• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.10 Kerangka teori penelitian

2.7 KERANGKA KONSEP

Bila tidak dapat beradaptasi dengan stresor

Etiologi kecemasan Etiologi depresi

Gambar 2.11 Kerangka konsep penelitian

Variabel Dependen Variabel Independen

3.1 JENIS PENELITIAN

Berdasarkan ada atau tidaknya analisis hubungan antar variabel, jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain sectional. Dalam penelitian analitik cross-sectional, peneliti mencari hubungan variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) yang pengukuran variabel bebas maupun variabel tergantungnya dilakukan secara simultan pada satu saat. Jadi, baik variabel bebas maupun variabel tergantung diukur menurut keadaan atau statusnya pada waktu observasi, sehingga tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow-up terhadap pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan Ismael, 2017). Dalam hal ini adalah untuk melihat hubungan penggunaan media sosial dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan sejak Juli hingga Desember 2020.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terdiri angkatan 2017 sebanyak 255 mahasiswa,

angkatan 2018 sebanyak 255 mahasiswa, dan angkatan 2019 sebanyak 249 mahasiswa. Jumlah populasi penelitian yaitu jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu sebanyak 759 mahasiswa.

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2017, 2018, dan 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipililih dengan cara tertentu. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara stratified random sampling. Pada populasi yang bersifat heterogen, populasi dibagi menjadi beberapa strata terlebih dahulu agar semua sifat dapat terwakili. Selanjutnya sampel dipilih secara acak untuk tiap strata dan kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata (Sabri dan Hastono, 2018; Sastroasmoro dan Ismael, 2017). Dalam hal ini, sampel yang dipilih dibagi berdasarkan Mahasiswa Fakultas Kedokteran stambuk 2017, 2018, dan 2019 dengan sampel dari setiap angkatan diambil secara acak (random).

Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk analitik korelatif kategorik-kategorik yaitu (Dahlan, 2019):

( )

( )

+

3

Keterangan:

n : Besar sampel minimum

α : Kesalahan tipe satu, ditetapkan 0.05 Zα : Nilai standar α (1.96 pada α 0,05) β : Kesalahan tipe dua, ditetapkan 0.20 Zβ : Nilai standar ß (0.84 pada ß 0.20)

r : Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna (0.3)

Maka perhitungannya adalah : ( )

( )

+

3

( )

( )

+

3 = ( )( )

+

3

Dari hasil perhitungan diatas, jumlah sampel minimum pada penelitian ini adalah sebanyak 90 mahasiswa. Pembagian besar sampel untuk masing-masing angkatan dibagi dengan menggunakan rumus menurut Sugiono (2010):

n1 =

x N1 Keterangan :

n1 : jumlah sampel tiap angkatan

n : jumlah populasi setiap angkatan (angkatan 2017 = 255 mahasiswa;

angkatan 2018 = 255 mahasiswa; angkatan 2019 = 249 mahasiswa) N : jumlah seluruh populasi = 759

N1 : Besar sampel yang ditarik dari populasi = 90 Maka perhitungannya adalah :

Angkatan 2017 : n1 =

x N1 n1 =

x 90

n1 = 47,6 30 mahasiswa

Angkatan 2018 : n1 =

x N1 n1 =

x 90

n1 = 47,6 30 mahasiswa

Angkatan 2019 : n1 =

x N1 n1 =

x 90

n1 = 29.4 30 mahasiswa

Adapun sampel penelitian dipilih menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2017, 2018, 2019

b. Bersedia menjadi responden dan menyelesaikan penelitian serta telah menyetujui lembar informed consent

c. Menggunakan media sosial/menggunakan setidaknya satu akun media sosial aktif

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa FK USU angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang berkewarganegaraan Malaysia

b. Memiliki riwayat dan atau sedang dalam pengobatan gangguan neurologis seperti epilepsi ataupun gangguan psikiatri

c. Memiliki gangguan kondisi medis umum seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit hormonal seperti gangguan tiroid, dan kondisi medis umum lainnya

d. Menggunakan zat terlarang atau obat-obatan yang mempengaruhi SSP e. Kuesioner tidak diisi dengan lengkap

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1 JENIS DATA PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian dengan mengisi beberapa

kuesioner secara online yaitu melalui google form yang telah disediakan oleh peneliti.

3.4.2 INSTRUMEN PENELITIAN

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan antara lain kuesioner Social Networking Time Use Scale (SONTUS) dan kuesioner Kessler Psychological Distress Scale-10 items (K10). Social Networking Time Use Scale (SONTUS) merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai penggunaan media sosial secara kuantitas pada tiap responden. SONTUS terdiri dari 29 item pertanyaan yang dikelompokan menjadi lima komponen. Empat komponen diantaranya digunakan untuk menilai penggunaan media sosial pada keadaan atau konteks yang berbeda yaitu penggunaan saat relaksasi dan waktu luang, penggunaan terkait kegiatan akademik, penggunaan di tempat umum, penggunaan saat stres, dan satu komponen lainnya menunjukan motivasi atau alasan penggunaan media sosial. Skor setiap pertanyaan dinilai dengan menggunakan skala likert berkisar 1-11 yang kemudian akan dikonversi dan dijumlah menjadi skor masing-masing komponen. Kemudian skor semua komponen diakumulasi untuk mendapatkan total skor SONTUS yang berkisar pada angka 5 hingga 23.

Skor 5-9 diinterpretasikan sebagai intensitas penggunaan rendah, skor 10-14 untuk intensitas penggunaan rata-rata, skor 15-19 untuk intensitas penggunaan tinggi, dan skor >19 untuk intensitas penggunaan sangat tinggi (Olufadi, 2015;

Sigerson dan Cheng, 2018).

Kuesioner SONTUS telah diterjemahkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Universitas Sebelas Maret dan telah diuji validitas dan realibilitasnya.

Validitas tiap item pertanyaannya berkisar antara 0,36-0,75 sehingga kuesioner SONTUS telah valid karena memiliki nilai > 0,3. Nilai cronbach alpha pada uji reliabilitasnya adalah 0,93 sehingga dikatakan bahwa kuesioner SONTUS reliabel karena memiliki nilai cronbach alpha > 0,6 (Fadhly, 2019).

Kessler Psychological Distress Scale-10 items (K10) merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai distres psikologis secara singkat.

Kuesioner K10 terdiri dari 10 pertanyaan yang terfokus pada simtom-simtom

kecemasan dan depresi yang dirasakan selama 4 minggu terakhir. Kuesioner ini menanyakan apakah responden merasakan lelah tanpa sebab, putus asa, gelisah atau resah, tertekan atau murung dengan skala jawaban 1 sampai 5; tidak terjadi sama sekali, jarang terjadi, kadang-kadang terjadi, hampir setiap saat atau sering terjadi, dan setiap saat atau selalu terjadi. Total skor K10 berkisar pada 10 hingga 50. Semakin tinggi nilai skor K10 mengindikasikan semakin tinggi tingkat distres psikologisnya. Total skor K10 dibawah dibawah 20 diinterpretasikan sebagai tidak mengalami distres psikologis, skor 20-24 sebagai distres psikologis ringan, skor 25-29 sebagai distres psikologis sedang, dan skor sebagai distres psikologis berat (Andrews dan Slade, 2001). Kuesioner K10 telah diterjemahkan dan telah valid serta reliabel digunakan pada populasi Indonesia dengan nilai cronbach alpha > 0,8 (Tran et al., 2019).

3.4.3 PENGUMPULAN DATA

Data responden pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diisi secara online. Dalam hal ini dilakukan secara online sebagai bentuk upaya untuk meminimalisir kemungkinan penyebaran virus selama masa pandemi Covid-19. Kuesioner dalam bentuk google form disebarkan ke grup media sosial masing-masing stambuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, yaitu stambuk 2017, 2018, dan 2019.

Sampel yang telah terpilih secara acak dengan teknik stratified random sampling, diberikan lembar informed consent dan kemudian mengisi lembar tersebut sebagai tanda persetujuan ikut serta dalam penelitian. Kemudian sampel yang telah setuju mengikuti penelitian dapat melakukan pengisian kuesioner Kessler Psychological Distress Scale-10 Items (K10) dan kuesioner Social Networking Time Use Scale (SONTUS) dengan memperhatikan petunjuk pengisian kuesioner yang telah dirancang dan dicantumkan oleh peneliti. Setelah seluruh kuesioner terisi, seluruh data yang didapatkan akan direkapitulasi oleh peneliti untuk kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer.

3.4.4 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Ordinal 1. Tidak mengalami distress (˂20) diolah serta dianalisis secara statistik. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan analisis univariat. Analisis univariat berguna untuk mengetahui dan menjelaskan gambaran karakteristik subjek atau data yang dimiliki, baik dalam bentuk frekuensi dan persentase untuk variabel kategorik, maupun dalam bentuk mean dan standar deviasi (bila data berdistribusi normal) atau nilai minimum dan maksimum serta median (bila data tidak berdistribusi normal) (Dahlan, 2008).

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan hasil outputnya berupa tingkat kemaknaan. Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square bila syarat uji chi-square terpenuhi, yaitu nilai

expected (E) > 5 atau sel yang mempunyai nilai expected (E) < 5 maksimal 20%

dari jumlah sel. Bila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka analisis akan dilakukan dengan uji alternatif chi-square yaitu uji fisher atau uji kolmogorov-smirnov (Dahlan M. S., 2008). Pengolahan data akan dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 24.0 for windows.

3.5 ALUR PENELITIAN

Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2017, 2018, dan 2019

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi Sampel

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Kuesioner SONTUS dan Kuesioner K10

Pengolahan dan Analisis Data Hasil dan Pembahasan

4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tidak dilakukan di satu tempat secara spesifik dikarenakan pengambilan data responden dilakukan secara online. Responden penelitian mengisi kuesioner yang telah disusun oleh peneliti dalam bentuk google form secara online sehingga responden dapat mengisi kuesioner dimana saja. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada minggu terakhir bulan Oktober 2020 hingga minggu pertama bulan November 2020.

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bersedia menjadi sampel penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Dari 192 data yang diperoleh dari sampel penelitian, didapatkan 15 orang yang tidak memenuhi kriteria eksklusi. Sehingga jumlah sampel setelah dilakukan penyeleksian, yaitu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, adalah sebanyak 177 orang.

Berdasarkan tabel 4.1, sampel penelitian terdiri dari laki-laki sebanyak 58 orang (32,8%) dan perempuan sebanyak 119 (67,2%). Berdasarkan usia, usia termuda pada sampel penelitian dijumpai berumur 17 tahun sedangkan usia tertua ialah 23 tahun. Peneliti mengelompokkan sampel penelitian menjadi 2 kelompok berdasarkan usia, yaitu kategori usia 17-19 tahun sebanyak 78 orang (44,1%) dan kategori usia 20-23 tahun sebanyak 99 orang (55,9%). Berdasarkan status tempat tinggal responden selama pandemi Covid-19, terdapat 153 orang (86,5%) yang tinggal bersama keluarga, dalam hal ini tinggal di rumah orangtua ataupun

tinggal di rumah saudara, serta terdapat 24 orang (13,6%) yang bertempat tinggal di kos. Berdasarkan pendapatan keluarga sampel selama pandemi Covid-19, dijumpai sebanyak 100 orang (56,5%) memiliki pendapatan keluarga yang stabil dan sebanyak 77 orang (43,5%) memiliki pendapatan keluarga yang tidak stabil selama pandemi Covid-19.

Berdasarkan jenis media sosial yang sering digunakan oleh responden, sebanyak 167 orang (94,4%) memilih instagram, 48 orang (27,1%) memilih twitter, 23 orang (13%) memilih facebook, 158 orang (89,3%) memilih whatsApp, 162 orang (91,5%) memilih line, 137 orang (77,4%) memilih youtube, 2 orang (1,1%) memilih tumblr, 1 orang memilih pinterest, 3 orang (1,7%) memilih tik-tok, 1 orang (0,6%) memilih twitch, 1 orang (0,6%) memilih steam, 2 orang (1,1%) memilih telegram, dan 1 orang (0,6%) memilih reddit. Diurutkan dari jumlah yang terbanyak, jenis media sosial yang paling sering digunakan oleh responden ialah platform instagram di urutan pertama, kemudian disusul dengan platform line, whatsApp, youtube, twitter, facebook, tik-tok, tumblr dan telegram, serta platform pinterest, twitch, steam, dan reddit di posisi terakhir.

Pada penelitian ini didapatkan sampel yang tidak mengalami distres psikologis terkait pandemi Covid-19 hanya 70 orang (39%), sedangkan sisa sampel sebanyak 107 orang (61%) mengalami distres psikologis dengan berbagai tingkatan, yaitu sebanyak 38 orang (21,5%) mengalami distres ringan, 35 orang (19,8%) mengalami distres sedang, dan 34 orang (19,2%) mengalami distres berat selama pandemi Covid-19. Berdasarkan penggunaan media sosial, sampel yang termasuk ke dalam kategori penggunaan media sosial rendah hanya dijumpai sebanyak 54 orang (30,5%), sedangkan 68 orang (38,4%) tergolong penggunaan media sosial rata-rata, 43 orang (24,3%) tergolong penggunaan media sosial tinggi, dan 12 orang (6,8%) tergolong penggunaan media sosial sangat tinggi. Berdasarkan waktu yang dihabiskan untuk terfokus pada informasi mengenai Covid-19, dijumpai sebanyak 130 orang (73,4%) menghabiskan waktu dibawah satu jam, 37 orang (20,9%) menghabiskan 1-2 jam, dan 10 orang (5,6%) menghabiskan 3 jam atau lebih. Berdasarkan frekuensi atau seberapa sering sampel mendapatkan informasi terkait Covid-19 bersumber dari media sosial, tidak dijumpai satupun

mahasiswa yang menjawab tidak pernah, 11 orang (6,2%) menjawab sesekali, 47 orang (26,6%) menjawab kadang-kadang, 80 orang (45,2%) menjawab sering, dan 39 orang (22%) menjawab sangat sering.

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Status Pendapatan Keluarga Selama Pandemi Covid-19

Stabil Jenis Media Sosial yang Sering Digunakan

Instagram Distres Psikologis terkait Pandemi Covid-19

Tidak Distres Waktu Terfokus Informasi Covid-19 Perharinya

<1 jam Frekuensi Terpapar Informasi Covid-19 di Media Sosial

Tidak Pernah

Berdasarkan tabel 4.2, dijumpai bahwa sampel yang mengalami distres psikologis maupun yang tidak mengalami distres psikologis lebih banyak dijumpai pada sampel dengan jenis kelamin perempuan dibandingkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 46 orang perempuan (26%) pada kelompok tidak mengalami distres psikologis dan 73 orang perempuan (41,2%) yang mengalami distres psikologis. Berdasarkan usia, jumlah sampel yang mengalami ataupun tidak mengalami distres psikologis lebih banyak dijumpai pada kelompok usia 20-23 tahun, yaitu sebanyak 44 orang (24,9%) pada kelompok yang tidak mengalami distres psikologis dan sebanyak 55 orang (31,1%) pada kelompok yang mengalami distres psikologis.

Dilihat berdasarkan status tempat tinggal, sampel yang bertempat tinggal bersama keluarga lebih banyak dijumpai mengalami distres psikologis maupun tidak mengalami distres psikologis terkait pandemi Covid-19 yaitu sebanyak 57 orang (32,2%) pada kelompok tidak mengalami distres psikologis dan sebanyak 96 orang (54,2%) pada kelompok mengalami distres psikologis. Berdasarkan status pendapatan keluarga sampel selama pandemi Covid-19, baik yang mengalami distres psikologis maupun yang tidak mengalami distres psikologis lebih banyak dijumpai pada sampel yang memiliki status pendapatan keluarga yang stabil, yaitu sebanyak 42 orang (23,7%) pada kelompok tidak mengalami distres psikologis dan sebanyak 58 orang (32,8%) pada kelompok yang mengalami distres psikologis.

Berdasarkan jumlah waktu yang digunakan terfokus informasi mengenai Covid-19, baik pada kelompok mahasiswa yang menghabiskan waktu kurang dari satu jam (75 orang atau 42,4%), 1-2 jam (25 orang atau 14,1%), maupun 3 jam atau lebih (7 orang atau 4%) lebih banyak dijumpai mahasiswa mengalami distres psikologis dibanding mahasiswa yang tidak mengalami distres psikologis selama pandemi Covid-19. Untuk keperluan analisis, sampel dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan frekuensi atau seberapa sering sampel mendapatkan informasi terkait Covid-19 bersumber dari media sosial, yaitu kelompok kurang terpapar (bagi sampel yang memilih tidak pernah atau sesekali), jarang terpapar

(bagi sampel yang memilih kadang-kadang), dan sering terpapar (bagi sampel yang memilih sering dan sangat sering). Mahasiswa lebih banyak dijumpai mengalami distres psikologis dibandingkan tidak mengalami distres psikologis baik pada mahasiswa yang kurang (8 orang atau 4,5%), jarang (28 orang atau 15,8%), maupun sering (71 orang atau 40,1%) mendapatkan informasi terkait Covid-19 bersumber dari media sosial. Hasil uji analisis chi-square memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p=0,728), usia (p=0,133), tempat tinggal (p=0,115), pendapatan keluarga (p=0,447), waktu terfokus informasi Covid-19 perhari (p=0,454), dan frekuensi mendapatkan informasi Covid-19 di media sosial dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19.

Tabel 4.2 Frekuensi dan analisis hubungan karakteristik sampel (jenis kelamin, usia, status tempat tinggal, dan status pendapatan keluarga) dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19

Karakteristik

Distres Psikologis Terkait Pandemi Covid-19

n (%) Nilai p

Berdasarkan tabel 4.3, penggunaan media sosial baik rendah, rata-rata, maupun tinggi lebih banyak dijumpai pada sampel yang berjenis kelamin perempuan, yaitu

sebanyak 36 orang (20,3%) pada kelompok penggunaan media sosial rendah, 47 orang (26,6%) pada kelompok penggunaan media sosial rata-rata, dan 36 orang (20,3%) pada kelompok penggunaan media sosial tinggi. Berdasarkan usia, penggunaan media sosial dengan tingkatan rendah, rata-rata, maupun tinggi dijumpai lebih banyak pada kelompok usia 20-23 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (16,4%) pada penggunaan media sosial rendah, 41 orang (23,2%) pada penggunaan media sosial rata-rata, dan 29 orang (16,4%) pada penggunaan media sosial tinggi. Hasil uji analisis chi-square memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p=0,906) maupun usia (p=0,65) dengan penggunaan media sosial.

Tabel 4.3 Frekuensi dan analisis hubungan karakteristik sampel (jenis kelamin dan usia) dengan penggunaan media sosial

Karakteristik

Penggunaan Media Sosial

n (%) Nilai p

Rendah Rata-rata Tinggi

Jenis Kelamin mengalami distres psikologis dan tidak mengalami distres psikologis pada tingkatan penggunaan media sosial. Pada kelompok penggunaan media sosial rendah, dijumpai frekuensi yang sedikit lebih besar pada kelompok sampel yang tidak mengalami distres psikologis (sebanyak 31 orang atau 17,5%) jika dibandingkan dengan kelompok yang mengalami distres (sebanyak 23 atau 13,5%). Selain itu, pada tabel juga dapat dilihat bahwa sampel dengan penggunaan media sosial dengan tingkat rata-rata dan tinggi lebih banyak dijumpai mengalami distres psikologis dibandingkan dengan yang tidak mengalami distres psikologis. Pada kelompok penggunaan media sosial rata-rata, dijumpai sebanyak 23 orang (13%) tidak mengalami distres sedangkan 45 orang (25,4%) mengalami distres psikologis. Dan pada kelompok penggunaan media

sosial tinggi, dijumpai sampel yang mengalami distres psikologis sebanyak 16 orang (9%) dan sampel yang mengalami distres dua kali lipat lebih banyak dari kelompok yang tidak mengalami distres, yaitu sebanyak 39 orang (22%). Dari hasil uji analisis chi-square dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan media sosial dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19 (p=0,005).

Tabel 4.4 Analisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19

Penggunaan Media Sosial

Distres Psikologis Terkait Pandemi Covid-19

n (%) Nilai p

Tabel 4.5 Data hasil penelitian cross-sectional untuk perhitungan rasio prevalens penggunaan media sosial dengan distres psikologis terkait pandemi Covid-19

Distres Psikologis tergolong pengguna media sosial rendah peneliti golongkan ke dalam kelompok kurang terpapar media sosial sedangkan mahasiswa yang tergolong pengguna media sosial rata-rata digolongkan ke dalam kelompok terpapar media sosial.

Data menunjukkan bahwa terdapat 84 mahasiswa mengalami distres psikologis terkait pandemi Covid-19 pada mahasiswa yang terpapar media sosial dan 23

mahasiswa pada kelompok kurang terpapar media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi distres psikologis terkait pandemi Covid-19 pada kelompok terpapar media sosial ialah 0,68 (84/123) dan pada kelompok kurang terpapar media sosial ialah 0,43 (23/54). Berdasarkan hasil perhitungan, didapati bahwa rasio prevalens (RP) pada penelitian ini ialah 1,6 (0,68/0,43). Hasil RP > 1 mempunyai arti bahwa penggunaan media sosial merupakan faktor resiko terjadinya distres psikologis terkait pandemi Covid-19, yakni mahasiswa yang terpapar media sosial memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk mengalami distres psikologis terkait pandemi Covid-19 dibandingkan mahasiswa yang kurang terpapar media sosial.

4.2 PEMBAHASAN

Untuk keperluan uji analisis, sampel dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan ada atau tidak mengalami distres psikologis selama pandemi Covid-19, yaitu kelompok tidak mengalami distres psikologis dan kelompok distres psikologis yang terdiri dari sampel yang mengalami distres psikologis ringan, sedang, dan berat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat prevalensi distres psikologis terkait pandemi Covid-19 yang tinggi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yaitu sebanyak 60,5% dari total sampel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arenliu dan Bërxulli (2020) yang menunjukan sebanyak 49,4% mahasiswa mengalami distres psikologis selama pandemi Covid-19 berlangsung dan hubungannya dengan rendahnya motivasi mahasiswa dalam menjalankan pembelajaran secara online.

Berbagai stressor seperti perubahan terhadap rutinitas sehari-hari, khawatir dengan pengaruh wabah terhadap ekonomi, serta tertundanya kegiatan akademik dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa selama pandemi Covid-19 (Cao et al., 2020).

Metode pembelajaran secara tatap muka di dalam kelas yang digantikan dengan metode pembelajaran jarak jauh (online) secara tiba-tiba pada awal wabah Covid-19 dapat menyebabkan stres akut pada mahasiswa akibat kurangnya waktu penyesuaian diri terhadap wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mahasiswa mengalami distres akibat dari ketidakjelasan, gangguan, atau penundaan pada perkuliahan yang sedang dijalani dan merasa cemas karena penutupan kampus yang dilakukan selama pandemi Covid-19. Selain itu, mahasiswa juga dapat merasa kesulitan atas perasaan sunyi atau kesendirian serta isolasi karena putus hubungan dengan teman dan pasangan selama berlindung diri di rumah (Zhai dan Du, 2020). Tidak adanya komunikasi interpersonal, yaitu dalam hal ini yang disebabkan karena jarak antar individu yang semakin jauh selama terjadinya wabah baik dengan teman, pasangan atau individu lainnya, dapat menyebabkan ansietas dan depresi lebih mungkin terjadi atau memburuk (Xiao, 2020).

Penundaan kegiatan perkuliahan tatap muka selama pandemi Covid-19 menimbulkan konsekuensi negatif pada psikologis mahasiswa. Kecemasan pada mahasiswa selama wabah Covid-19 juga dapat terjadi akibat terganggunya proyek penelitian maupun kegiatan magang mahasiswa sehingga dapat membahayakan kelanjutan program studi atau masa depan studi yang sedang dijalani, tertundanya kelulusan, serta rusaknya daya saing mahasiswa di lowongan kerja (Zhai dan Du, 2020). Walaupun sebagian besar populasi tidak terinfeksi virus Covid-19, berbagai liputan media dan adanya kemungkinan dapat terinfeksi virus Covid-19 dapat menyebabkan individu mengalami stres serta kecemasan yang besar (Horesh dan Brown, 2020). Meningkatnya krisis kesehatan mental masyarakat selama pandemi Covid-19 selain dikarenakan sifat virus yang lebih mudah menyebar dibandingkan SARS dan CFR yang lebih tinggi dari influenza musiman, hal ini juga dikarenakan karantina yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang pada dasarnya membatasi tiap individu ditempat tinggal masing-masing, cenderung berefek negatif pada psikososial masyarakat (Dong dan Bouey, 2020). Karantina selama terjadinya wabah juga menyebabkan ketersediaan intervensi psikologis dan rutinitas konseling psikologis secara langsung menjadi lebih sulit untuk dilakukan selama terjadinya wabah (Xiao, 2020).

Distres psikologis yang dialami masyarakat selama wabah Covid-19 juga dijumpai berkaitan dengan tingkat pendidikan suatu individu, yaitu individu

dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih cenderung untuk mengalami stres karena memiliki tingkat kesadaran diri terhadap kesehatan yang lebih tinggi (Roberts et al., 2018 dan Qiu et al, 2020). Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kelompok pekerjaan, tingkat distres psikologis juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya medis dan efisiensi sistem kesehatan masyarakat di daerah serta langkah pencegahan dan pengendalian yang diterapkan selama terjadinya wabah (Qiu et al., 2020). Dampak psikologis atau mental yang dirasakan selama terjadinya wabah dapat terus menetap bahkan setelah wabah berhasil dikendalikan (Lee et al., 2007). Menurut Matthews, distres psikologis juga dapat berkembang menjadi suatu gangguan klinis bila berlangsung lama dan intens (Geshica dan Musabiq S, 2017).

Walaupun hasil penelitian yang dilakukan penulis dijumpai bahwa mahasiswa yang mengalami distres psikologis lebih banyak masuk ke dalam kategori yang

Walaupun hasil penelitian yang dilakukan penulis dijumpai bahwa mahasiswa yang mengalami distres psikologis lebih banyak masuk ke dalam kategori yang

Dokumen terkait