden yang lebih besar.

2. Penelitian ini dapat di lanjutkan dengan identifikasi jamur lain seperti dermatofita pada pasien DM.

3. Institusi kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan pelayanan paripurna untuk pasien DM dan kelainan kulit yang berkaitan dengannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF, Makes WIB, Farida Z. Infeksi Menular Seksual, Edisi ke 4. Jakarta : FKUI. 2014. p. 171

2. Komariah, Sjam R. Kolonisasi Candida Dalam Rongga Mulut. FKUI . 2012 3. Sutanto I, Ismid IS, Syarifuddin PK, Sungkar S. Parasitologi kedokteran, Edisi

ke-4. Jakarta; FKUI. 2009. p. 356

4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi ke-6. Jakarta: FKUI. 2013. p. 106-09

5. Tan HH. Superficial Fungal Infection Seen at the National Skin Centre.

Singapore: Jpn J Med Mycol. 2005; 46:77-80

6. Rahman MH, Hadiuzzaman Md, Jaman MK, Bhuiyan, Islam N, Ansari NP, et al. Prevalence of superficial fungal infection in the rural of Bangladesh. Iran J Dermatol. 2011;14: 86-91

7. Mardila F. Hubungan Kandidiasis Intertriginosa dan Diabetes Melitus Tipe 2 di Poloklinik Kulit Dan Kelamin RSUD Dokter Soedarso. [Skripsi].

Pontianak: Universitas TanjungPura; 2012.

8. Nasreen S, Ahmaed I, Hayat BM, Ahmed QM. Cutaneus manifestations of diabetic foot. Journal of Pakistan Association of dermatologists 2009; 13-17.

9. Ahmed K, Muhammad Z, Qayum I. Prevalence of cutaneous manifestation of diabetes mellitus. J Ayub Med Coll Abbottabad 2009; 2:76.

10. Verma S, Hefferman MP. Superficial fungal infection. In : Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchesrt BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.7thed. New York : McGraw-Hill Companies Inc, 2008.p.1807-44

11. Eckhard M, Lenger A, Liersch J, Bretzel RG, Mayser P. Fungal foot infection in patients with diabetes mellitus-results of two independent investigations.

Mycoses 2007 ; 50 (2): 14-9

12. Bristow I. Non-ulserative skin pathologies of diabetic foot. Diabetes Metab res Rev 2008; 24 (Suppl 1) : S84-9

13. Roderick J. The management of superficial candidiasis. Journal of the American academy of dermatology 1999; 40: 35-42

14. Fony WA, Calderon RA. Virulence factors of candida albicans. Trends in microbiology 2001; 9: 327-35

15. Wowor SR, Pandeleke H.E.J, Kapantow MG. Profil Kandidosis Intertroginosa di Poliklinik kulit dan kelamin BLU RSUP Prof. DR. D.

Kandau. Manado. 2012

16. Sitohang ASA. Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara;

2015

17. Mansjoer A, Kuspuji T, Rakhmi S, Wahyu Iw, dan Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 2014.p.

348-350.

18. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2013

19. Fatimah NR. Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Lampung:2015

20. Oktavia PA. Hubungan penyakit Diabetes Melitus dengan kejadian Kandidiasis Kutis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten. 2014

21. Maulina, Muis K, Jusuf NK. Hubungan Kadar Hemoglobin Glikosilat (HbA1C) dengan Kandidiasis Kutis pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Medan. 2014

22. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Departemen kesehatan RI; 2008.

23. Armi. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dengan Retinopati Diabetik Dalam Melakukan Pemeriksaan Mata Di Rumah Sakit Aini, Jakarta. 2014.

24. Mongisidi, G. Hubungan Antara Status Sosio-Ekonomi Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D, Kandou. Manado. 2014.

25. Ramadona, A. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang. Artikel. Padang: Universitas Padang. Hlm 2-3, 10-13. 2011.

26. Wahyuningsih, R, dkk. Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik. Departement Parasitologi FK UI. 2012.

27. Schteingart DE. Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Volume 1. Edisi ke-6. Di Dalam: Price SA dan Lorraine MW. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.2006.p. 1259-70.

28. Shah, BR., Hux, JE. 2003. Quantifying The Risk Of Infection Disease For People With Diabetes. Diabetes Care 26, 510-513.

Lampiran 1

Curriculum Vitae

Nama : OK. Muhammad Al Hafiz

Tempat dan Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 29 Juli 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Hos Cokroaminoto 217 C Medan

No Telepon : 081264124200

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 105337 Pantai Labu Pekan, Deli Serdang 2001-2007 2. SMP Negeri 1 Pematang Biara Pantai Labu, Deli Serdang 2007-2010

3. MAN Lubuk Pakam 2010-2013

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013-Sekarang

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Dokter Remaja MAN Lubuk Pakam 2010-2013 2. Anggota Divisi Logistik SCORA PEMA FK USU 2014-2015 3. Wakil Ketua SCORA PEMA FK USU 2015-2016

Riwayat Kepanitiaan :

1. Panitia PHBI Ar-Rahman Goes To School (PGTS) FK USU 2014 2. Sie. Acara BKM Ar-Rahmah Goes To School (BGTS) FK USU 2015 3. Koordinator Sie. Acara Pengabdian Masyarakat Akbar SCORA PEMA FK

USU 2016

4. Sie. Pubdok Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK USU 2016

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK

Perkenalkan nama saya OK. Muhammad Al Hafiz, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor induk mahasiswa 130100068. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk melengkapi Skripsi yang menjadi kewajiban saya dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Judul penelitian saya adalah Identifikasi Spesies Candida Pada Kulit Pasien Diabates Melitus di Puskesmas Sentosa Baru Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidak ada suatu jamur yang mungkin ditemukan dan mengetahui spesies Candida pada kulit pasien diabetes melitus.

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai subjek dalam penelitian saya. Saya akan melakukan pemeriksaan pada kulit serta kerokan kulit pada daerah lipatan kulit. Kerokan kulit pada daerah lipatan ini tidak menimbulkan cedera ataupun bahaya pada saudara. Adapun hasil pemeriksaan ini akan di rahasiakan identitasnya. Hasil dari pemeriksaan ini hanya dipergunakan untuk penelitian. Sebagai kompensasi saya akan memberikan cinderamata kepada saudara.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesedian saudara, saya ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi saudara dalam penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2016

Peneliti

(OK. Muhammad Al Hafiz)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah lembar persetujuan setelah penjelasan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapa pun.

Medan, 2016

Yang menyetujui

( )

Lampiran 4

Sttus Peserta Diabetes Melitus

I. Identitas

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Agama :

5. Suku bangsa :

6. Pendidikan :

7. Pekerjaan :

8. Alamat :

9. No. telp. :

II. Berapa lama menderita DM :

III. Kelainan kulit :

1. Ada, sudah berapa lama ( )

2. Tidak ( )

IV. Lokasi Ruam :

1. Lipatan kulit ketiak ( ) 2. Lipatan paha ( )

3. Intergluteal ( )

4. Lipatan payudara ( ) 5. Jari tangan atau kaki ( )

6. Glans penis ( )

7. Umbilikus ( )

V. Kebiasaan mandi/hari :

1. 1x ( )

2. 2x ( )

3. >3x ( )

VI. Penggunaan sabun dalam mandi :

1. Selalu ( )

2. Kadang-kadang ( )

3. Tidak ( )

VII. Frekuensi ganti pakaian dalam sehari :

1. 1x ( )

2. 2x ( )

3. >3x ( )

VIII. Kebiasaan berkeringat : 1. Sering banyak ( )

2. Kadang banyak ( )

IX. Kaki dan tangan sering basah :

1. Ya ( )

2. Tidak ( )

X. Riwayat penggunaan obat :

1. Ada ( )

• Frekuensi minum obat/hari ( ) 2. Tidak ( )

XI. Riwayat penyakit keluarga :

XII. Riwayat penyakit terdahulu :

XIII. Pemeriksaan Lab :

• KOH 10% :

• Kultur :

Lampiran 5

SURAT ETHICAL CLEARANCE

Lampiran 6

SURAT BALASAN IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

Lampiran 7

SURAT BALASAN IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN

Lampiran 8

SURAT KETERANGAN SELESAI RISET DARI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FK USU

Lampiran 9

SURAT BALASAN DAN SELESAI PENELITIAN DARI PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

Lampiran 10

GAMBAR SAAT PENGUMPULAN SAMPEL

Lampiran 11

GAMBAR SAAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM

Lampiran 12

GAMBAR HASIL MIKROSKOPIS SAAT PEMERIKSAAN KOH 10%

Lampiran 13

GAMBAR HASIL MIKROSKOPIS IDENTIFIKASI SPESIES CANDIDA ALBICANS

No Jenis

Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Lama Menderita

2 Laki-laki 56-65 S1 Pegawai Negeri Sipil >1 Tahun Intergluteal 2x Selalu 2x Sering banyak Tidak Ada Spora(+) Candida albicans Normal Tidak teratur

2 Laki-laki 56-65 S1 Pegawai Negeri Sipil >1 Tahun Intergluteal 2x Selalu 2x Sering banyak Tidak Ada Spora(+) Candida albicans Normal Tidak teratur

Dokumen terkait