• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IDENTIFIKASI SPESIES CANDIDA PADA KULIT PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN. Oleh: OK. MUHAMMAD AL HAFIZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IDENTIFIKASI SPESIES CANDIDA PADA KULIT PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN. Oleh: OK. MUHAMMAD AL HAFIZ"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

Oleh:

OK. MUHAMMAD AL HAFIZ 130100068

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh:

OK. MUHAMMAD AL HAFIZ 130100068

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)
(4)

ABSTRAK

Kandidiasis Intertriginosa adalah jenis kandidiasis kutis yang letak lesinya di daerah lipatan ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus. Salah satu faktor risiko kandidiasis intertriginosa adalah diabetes melitus (DM). Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas insulin. Infeksi kulit dengan spesies Candida menjadi lebih mudah pada pasien dengan keadaan imunocompremise seperti penderita DM.

Mengetahui identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM.

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini mengidentifikasi spesies Candida dari 30 pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan pemeriksaan kerokan kulit pada KOH 10% dan kultur jamur.

Pada Pasien DM dijumpai terbanyak pada perempuan adalah 60%. 56,7%

kelompok umur 56-65 tahun. 40% berpendidikan SMA. 43.3% bekerja sebagai wiraswasta. Berdasarkan lama menderita DM 30% pada kelompok 11 – 20 tahun.

Seluruh pasien DM 100% dijumpai kelainan kulit. Lokasi ruam ditemukan pada lipatan paha 63.3% dan pada intergluteal 36.7%. Pemeriksaan KOH 10%

ditemukan 60% yaitu 18 spora positif. Pada pemeriksaan kultur jamur dengan media SDA dan identifikasi koloni jamur dengan medium Corn Meal Agar dijumpai spesies Candida 60%.

Identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM dijumpai spesies Candida albicans.

Kata kunci : Spesies Candida, Kandidiasis Intertriginosa, Diabetes Melitus (DM)

(5)

ABSTRACT

Intertriginous candidiasis is a type of cutaneous candidiasis which is located at the axila, inguinal, intergluteal, inframammary, intergitalis, glands penis, and umbilicus. One of the risk factors of intertriginous candidiasis patient is people with diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus (DM) is adistinctive clinical syndrome characterized by the presence of hyperglycemia caused by a deficiency or a decrease in the effectiveness of insulin. Skin infections with Candida species become easier in patients with imunocompremise circumstance such as patients with diabetes mellitus.

To know the identification of Candida species on the skin of patients with diabetes mellitus.

This descriptive study was obsevasional with cross sectional design. This study identifies the species Candida of 30 diabetic patients at the Public Health Center of Sentosa Baru Medan with the inclusion and exclusion criteria to the examination of skin scrapings in KOH 10% and fungal cultures.

Patient with DM is found mostly in woman as much 60%. 56,7% of the age group of 56-65 years. 40% had high school. 43.3% work as self-employed. Based on the long-suffering DM as much 30% are in the group of 11-20 years. All patients with DM 100% are found having common skin disorders. The location of rash is found in the groin on intergluteal as much 63.3% and 36.7%. Examination of the fungal culture with media of SDA and identification of fungal colonies with medium Corn Meal Agar to encountered Candida species 60%.

Identification of Candida species on the skin of patients with diabetes mellitus is Candida albicans.

Keywords : Candida Species, Intertriginous Candidiasis, Diabetes Mellitus (DM)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa untuk kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Spesies Candida pada Kulit pasien Diabetes Melitus”.

Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.Pd, Sp.JP (K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf, Sp.KK (K) dan dr. Rina Amelia, MARS, selaku dosen pembimbing 1 dan 2 dalam penulisan ini, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainyalaporan hasil penelitian ini. Juga kepada Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK dan dr. Flora Marlita Lubis, Sp.KK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan yang membangun untuk penelitian ini.

4. Ibu Rafidah, S.Si yang membantu penulis melaksanakanpenelitian laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

5. Kepada petugas, Kepala Puskesmas, ibu Yayuk, kakak Ririn dan pasien diabetes melitus di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang ramah mengizinkan penulis untuk melakukan pengumpulan sampel.

(7)

6. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan. Juga saudara-saudara penulis abang, kakak, dan adik serta keluarga besar OK. yang telah memberikan dukungan dan semangat.

7. Sahabat-sahabat penulis, Ahmad Azmi Hasyim, Abdul Latif Wahid Nst, Husni Baraqih, Ahmad Hidayat, Firman, Zulfahmi, Ahmed Razhid, Jose, Muthia Adhani, Wira Ravika Sari Sembiring, Syahputri Adinda Kasibu, Andini Anastasya, Rafika Aulia, Siti Aisyah, Mirda Awalia Putri, Putri Azima, Childa awalia Putri, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam proses pengambilan data.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2016

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRCT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan umum ... 3

1.3.2 Tujuan khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kandidiasis Kutis ... 4

2.1.1 Definisi ... 4

2.1.2 Epidemiologi ... 4

2.1.3 Etiologi ... 4

2.1.4 Klasifikasi ... 7

2.1.5 Patogenesis ... 7

2.1.6 Gejala Klinis ... 8

2.1.7 Diagnosis ... 9

2.1.8 Diagnosis Banding ... 10

2.1.9 Pengobatan ... 10

2.2 Diabetes mellitus ... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Klasifikasi ... 11

2.2.3 Faktor Resiko ... 11

2.2.4 Tanda dan Gejala ... 12

2.2.5 Penatalaksanaan ... 13

2.3 Hubungan Kandidiasis Kutis dengan DM ... 15

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN ... 17

3.1 Kerangka Teori Penelitian ... 17

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 18

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Jenis Penelitian ... 19

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 19

4.3 Populasi dan Sampel ... 19

4.3.1 Populasi penelitian ... 19

4.3.2 Sampel penelitian ... 19

4.4 Cara Kerja ... 20

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 21

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 21

4.6 Definisi Operasional ... 22

4.6.1 Diabetes Melitus ... 22

4.6.2 Spesies Candida ... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 24

5.1.3. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24

5.1.4. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Umur ... 24

5.1.5. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pendidikan ... 25

5.1.6. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pekerjaan ... 25

5.1.7. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lama Menderita ... 26

5.1.8. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lokasi Ruam ... 26

5.1.9. Distribusi Pemeriksaan KOH 10% ... 27

5.1.10. Distribusi Kultur Jamur ... 28

5.2. Pembahasan ... 28

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 28

5.2.2. Hasil Pemeriksaan KOH 10% ... 30

5.2.3. Hasil Kultur Jamur ... 31

BAB 6 KESIMPULAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus 11

5.1. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Jenis Kelamin 24

5.2. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Umur 25

5.3. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pendidikan 25 5.4. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pekerjaan 25 5.5. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lama Menderita 26 5.6. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lokasi Ruam 26

5.7. Pemeriksaan KOH 10% 27

5.8. Gambaran Kultur Jamur 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Candida albicans ... 5

2.2. Koloni Candida albicans ... 5

2.3. Koloni Candida krusei ... 6

2.4. Koloni Candida tropicalis ... 6

2.5. Fotomikrografi Candida parapsilosis ... 6

2.6. Fotomikrografi Candida psedotropicalis ... 6

3.1. Kerangka Teori ... 17

3.2. Kerangka Konsep ... 18

5.1. Dengan pemeriksaan KOH 10% tampak spora (+) ... 27

5.2. Ditemukan Candida albicans ... 28

(12)

DAFTAR SINGKATAN

DM Diabetes Melitus

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 36

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 37

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) . 38 Lampiran 4 Lembar Status Penelitian ... 39

Lampiran 5 Surat Etichal Clearance ... 42

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari FK USU ke Dinas Kesehatan ... 43

Lampiran 7 Surat Balasan Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan ... 44

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Riset dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU ... 45

Lampiran 9 Surat Balasan dan Selesai penelitian dari Puskesmas Sentosa Baru Medan ... 46

Lampiran 10 Gambar Saat Pengumpulan Sampel ... 48

Lampiran 11 Gambar Saat Melakukan Pemeriksaan di Laboratorium ... 49

Lampiran 12 Gambar Hasil Mikroskopis Saat Pemeriksaan KOH 10% .... 50

Lampiran 13 Gambar Hasil Mikroskopis Identifikasi Spesies Candida albicans ... 51

Lampiran 14 Data Primer Subjek Penelitian ... 52

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidosis atau kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang disebabkan oleh Candida, khususnya Candida albicans dan ragi (yeast) lain dari genus Candida. Organisme ini menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi sistemik.1 Di dalam tubuh manusia Candida hidup sebagai saprofit dan dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor-faktor resiko seperti menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi antibiotik dalam jangka waktu lama, perokok dan kemoterapi.2 Perubahan Candida dari saprofit menjadi patogen menyebabkan penyakit disebut kandidiasis.3 Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, relatif umum di daerah tropis yang dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.4 Penelitian yang dilakukan di National Skin Centre, Singapura, dari tahun 1999-2003 menempatkan kandidiasis (11,1%) pada urutan ketiga kasus mikosis terbanyak setelah dermatofitosis (57%) dan pitiriasis versikolor (25,2%). Dari seluruh kasus kandidiasis yang ditemukan, kandidiasis intertriginosa kasus yang paling terbanyak (69,8%). Hal ini disebabkan oleh faktor iklim di Singapura yang panas dan lembab.5 Hasil yang serupa ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Bangladesh, dimana kandidiasis menempati urutan ketiga dari infeksi jamur superfisial.6

Infeksi Candida terjadi jika terdapat faktor yang menyuburkan pertumbuhannya atau yang memudahkan terjadi invasi pada jaringan karena daya tahan yang lemah dari pejamu. Faktor-faktor penyebab kandidiasis dibagi menjadi dua, yaitu faktor predisposisi endogen dan eksogen. Faktor predisposisi endogen seperti: kehamilan (karena perubahan pH dalam vagina), kegemukan (karena banyak keringat), iatrogenik, endokrinopati (DM), penyakit kronik (tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk), umur (orang tua dan bayi lebih muda terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna), imunologik (penyakit genetik). Faktor predisposisi eksogen seperti: iklim, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dan kontak dengan penderita.4

(15)

Kandidiasis dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi yaitu, kandidiasis selaput lendir (mukosa), kandidiasis kutis, kandidiasis sistemik, dan reaksi id (kandidid). Salah satu bentuk kandidiasis kutis adalah kandidiasis intertriginosa.

Kandidiasis intertriginosa yang letak lesinya di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.

Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.4

Salah satu faktor risiko terjadinya kandidiasis intertriginosa adalah diabetes melitus (DM). Hal ini sejalan dengan temuan, bahwa kelainan kulit yang sering terjadi pada penderita DM adalah kandidiasis intertriginosa.4 Pada penelitian di RSU Dr Soetomo Surabaya, DM sebagai faktor resiko untuk terjadinya kandidiasis intertriginosa. Rata-rata pada pasien dengan DM mempunyai resiko 3,26 kali lebih sering dari pada yang tidak ada riwayat DM.7

Kondisi hiperglikemi kronik pada pasien DM berhubungan dengan komplikasi kronik jangka panjang yang dapat menyerang kulit.7 Peningkatan kadar glukosa darah pada pasien DM mempermudah terjadinya infeksi kulit.4 Manifestasi kelainan kulit yang berhubungan dengan komplikasi DM seperti infeksi (bakteri, jamur dan virus), ulkus, ganggren diabetik. Dapat juga terjadi penyakit-penyakit non infeksi seperti psoriasis, pruritus, vitilago, skin tag, akantosis nigrikan, eruptif xantoma dan lain-lain. Kelainan infeksi kulit paling tinggi disebabkan bakteri kemudian jamur dan virus, dan umumnya diperberat dengan kadar glukosa darah yang tinggi.8,9 Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kandidiasis kutis intertriginosa merupakan infeksi jamur pada kulit yang umum ditemukan dengan persentase yang tinggi pada kasus DM. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan. Berdasarkan survei awal pada puskesmas tersebut memiliki banyak pasien DM sehingga dapat menjadi populasi dalam penelitian saya.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui identifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%

pada kulit pasien DM.

2. Mengetahui gambaran kultur pada kulit pasien DM.

3. Mengetahui lokasi ruam pada daerah lipatan kulit pasien DM.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:

1. Bidang Penelitian

Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta memperluas wawasan peneliti mengenai jamur penyebab pada kulit pasien DM dan sebagai data dasar dalam melaksanakan pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Bidang Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

Agar dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan kulit yang dihubungkan dengan pasien DM sehingga diupayakan pencegahan.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandidiasis kutis 2.1.1 Definisi

Kandidiasis kutis adalah penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh organisme genus Candida. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida krusei, Candida parapsiloris, dan Candida tropicalis.10-14

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki - laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit.4 Penelitian yang dilakukan di National Skin Centre, Singapura, dari tahun 1999-2003 mendapatkan hasil dari kandidiasis 11,1% ini disebabkan oleh faktor iklim di Singapura yang panas dan lembab.5 Hasil penelitian di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2012 menunjukkan persentase bahwa ada 37 pasien kandidiasis dari 1096 pasien baru, kelompok umur terbanyak pada 45-54 tahun, lokasi lipatan kulit paling banyak terkena pada lipat paha, dan terapi yang paling banyak digunakan adalah antifungi topikal dan antihistamin.15

2.1.3 Etiologi

Spesies Candida yang sering ditemukan ialah Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guillermondii, Candida kefyr, Candida glabrata dan Candida dubliniensis.3

Berikut ini adalah gambar dari spesies Candida yaitu :16

(18)

Gambar 2.1 Candida albicans. A: Blastokonidia (blastospora) dan pseudohifa Dalam eksudat. B: Blastokonidia, pseudohifa dan klamidokonidia (klamidospora) dalam biakan pada suhu 300C. C: Biakan muda Membentuk tabung-tabung benih bila diletakkan dalam serum selama 3 jam pada suhu 370 C.

Gambar 2.2 Koloni Candida albicans, di inkubasi secara aerob selama 48 jam, 350 C.

(19)

Gambar 2.3 Koloni Candida krusei, di inkubasi secara aerob selama 48 jam, 350 C.

Gambar 2.4 Koloni Candida tropicalis, di inkubasi secara aerob selama 48 jam, 350 C.

Gambar 2.5 Fotomikrografi dari kultur Candida parapsilosis pada agar cornmeal, menyerupai “spider colonies” dengan serabut

Gambar 2.6 Fotomikrografi dari kultur Candida pseudotropicalis pada agar cornmeal, menyerupai “long-in-stream”

(20)

2.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan lokasi kandidiasis, Conant membuat klasifikasi :4,17 1. Kandidiasis selaput mukosa

a. Kandidiasis oral (thrush)

b. Perleche : infeksi pada sudut bibir bagian luar c. Kandidiasis vulvovaginalis

d. Balanitis atau balanopostitis e. Kandidiasis mukokutan kronis f. Kandidiasis bronkopulmoner 2. Kandidiasis kutis

a. Lokalisata : daerah intertriginosa atau daerah perianal b. Generalisata

c. Paronikia dan onikomikosis d. Kandidiasis kutis granulomatosa 3. Kandidiasis sistemik

a. Endokarditis b. Meningitis c. Pielonefritis d. Septikemia

4. Reaksi id (kandidid) yaitu erupsi kulit sekunder yang terjadi sebagai bentuk hipersensitivitas terhadap infeksi spesies Candida pada tubuh.

2.1.5 Patogenesis

Infeksi Candida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.4

1. Faktor endogen

a. Perubahan fisiologik :

1) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina 2) Kegemukan, karena banyak keringat

3) Debilitas 4) Iatrogenik

(21)

5) Endokrinopati : DM

6) Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk

b. Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna

c. Imunologik : penyakit genetik 2. Faktor eksogen :

a. Iklim, panas, dan kelembaban b. Kebersihan kulit

c. Kebiasaan merendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dari memudahkan masuknya jamur

d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanoposistitis

2.1.6 Gejala Klinis

Gejala klinis pada kandidiasis kutis berdasarkan tempat yang terinfeksi, dibagi sebagai berikut :4

1. Kandidiasis kutis lokalisata : a. Daerah intertriginosa b. Daerah perianal 2. Generalisata

3. Paronikia dan onikomikosis 4. Kandidiasis kutis granulomatosa

1. Kandidiasis kutis

a. Kandidiasis intertriginosa

Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.

(22)

b. Kandidiasis perianal

Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.

2. Generalisata

Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan umbilikus.Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul.Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin keran gangguan imunologik.

3. Paronikia dan onikomikosis

Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air, bentuk ini tersering didapat.Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisi jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium.

4. Kandidiasis kutis granulomatosa

Penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperi terduduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan farings.

2.1.7 Diagnosis

1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.4

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. 4

(23)

2.1.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada kandidiasis kutis dengan :4

1. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemriksaan dengan sinar Wood positif

2. Dermatitis intertriginosa 3. Dermatofitosis (tinea)

2.1.9 Pengobatan

1. Menghindari atau menghilang faktor predisposisi.4 2. Topikal, yaitu :4

a. larutan ungu gentian 1/2-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari

b. Nistatin (berupa krim, salap, emulsi) c. Amfoterisin B

d. Grup azol antara lain :

1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak

2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim 3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol

4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim 5) Antimikotik yang lain berspektrum luas 3. Sistemik :4

a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna dan obat ini tidak diserap oleh usus

b. Amfositerin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik.

2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakterisktik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.18

(24)

2.2.2 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi DM18

Tipe 1 Destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute : autoimun, idiopatik.

Tipe 2 Bervariasi, mulai dari resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin.

Tipe lain Defek genetik fungsi sel B, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, Endokrinopati, karena obat atau zat kimia, Infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

Diabetes mellitus gestasional

2.2.3 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar gula darah dan DM yaitu :19

1. Usia

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah >45 tahun.

2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Keturunan (Genetik)

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

4. Kegemukan/Obesitas

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT >23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200 mg%.

(25)

5. Dispilidemia

Keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35mg/dl) sering didapat pada pasien DM.

6. Alkohol dan rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidakaktifan fisik, faktor- faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional ke lingkungan kebarat-baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.

Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, indeks masa tubuh.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik:19

1. Gejala Akut

Polipagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

(26)

2. Gejala Kronik DM

Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.2.5 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan DM secara umum sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah: Jangka pendek, hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. Jangka panjang, tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.19

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.19

1. Diet

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan protein 10-15%.

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval,

(27)

Progresive, Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien.

Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit.

3. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.

4. Terapi Obat

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala, optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi utama.Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penangananpasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.

b. Insulin

Pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan.

Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif,

(28)

menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

2.3 Hubungan Kandidiasis Kutis dengan DM

Pada pasien DM kejadian kandididiasis kutis diduga karena peningkatan kadar glukosa darah, seperti pada penderita DM, akan menyebabkan kegagalan flora bakteri normal kulit untuk menghambat pertumbuhan yeast, di mana ketersediaan glukosa merupakan lingkungan yang cocok bagi yeast untuk berkembang biak.

Pada penderita DM juga terjadi gangguan mekanisme imunoregulasi. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa terjadi gangguan kemotaksis leukosit dan fagositosis pada penderita DM, terutama selama hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik.20

Penderita DM mengalami masalah pada sistem imun yaitu imunodefisiensi sekunder atau didapat merupakan defisiensi yang tersering ditemukan. Faktor imun yang berperan dalam pertahanan terhadap jamur yaitu respon imun humoral dan seluler. Faktor imun seluler diperkirakan mempunyai peranan yang lebih penting. Faktor non-imun yang berperan paling penting interaksi dengan flora- flora mikrobial lain. Flora mikrobial normal merupakan mekanisme protektif untuk pejamu, karena flora ini mengadakan kompetisi dengan kandida untuk mendapatkan makanan dan tempat perlekatan pada epitelial dan juga flora ini dapat menghasilkan produk-produk toksik terhadap jamur. Kulit yang intact dengan proses regenerasi dan lipid permukaannya merupakan barier yang efektif terhadap Candida.20

Berdasarkan hasil penelitian penderita kandidiasis kutis intertriginosa pada distribusi penyakit menurut jenis kelamin, kasus kandidiasis intertriginosa lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor risiko yang dimiliki perempuan seperti tren berpakaian perempuan di masyarakat, yaitu pemakaian celana ketat pada iklim tropis yang akan menyebabkan produksi keringat yang banyak dan mengakibatkan lokasi lipatan-lipatan kulit yang tertutup pakaian menjadi lembab dan rentan terhadap

(29)

infeksi kandidiasis intertriginosa. Selain itu, perempuan juga memiliki lipatan pada dada, yaitu lipat payudara. Lipatan pada dada umumnya tidak ditemukan pada pria, kecuali pada pria obesitas.15

Kandidiasis intertriginosa paling banyak ditemukan pada kelompok umur 45- 65 tahun dan diikuti oleh kelompok umur 65 tahun. Ini disebabkan karena status imunologik pada orang yang tua sudah tidak sempurna lagi. Selain itu, orang- orang yang sudah tua rentan terhadap beberapa penyakit seperti DM, yang merupakan faktor risiko dari kandidiasis intertriginosa. Tidak terdapat kasus pada kelompok umur <1 tahun dan 1-4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena kasus kandidiasis intertriginosa pada kelompok umur ini telah ditangani di bagian anak.15

Pada lokasi lipatan kulit yang terkena kandidiasis intertriginosa dari tiap-tiap lokasi lipatan kulit yang muncul, sebagian besar pasien memiliki lesi pada lipat paha. Hal ini dapat disebabkan karena lipat paha merupakan bagian yang paling tertutup saat seseorang berpakaian. Saat suhu lingkungan panas dan seseorang berkeringat, lipat paha menjadi bagian yang paling lembab karena keringat.

Kondisi ini mendukung bertumbuhnya jamur kandida di lipat paha tersebut dan akhirnya menyebabkan kandidiasis intertriginosa. Lokasi kedua terbanyak adalah ketiak. Ketiak merupakan bagian kulit yang lembab karena banyak mengeluarkan keringat. Jumlah kasus di lokasi ketiak tidak sebanyak lipat paha karena ketiak biasanya tidak tertutup dengan kain yang ketat seperti pada lipat paha.15

Pada penelitian pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014 ditemukan kandidiasis kutis umumnya adalah jenis onikomikosis Candida (81%) dan lainnya adalah kandidiasis kutis intertriginosa (19%). Spesies penyebab kandidiasis kutis adalah Candida albicans (67%), Candida parapsilosis (24%) dan Candida tropicalis (10%).21

(30)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Teori Usia

Hipertensi Genetik Obesitas Dislipidemia Alkohol dan rokok

DM Kriteria :

a) Poliuri b) Polidipsi c) Polifagi

d) Kenaikan kadar glukosa

Kelainan kulit

Non infeksi Infeksi Bakteri dan

Virus

Infeksi jamur Kandidiasis Kutis

Intertriginosa Faktor Endogen

a) Kehamilan b) Obesitas c) Endokrinopati d) imonosupresif

Faktor Eksogen a) Kebersihan b) Pekerjaan yang

berhubungan dengan kelembaban Spesies Candida :

a) Candida albicans b) Candida parapsilosis c) Candida tropicalis d) Candida glabrata e) Candida krusei f) dll

(31)

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Diabetes Melitus Spesies Candida

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross- sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi spesies Candida pada kulit pasien DM.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari pembuatan proposal penelitian hingga pelaporan hasil yaitu pada bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena Puskesmas Sentosa Baru Medan merupakan pelayanan kesehatan pemerintah yang memiliki banyak pasien DM sehinggga dapat menjadi populasi dalam penelitian saya. Data yang telah dikumpulkan dari pemeriksaan kerokan kulit di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang kemudian dilakukan dengan pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian pasien DM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dimana pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu, yang didasarkan pada sifat-sifat populasi. Perhitungan jumlah sampel untuk estimasi proporsi dilakukan dengan rumus :

n = / ( )

(33)

Keterangan :

n = Besar Sampel

Z1- = Derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1.96)

P = Proporsi suatu kasus terhadap populasi (bila tidak diketahui, Ditetapkan 50% = 0.50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (presisi),pada penelitian ini diinginkan 18% (0.18)

n = , / , ( , )

,

n = 29,64 n = 30

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Kriteria inklusi

a. Mempunyai gambaran kelainan kulit pada daerah lipatan ketiak, lipatan paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikus.

b. Masih menjadi pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

2. Kriteria eksklusi

a. Menggunakan obat kulit.

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

4.4 Cara Kerja

1. Pencatatan data dasar di lakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan, meliputi identitas pasien seperti nama, jenis kelamin, tempat, dan nomor telepon.

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologik pada pasien DM yang mengalami kelainan pada kulit di daerah lipatan.

3. Dilakukan pemeriksaan dengan metode kerokan kulit dan kultur pada media Saboraud Dekstrose Agar serta pemeriksaan slide culture untuk mengidentifikasi spesies Candida.

Langkah-langkah pemeriksaan kerokan kulit :

a. Bersihkan terlebih dahulu daerah lesi dengan alkohol 70%.

(34)

b. Dilakukan pengerokan pada tepi lesi.

c. Spesimen kerokan tepi lesi dimasukkan ke dalam amplop sebagai media transport.

d. Kemudian ditetesi dengan 1 sampai 2 tetes larutan KOH 10% dan ditutup dengan gelas penutup.

e. Dipanaskan sebentar diatas api Bunsen.

f. Periksa dibawah mikroskop.

4. Pembiakan pada media Saboraud Dekstrose Agar jika hasil pemeriksan mikroskop langsung ditemukan psedohifa dengan atau tanpa blastospora, sebagian bahan kerokan kulit tersebut dikultur pada media Saboraud Dekstrose Agar kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan sampai terlihat pertumbuhan koloni Candida. Koloni Candida tumbuh sebagai koloni berwarna putih, kecil, permukaan licin dan mengkilap. Kultur dinyatakan negatif bila koloni Candida tidak tumbuh hingga hari ke-10.

5. Pemeriksaan slide culture dilakukan untuk menentukan spesies dari Candida, dengan menggunakan media Corn Meal Agar. Dilakukan dari media yang positif Candida. Dengan menggunakan ose lurus steril atau jarum diambil koloni dengan menusukkan sampel ke media cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm, kemudian diletakkan diatas objek glass, kemudian ditutup dengan cover glass, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan keadaan lembab. Kemudian diperiksa di bawah mikroskop.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data diperolah dengan melakukan kerokan kulit untuk pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur pada pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperolah akan dimasukkan dan diolah dalam software pengolah data dengan menggunakan perangkat lunak program statistik.

(35)

4.7 Definisi Operasional 4.7.1 Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam produksi insulin dan kerja dari insulin tidak optimal.

1. Cara Ukur

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan melihat data rekam medis pada pasien DM.

2. Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini dengan rekam medis pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

3. Hasil Ukur

Hasil ukur pada penelitian ini adalah ada/tidak ada diagnosa DM.

4. Skala Ukur

Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala nominal.

4.7.2 Spesies Candida

Spesies Candida adalah spesies jamur penyebab kandidiasis kutis intertriginosa yang terdapat di daerah lipatan kulit khususnya di lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikus. Terdiri dari Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guillermondii, Candida kefyr, Candida glabrata, dan Candida dubliniensis.

1. Cara Ukur

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan kerokan kulit pada daerah lipatan kulit khususnya di lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus pada pasien DM.

(36)

2. Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini adalah dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat hifa/spora dan kultur jamur (media buatan SDA) melihat spesies jamur dari kerokan kulit pasien DM di Puskesmas Sentosa Baru Medan.

3. Hasil Ukur

Hasil ukur pada penelitian ini adalah :

1) Ditemukan spora/hifa (KOH 10% positif atau negatif) 2) Ditemukan spesies jamur ( kultur positif atau negatif) 4. Skala Ukur

Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala nominal.

(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Medan yang berlokasi di Jalan H.Prof Yamin, Kecamatan Medan Perjuangan. Sampel yang telah dikumpulkan dari pemeriksaan kulit di Puskesmas Sentosa Baru Medan kemudian dilakukan pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

5.1.2. Deskripsi Karakterisktik Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien DM yang memiliki kelainan kulit pada daerah lipatan kulit. Puskesmas ini memiliki jadwal buku kontrol peserta PRB dari BPJS sehingga pasien DM secara rutin berobat. Dalam penelitian ini diperoleh 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5.1.3. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi pasien DM berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut di bawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Pasien DM berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki – laki Perempuan

12 18

40 60

Total 30 100

Dari tabel 5.1. menunjukkan pada pasien DM dijumpai sebagian besar dengan jenis kelamin perempuan 60% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki 40%.

5.1.4. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Umur

Distribusi pasien DM berdasarkan umur yang termasuk dalam kategori yang terbanyak dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

(38)

Tabel 5.2. Distribusi Pasien DM berdasarkan umur

Umur n %

46 - 55 56 – 65

>65

5 17

8

16,7 56,7 26,7

Total 30 100

Dari tabel 5.2. diketahui bahwa dari 30 pasien DM yang memiliki proporsi terbesar adalah kelompok umur 56 - 65 tahun sebanyak 17 orang (56,7%).

5.1.5. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pendidikan

Distribusi pasien DM berdasarkan Pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Pasien DM berdasarkan pendidikan

Pendidikan n %

SD SMP SMA Sarjana

4 11 12 3

13,3 36,7 40 10

Total 30 100

Dari tabel 5.3. diketahui bahwa dari 30 pasien DM menurut pendidikan terbanyak dijumpai pada yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (40%) dan diikuti berpendidikan SMP yaitu 11 orang (36,7%)

5.1.6. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi pasien DM berdasarkan Pekerjaan yang terbanyak dalam pasien DM dapat dilihat di bawah tabel berikut ini :

Tabel 5.4. Distribusi Pasien DM berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %

Guru Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Sipil

Wiraswasta Supir

2 11

1 13

3

6,7 36,7

3,3 43,3

10

Total 30 100

Dari tabel 5.4. diketahui bahwa dari 30 pasien DM menurut pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).

(39)

5.1.7. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lama Menderita

Distribusi pasien DM berdasarkan Lamanya Menderita Diabetes Melitus dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5. Distribusi Pasien DM berdasarkan Lamanya Menderita Diabetes Melitus

Lama menderita DM n %

<1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 20 tahun

>20 tahun

3 7 7 9 4

10 23,3 23,3 30 13,3

Total 30 100

Dari tabel 5.5. diketahui bahwa dari 30 pasien DM menurut lamanya menderita DM paling banyak dijumpai pada kelompok 11–20 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%).

5.1.8. Distribusi Pasien DM Berdasarkan Lokasi Ruam

Distribusi Pasien DM berdasarkan Lokasi Ruam dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.6. Distribusi pasien DM berdasarkan lokasi ruam

Lokasi ruam n %

Lipatan paha Intergluteal

19 11

63,3 36,7

Total 30 100

Dari tabel 5.6. diketahui bahwa dari 30 pasien DM menurut lokasi ruam, 19 orang (63,3%) dijumpai pada daerah lipatan paha dan 11 orang (36,7%) dijumpai didaerah intergluteal.

(40)

5.1.9. Distribusi Pemeriksaan KOH 10%

Distribusi hasil pemeriksaan KOH 10% dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

Tabel 5.7. Pemeriksaan KOH 10%

KOH 10% n %

Hifa (+) Spora (+) Hifa (+) Spora (-) Hifa (-) Spora (+) Hifa (-) Spora (-)

2 0 28

0

6,7 0 93,3

0

Total 30 100

Dari tabel 5.7. terlihat bahwa dari 30 sampel dilakukan pemeriksaan KOH 10% dijumpai positif dimana terlihat hifa (-) spora (+) sebanyak 28 orang (93,3%) dan terlihat hifa (+) bersepta (artrokonidia) spora (+) sebanyak 2 orang (6,7%).

Gambar 5.1. Pemeriksaan KOH 10% tampak spora (+)

Gambar

Gambar 2.1 Candida albicans. A: Blastokonidia  (blastospora)  dan pseudohifa                        Dalam eksudat
Gambar 2.3 Koloni Candida krusei, di inkubasi secara aerob selama 48 jam, 35 0  C.
Gambar 3.1 Kerangka Teori Usia
Tabel 5.7. Pemeriksaan KOH 10%
+6

Referensi

Dokumen terkait

yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (HIMATIKA) FMIPA IINY pada tanggal24 September 2011 di D.03.105 FMIPAUDiy. Yogyaka rta,, 24 September

Ketua Panitia Pengadaan

Demikian surat panggilan ini kami sampaikan kepada Bapak/Ibu orang tua peserta didik yang bersangkutan. Atas perhatiannya, kami ucapkan

Kekerasan verbal yang dialami anak akan berdampak secara holistik yaitu dampak psikis yang dirasakan oleh korban antara lain berkeringat, jantung berdetak

The smoothness cost function that we use for ground filtering is an exponential function of the slope of the graph edges with respect to the approximate coarse ground.. A high

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih

[r]

Dalam hal jaminan fidusia berupa barang komoditas yang jumlah dan nilainya dapat berubah-ubah, maka pihak bank selaku kreditur harus memberikan pengawasan secara aktif