• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.12 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan kerangka konsep penelitian:

Kerangka konsep penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Permasalahan dalam penelitian ini terdapat risiko kecelakaan dan kesehatan kerja pada proses penggunaan pestisida. Oleh karena itu dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilihat dari konsekuensi, kemungkinan dan paparan untuk mendapatkan peringkat risiko.

Proses penggunaan

pestisida

Identifikasi

bahaya Penilaian Risiko

konsekuensi kemungkinan paparan

Peringkat Risiko

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dikarenakan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian terhadap sumber risiko. Penelitian bertujuan menjelaskan nilai dari risiko yang terdapat pada proses kerja dengan menggambarkan proses analisa keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan metode semikuantitatif untuk menentukan tingkat consequences, probability dan exposure dari setiap risiko yang ada.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo yang terdiri dari desa Gung Negeri, Kandibata, Kacaribu, Rumah Kabanjahe, Kaban, Kampung Dalam, Padang Mas, Gung Leto, Ketaren, Lau Cimba, Lau Simomo, Samura, dan Sumber Mufakat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan alasan:

1. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dari 13 desa yang ada di Kecamatan Kabanjahe, delapan desa tersebut merupakan desa yang memiliki lahan pertanian yang luas serta memiliki jumlah kelompok tani terbanyak (Data Kelompok Tani BP3K/BPP Kabanjahe, 2015)

2. Berdasarkan penjelasan dari Camat Kabanjahe belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018–Agustus 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian. Sumber data atau subyek penelitian mempunyai karakteristik tertentu, berbeda-beda sesuai dengan tujuan penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh petani penyemprot pestisida pada tanaman tomat di kecamatan kabanjahe. Pemilihan tanaman tomat dikarenakan tanaman tomat memiliki proses pekerjaan yang lebih singkat dan memiliki hasil produksi tertinggi kedua setelah kol/kubis berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2014.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih pada pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang ditelitinya. Dikarenakan dalam penelitian ini tidak diketahui jumlah populasi maka teknik pengambilan sampel ditentukan dengan

teknik non probability. Untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling) (Bungin, 2010). Pengambilan jumlah sampel berdasarkan keterbatasan dan kemampuan peneliti dalam penelitian. Terdapat beberapa kriteria inklusi dan kriteria eksklusi untuk menentukan sampel penelitian, yaitu:

1. Kriteria inklusi

a. Petani tanaman tomat.

b. Petani aktif melakukan penyemprotan dengan mengikuti alur lahan, cuaca panas terik, kecepatan angin tinggi dan saat hujan.

c. Petani aktif mempunyai masa kerja minimal 5 tahun.

d. Jenis kelamin laki-laki.

e. Petani yang tidak menggunakan perlengkapan pelindung.

2. Kriteria Eksklusi

a. Petani selain tanaman tomat.

b. Petani dalam keadaan sakit atau masih dalam pengawasan seorang dokter.

c. Tidak bersedia untuk diwawancarai.

3.4 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah bahaya dan risiko penggunaan pestisida pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.5 Instrument Penelitian

Instrument dalam penelitian ini berupa lembar observasi mengenai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada petani penyemprot pestisida. Adapun lembar observasi berisi tentang identifikasi bahaya dan analisis risiko yang dinilai

dari consequence, probability dan exposure. Hal ini menurut peneliti sangat efektif untuk mendapatkan kejelasan dan kekuatan digunakan instrument pendukung kamera handphone dan perekam suara.

3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri. Data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi pada proses kerja.

Lembar observasi digunakan untuk identifikasi bahaya dan risiko dengan metode observasi langsung. Setelah itu, dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja. Sementara untuk penilaian risiko ditentukan dengan mengalikan faktor konsekuensi, pajanan dan kemungkinan. Berdasarkan tingkat risiko yang telah diperoleh maka dapat diketahui prioritas risiko keselamatan kerja. Risk rating menggambarkan seberapa besar dampak potensi bahaya yang diidentifikasi yang kemudian akan dilihat dengan bantuan tabel skala tingkatan risiko.

2. Dokumentasi dan rekaman pada saat wawancara berlangsung.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya data tersebut sudah dikompilasi lebih dahulu oleh instansi atau yang punya data.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data Profil Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.7 Definisi Operasional

1. Identifikasi bahaya (Hazard Identification) adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja.

2. Penilaian risiko (Risk Assessment) merupakan kegiatan yang mencakup analisa dan evaluasi risiko sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Penilain risiko dilakukan dengan observasi langsung.

3. Konsekuensi (Consequences) adalah akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Penentuan konsekuensi dilakukan dengan observasi langsung. Hasil ukur konsekuensi yaitu:

- Catastrophe = 100 - Disaster = 50 - Very Serious = 25 - Serious = 15 - Important = 5 - Noticeable = 1

4. Kemungkinan (Probability) merupakan kemugkinan atau peluang terjadinya suatu kejadian. Penilaian kemungkinan dilakukan dengan observasi langsung.

Hasil ukur kemungkinan yaitu:

- Almost Certain = 10 - Likely = 6

- Unusual bu Possible = 3

- Remotly Possible = 1

- Conceivable = 0,5

- Practically Impossible = 0,1

5. Paparan (Exposure) adalah frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau sumber resiko. Penilaian paparan dilakukan dengan observasi langsung. Hasil ukur paparan yaitu:

- Continously = 10 - Frequently = 6 - Occasionally = 3 - Infrequent = 2 - Rare = 1

- Very Rare = 0,5

6. Peringkat Risiko adalah tingkat risiko awal yang diperoleh dari perkalian antara konsekuensi, kemungkinan dan paparan. Skala tingkatan risiko yaitu:

- Very High = >350 - Priority = 180-350 - Substantial = 70-180 - Priority 3 = 20-70 - Acceptable = <20

3.8 Analisis Data

Analisis data pada penelitian berdasarkan beberapa langkah, yaitu:

1. Identifikasi bahaya

Mengidentifikasi bahaya yang ada pada tahapan demi tahapan pengerjaan proses penggunaan pestisida sehingga potensi-potensi bahaya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dapat diketahui.

2. Analisis Risiko

Data dianalisa berdasarkan penilaian semikuantitatif untuk menentukan nilai risiko dengan terlebih dahulu memperkirakan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan. Setelah nilai risiko diperoleh, maka nilai tersebut dibandingkan dengan standar level risiko untuk mengetahui tingkatan risiko yang terdapat pada proses penggunaan pestisida.

Level of risk = Consequences x Exposure x Probability

Penarikan kesimpulan yang memfokus pada hasil penelitian yang diperoleh dari observasi langsung, wawancara mendalam dan analisis risiko yang dibantu dengan simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak dan Geografi Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Kabanjahe

Kecamatan Kabanjahe sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, terletak 500 meter dari kantor Bupati, diapit oleh tiga kecamatan yaitu Berastagi, Tigapanah, dan Simpang Empat. Secara geografis Kecamatan Kabanjahe berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah disebelah timur, disebelah barat dengan Kecamatan Berastagi dan disebelah Utara dengan Kecamatan Berastagi dan disebelah selatan dengan Kecamatan Tigapanah (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

Luas wilayah Kecamatan Kabanjahe adalah 44,65 atau 7,54 persen dari total luas Kabupaten Karo. Seluruh wilayah Kecamatan Kabanjahe berada pada ketinggian antara 1.100-1.300 meter diatas permukaan laut, tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Secara administrasi Kecamatan Kabanjahe terdiri

dari 13 kelurahan dan desa, yang terdiri dari 5 Kelurahan dan 8 desa (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

Dari tigabelas desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Kabanjahe, Desa Sumber Mufakat merupakan desa terluas dengan luas 5,50 atau 12,31 persen dari luas kecamatan, sedangkan Desa Lau Simomo, Kelurahan Lau Cimba, Kelurahan Gung Leto dan Kelurahan Kampung Dalam adalah desa/kelurahan dengan luas wilayah terkecil. Ditinjau dari jarak kantor desa ke ibukota kecamatan, maka Desa Lau Simomo merupakan yang terjauh yaitu 15 km, sedangkan yang terdekat adalah kelurahan Gung Leto dan Kelurahan Kampung Dalam yaitu sekitar 0,5 km (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

4.1.2 Gambaran Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe sebanyak 72.246 jiwa yang mendiami wilayah seluas 44,65 . Sehingga kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 1.618 jiwa/ . Penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Laki-laki berjumlah 35.346 jiwa dan perempuan berjumlah 36.900 jiwa (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

Jika dilihat jumlah penduduk, maka Kelurahan Gung Negeri memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah 12.574 jiwa (17,41%). Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Desa Lau Simomo sebanyak 710 jiwa (0,97%).

Komposisi penduduk di Kecamatan Kabanjahe didominasi oleh penduduk muda/dewasa (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

Berdasarkan jumlah penduduk usia kerja yakni dari orang (penduduk berumur 15 tahun keatas terdapat sekitar 46.593 atau 94,20 persen penduduk

bekerja pada lapangan usaha pekerjaan yang ada di Kecamatan Kabanjahe. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang ada menurut lapangan pekerjaan yang digeluti, maka sebagian besar penduduk usia kerja yakni 29.293 atau 62,86 persen bekerja pada lapangan usaha pertanian, sedangkan lapangan pekerjaan lainnya sebanyak 9.838 lainnya, PNS/ABRI sebanyak 4.856 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan primadona bagi penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Kabanjahe (Profil Kecamatan Kabanjahe, 2016).

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdiri dari 8 desa yaitu desa Sumber Mufakat, Ketaren, Kacaribu, Kandibata, Kaban, Rumah Kaban, Samura dan Lau Simomo. Desa Sumber mufakat merupakan desa pertama yang dijumpai ketika akan ke Kabanjahe dari Medan dan desa Lau Simomo merupakan desa terjauh yaitu 15 km dari pusat Kecamatan Kabanjahe. Jenis tanaman yang terdapat pada 8 desa di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jenis Tanaman pada 8 Desa di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Desa Jenis Tanaman

1. Sumber Mufakat Bunga, bunga kol, cabe, tomat

2. Ketaren Kopi, brokoli, selada, bunga kol, terong belanda, cabe, tomat

3. Kacaribu Tomat, ubi rambat, cabe, jagung

4. Kandibata Kentang, cabe, selada, kopi, jagung, sawi

5. Kaban Tomat, cabe, sawi putih, bunga kol, brokoli, selada

6. Rumah Kaban Cabe, sawi, selada, tomat 7. Samura Selada, wortel, cabe, tomat 8. Lau Simomo Jeruk, kopi, jagung

Berdasarkan wawancara bersama Kepala Desa, petani di Desa Sumber Mufakat atau yang biasa dikenal Desa Sumbul lebih banyak memiliki tanaman

bunga daripada tanaman seperti tomat, sayur dan lain-lain. Walaupun ada beberapa petani yang dijumpain memiliki tanaman tomat dan cabe.

Desa Ketaren merupakan desa kedua yang dijumpai setelah Desa Sumber Mufakat. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa bahwa petani di Desa Ketaren banyak yang menanam kopi, brokoli, selada, bunga kol, terong belanda dan cabe. Tetapi beberpa petani juga menanam tanaman tomat walaupun hanya sedikit.

Desa Kacaribu merupakan desa yang paling dekat dari pusat Kabanjahe.

Desa ini berada di jalan lintas Kotacane. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Kacaribu, tanaman yang banyak ditanam oleh petani adalah tomat. Beberapa petani juga menanam ubi rambat, cabe dan jagung.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Kandibata, jenis tanaman yang banyak ditanam oleh petani adalah kentang, cabe, selada, kopi, jagung dan sawi. Hanya beberapa petani yang menanam tomat didesa tersebut. Sehingga peneliti susah untuk medapatkan petani tomat saat dilapangan.

Berdasarkan wawancara dengan kepala Desa Kaban, petani di Desa Kaban lebih banyak menanam tanaman hortikultura seperti cabe, tomat, sawi putih, bunga kol, brokoli, dan selada. Untuk Desa Kaban sendiri lebih dominan pada tanaman tomat. Desa ini lebih banyak menggunakan pekerja buruh harian sebagai petani.

Desa Rumah Kabanjahe berdekatan dengan desa Kaban. Berdasarkan hasil wawancara bersama Kepala Desa, tanaman yang banyak ditanam oleh petani juga

merupakan tanaman hortikultura, seperti cabe, sawi, selada dan tomat. Tanaman tomat cukup banyak di Desa Rumah Kabanjahe.

Desa Samura merupakan desa yang juga cukup dekat dari pusat kota.

Berdasarkan wawancara bersama Kepala Desa, jenis tanaman yang banyak ditanam oleh petani adalah selada, wortel, cabe dan tomat. Tanaman tomat di desa ini juga tidak begitu banyak.

Desa Lau Simomo merupakan desa terjauh dari pusat Kabanjahe. Jaraknya mencapai 15 km dari kantor Kecamatan Kabanjahe. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, Desa ini sudah sangat jarang menanam tanaman hortikultura. Petani lebih banyak menanam tanaman jeruk, kopi dan jagung. Hal ini disebabkan karena Kelurahan/Desa disekeliling Desa Lau Simomo juga sudah banyak menanam tanaman keras seperti kopi dan jeruk. Jika petani menanam tanaman hortikultura maka akan mudah diserang hama. Hama lebih dominan berada pada tanaman muda seperti tanaman hortikultura.

3.2 Karakteristik Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

3.2.1 Umur Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Karakteristik petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo memiliki umur termuda 26 tahun dan tertua 50 tahun. Distribusi frekuensi umur pada petani penyemprot pestisida dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Umur pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

5. 46-50 tahun 4 20

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 20 orang petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 2 orang (10%) petani berumur 26-30 tahun, 4 orang (20%) petani berumur 31-35 tahun, 2 orang (10%) berumur 36-40 tahun, 8 orang (40%) petani berumur 41-45 tahun, dan 4 orang (20%) petani berumur 46-50 tahun.

3.2.2 Pendidikan Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Distribusi frekuensi pendidikan pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Sekolah Menengah Pertama 4 20

2. Sekolah Menengah Atas 14 70

3. Perguruan Tinggi 2 10

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 20 orang petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 4 orang (20%) petani dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama, 14 orang (70%) petani dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas, dan 2 orang (10%) petani dengan pendidikan Perguruan Tinggi.

3.2.3 Masa Kerja Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Berdasarkan kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu memiliki masa kerja minimal 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan masa kerja terlama yang terdapat pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo yaitu

33 tahun dan masa kerja tercepat yaitu 8 tahun. Distribusi frekuensi masa kerja pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut: penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 8 orang (40%) petani memiliki masa kerja 9-13 tahun, 3 orang (15%) petani memiliki masa kerja 14-18 tahun, 5 orang (25%) petani memiliki masa kerja 19-23 tahun, 3 orang (15%) petani memiliki masa kerja 24-28 tahun, dan 1 orang (5%) petani memiliki masa kerja 29-33 tahun.

4.3 Proses Penyemprotan Pestisida pada Petani Pestisida Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Kegiatan pada penyemprotan pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo memiliki bebera proses kerja. Adapun proses penyemprotan pestisida di Kecamatan Kabanjahe sebagai berikut:

1. Proses Persiapan

a. Menyiapkan alat dan bahan untuk penyemprotan pestisida, adapun alat dan bahannya sebagai berikut:

- Alat: ember, sendok, kayu - Bahan: Air dan pestisida

Pada metode kerja ini seluruh petani yang diteliti menggunakan peralatan yang sederhana. Menyiapkan bahan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.30-07.00 WIB.

Gambar 4.2 Metode Kerja Persiapan Bahan dan Alat

b. Memeriksa alat penyemprotan, petani akan memastikan dengan cara memeriksa adakah kebocoran pada tangki dengan mengencangkan sambungan-sambungan pada alat semprot, melihat adakah lubang-lubang kecil pada tangki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa petani melakukan peniupan pada ujung alat semprot untuk memastikan ada atau tidak sumbatan. Distribusi frekuensi memeriksa alat penyemprotan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Memeriksa Alat Penyemprotan Pestisida pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo No. Memeriksa Alat Penyemprotan Jumlah Pesrsentase (%)

1. Meniup ujung alat semprot 10 50

2. Mengetuk ujung alat semprot 10 50

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 20 petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 10

orang (50%) petani meniup ujung alat semprot dan 10 orang (50%) petani mengetuk ujung alat semprot.

Gambar 4.3 Metode Kerja Pemeriksaan Alat

c. Pencampuran pestisida, pencampuran pestisida dilakukan pada ember dengan ukuran ± 5 liter dengan menggunakan sendok makan sebagai alat takar pestisida. Petani akan menyiapkan air bersih pada ember dan kemudian memasukkan beberapa pestisida ke dalam air yang berada di ember. Pencampuran beberapa jenis pestisida yaitu insektisida dan fungisida yang disesuaikan dengan keadaan hama yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sedikitnya menggunakan 2 pestisida berdasarkan nama dagang untuk satu kali pencampuran dan terbanyak 6 pestisida berdasarkan nama dagang yang digunakan untuk satu kali pencampuran. Distribusi frekuensi pemakaian minimum pestisida berdasarkan nama dagang pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Pemakaian Minimum Pestisida Berdasarkan Nama Dagang pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Pemakaian Minimum Jenis Pestisida (Merek Dagang)

Jumlah Persentase (%)

1. 2 jenis 3 15

2. 3 jenis 9 45

3. 4 jenis 4 20

4. 5 jenis 3 15

5. 6 jenis 1 5

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 20 petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 3 orang (15%) petani menggunakan sedikitnya 2 jenis untuk satu kali pencampuran, 9 orang (45%) petani menggunakan sedikitnya 3 jenis untuk satu kali pencampuran, 4 orang (20%) petani menggunakan sedikitnya 4 jenis pestisida untuk satu kali pencampuran, 3 orang (15%) petani menggunakan sedikitnya 5 jenis pestisida untuk satu kali pencampuran, dan 1 orang (5%) petani menggunakan sedikitnya 6 jenis pestisida untuk satu kali pencampuran.

Hasil penelitian menunjukkan masih ada petani yang melakukan pencampuran dengan sendok makan tanpa alat bantu seperti kayu untuk mengaduk. Distribusi frekuensi pencampuran pestisida pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Pencampuran Pestisida pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Pencampuran Pestisida Jumlah Persentase (%) 1. Pencampuran dengan sendok

makan

5 25

2. Pencampuran dengan kayu 15 75

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 20 petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 5 orang (25%) petani melakukan pencampuran pestisida dengan sendok makan dan 15 orang (75%) melakukan pencampuran pestisida dengan kayu.

Gambar 4.4 Metode Kerja Pencampuran Pestisida 2. Proses Kalibrasi

a. Menyiapkan alat, memeriksa apakah alat bisa dipakai atau tidak dengan cara mengisi tangki dengan air bersih kemudian setelah tangki tertutup alat aplikasi akan diberi tekanan atau sampai mecapai tekanan yang dianjurkan.

Selanjutnya air dalam tangki disemprotkan ke dalam ember beberapa kali.

Pada metode ini sebagian besar petani memeriksa alat setelah memasukkan larutan pestisida untuk melihat jalan keluarnya pestisida

Gambar 4.5 Metode Kerja Menyiapkan Alat

b. Memasukkan air yang telah bercampur dengan pestisida ke dalam tangki.

Setelah diaduk hingga rata kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam tangki dan disaring terlebih dahulu dengan kain saringan berupa baju bekas pakai untuk mencegah sumbatan ketika menyemprot. Kemudian ditambahkan air hingga tangki penuh. Tangki penyemprotan berukuran 16 liter. Sebagian besar petani menggunakan kain bekas untuk menyaring larutan pestisida.

Gambar 4.6 Metode Kerja Memasukkan Air Yang Telah Bercampur Dengan Pestisida Kedalam Tangki

c. Mengatur kecepatan jalan saat menyemprot, petani melakukan gerakan

menggunakan kecepatan maksimal ketika menyemprot sehingga semprotan yang keluar begitu deras dan cepat merata pada tumbuhan. Menurut petani ini merupakan usaha untuk meminimalkan waktu penyemprotan.

Gambar 4.7 Metode Kerja Mengatur Kecepatan Alat Semprot 3. Proses Aplikasi

Pada proses aplikasi atau penyemprotan pestisida petani tidak melihat arah angin yang ada pada saat ingin melakukan penyemprotan. Seluruh petani menyemprot tanaman sesuai dengan ledeng-ledeng tanaman. Gerakan menyemprot disesuaikan dengan tinggi rendahnya tanaman tomat tersebut.

Penyemprotan dilakukan pagi hari pada pukul 7-11 dan sore hari pada pukul 3-6 sore. Penyemprotan pada tanaman tomat dilakukan hanya satu kali dalam sehari dengan frekuensi penyemprotan 3 kali dalam seminggu. Seluruh petani tidak menggunakan alat pelindung diri. Sebagian besar petani menggunakan baju bekas untuk menutup mulut dan hidung. Distribusi frekuensi dari frekuensi penyemprotan pestisida pada petani di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penyemprotan Pestisida pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

NoNnNNo. Frekuensi Penyemprotan Pestisida Per Minggu

Jumlah Persentase (%)

1. 2 Kali 4 20

2. 3 Kali 16 80

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 20 orang petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 4 orang (20%) petani melakukan penyemprotan 2 kali dalam satu minggu dan 16 orang (80%) petani melakukan penyemprotan 3 kali dalam satu minggu.

Gambar 4.8 Metode Kerja Penyemprotan Pestisida 4. Proses Pembuangan Sisa

a. Pembuangan sisa penyemprotan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sisa penyemprotan dibuang langsung ketanah atau disemprot hingga habis pada tanaman oleh petani. Distribusi frekuensi pembuangan sisa penyemprotan pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Pembuangan Sisa Penyemprotan pada Petani Penyemprot Pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Pembuangan Sisa Penyemprotan Jumlah Persentase (%)

1. Dibuang di tanah 5 25

2. Disemprotkan pada tanaman 15 75

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 20 petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 5 orang (25%) petani membuang sisa penyemprotan di tanah dan 15 orang (75%) menyemprotkan pada tanaman hingga habis.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 20 petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat 5 orang (25%) petani membuang sisa penyemprotan di tanah dan 15 orang (75%) menyemprotkan pada tanaman hingga habis.

Dokumen terkait