BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar penjelasan kepada responden Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 3 : Lembar persetujuan setelah penjelasan Lampiran 4 : Lembar petunjuk pengisian kuesioner Lampiran 5 : Lembar Kuesioner
Lampiran 6 : Lembar Content Validity Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Balasan Surat izin penelitian
MOTIVASI IBU DALAM PEMANFAATAN POSYANDU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGAL SARI MEDAN
TAHUN 2014 ABSTRAK Syaidah Az – zuhro
Latar belakang : Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang berguna untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kesehatan bayi dan balita seperti pemanfaatan posyandu. Hal ini dipengeruhi oleh motivasi ibu untuk membawa balitanya ke posyandu. Motivasi untuk menjadi sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri individu tersebut ataupun dari luar individu tersebut yang dikenal dengan motivasi internal dan eksternal.
Tujuan penelitian : Mengetahui faktor - faktor yang memotivasi ibu dalam pemanfaatan posyandu balita di Puskesmas Tegal Sari Medan tahun 2014
Metodologi : Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah Sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel adalah total sampling. Alat pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data digunakan Univariat
Hasil : Hasil penelitian diperoleh mayoritas motivasi internal ibu berdasarkan faktor kebutuhan sebanyak 46 orang (72%), harapan 58 orang (91%) dan tindakan 58 orang (91%). Motivasi eksternal ibu berdasarkan faktor fasilitas 52 orang (81%), lingkungan 50 orang (78%), penghargaan 62 orang (97%).
Kesimpulan : Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa motivasi internal yang paling memotivasi ibu dalam pemanfatan posyandu balita adalah faktor harapan dana tindakan sedangkan motivasi eksternal adalah faktorpenghargaan. Oleh karena itu motivasi ibu perlu untuk memanfaatkan posyandu balita agar kesehatan balitanya dapat di pantau melalu pogam posyandu.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan keluarga, keluarga berencana serta pos kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). (Mubarak dan CahyatIn, 2009). Posyandu merupakan satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang merupakan strategi tepat untuk melakukan pembinaan kelangsungan hidup dan perkembangan.(Depkes RI, 2006)
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh masyarakat seperti pusat pelayanan terpadu atau posyandu merupakan salah satu pendekatan dan pelayanan kesehatan dasar ditingkat masyarakat yang berguna untuk menemukan dan mengatasi masalah yang terkait dengan kesehatan bayi dan balita. (Depkes RI, 2008). Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan Incident Mortality Rate (IMR), mempercepat penerimaan NKKBS, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan, dan kegiatan lainnya yang menunjang peningkatan kemampuan hidup masyarakat yang merupakan tujuan dari posyandu.(Mubarak dan Cahyatin, 2009)
Berdasarkan hal tersebut diharapkan masyarakat ikut berperan serta dalam pencapaian derajat kesehatan sebaik – baiknya. Semua manusia mempunyai hak asasi untuk menentukan standar kehidupan yang adekuat bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarganya termasuk sandang, pangan, papan, pelayanan kesehatan dan sosial yang mendapat jaminan ketika tidak mempunyai pekerjaan, mengalami sakit, ketidak mampuan, menjadi janda, lansia atau kekurangan lainnya dalam kehidupan di lingkungannya.(Anderson, 2006).
Untuk mencapai apa yang menjadi hak tersebut seseorang akan termotivasi untuk memenuhi haknya, dimana hal ini tidak terlepas dari naluri manusia yang sangat kuat guna memenuhi sagala kebutuhan fisik maupun psikologisnya. Dalam hal ini peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu sangat diharapkan agar dapat menigkatkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Motivasi seseorang merupakan kekuatan dasar yang terdapat pada diri seseorang sehingga ia mau bertindak atau berbuat agar tercapai keseimbangan dalam dirinya. Posyandu merupakan kegiatan masyarakat terutama oleh ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak dan keluarga dengan bantuan lembaga ahli teknologi yang disediakan oleh pemerintah. (Ahmadi, 2009).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Sumatera Utara, (2009) hingga tahun 2013 jumlah posyandu di Indonesia yang tersebar di 33 propinsi sekitar 330.000 unit posyandu, jumlah di Sumatera Utara 14.750 unit dengan jumlah sasaran balita sebanyak 1.571.162 jiwa. Jumlah posyandu di kota Medan sebanyak 1.406 unit yang mencakup sekitar 70% lingkungan dari sekitr 2000 lingkungan yang ada di kota Medan. Posyandu yang berada di willayah kerja Puskesmas Tegal Sari Medan pada tahun 2013 sebanyak 27 unit posyandu, dengan jumlah sasaran bayi 1.283 jiwa per
tahun dan balita 6.712 jiwa per tahun. Dimana setiap unit posyandu ini ditempatkan dekat dengan pemukiman masyarakat agar mudah di jangkau oleh masyarakat.
Namun bila dilihat secara operasional ada beberapa unit posyandu yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik khususnya di Puskesmas Tegal Sari Mandala III yang menunjukkan rendahnya angka kunjungan balita ke posyandu disebabkan oleh masih banyak ibu balita yang belum termotivasi untuk membawa balita ke posyandu, hal ini dikarenakan sering ibu beranggapan bahwa setelah anaknya mendapat imunisasi campak balita tidak perlu lagi dibawa ke posyandu. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada tanggal 28 November 2013 didapatkan data kunjungan balita (Januari - Oktober 2013), rata-rata cakupan kehadiran balita dari 15 unit Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Mandala III sebagai berikut pada bulan Januari 2013 sebanyak 102 jiwa, Februari sebanyak 121 jiwa, Maret sebanyak 103 jiwa, April sebanyak 97 jiwa, Mei sebanyak 99 jiwa, Juni sebanyak 126 jiwa, Juli sebanyak 102 Jiwa, Agustus sebanyak 101 jiwa, September sebanyak 98 jiwa, Oktober sebanyak 122 jiwa. Hal ini masih jauh dari jumlah sasaran yang seharusnya yaitu sekitar 7995 per tahun. (Puskesmas Tegal Sari, 2013)
Sementara itu setiap bulannya pemerintah telah menetapkan jumlah kehadiran balita sebanyak 70 – 100 orang balita per unit posyandu. Namun hal ini berbeda dengan jumlah kunjungan yang di dapatkan oleh peneliti dilapangan. Hasil wawancara dan melihat KMS balita dari 5 ibu balita, ibu balita sudah mengetahui manfaat kunjungan ke posyandu tetapi malas datang ke posyandu dengan alasan balitanya sudah mendapatkan imunisasi dasar, balitanya sudah berumur 2 tahun lebih dan karena pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Motivasi seseorang untuk menjadi sehat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri individu tersebut ataupun dari luar individu tersebut. Dimana motivasi yang datang dari dalam
diri individu itu sendiri merupakan dorongan untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang sering disebut dengan motivasi internal, sedangkan keadaaan yang datang dari luar individu tersebut merupakan dorongan yang di pengaruh oleh orang lain maupun lingkungan sekitar yang disebut dengan motivasi eksternal.(Nasir dan Muhith, 2011)
Berdasarkan rendahnya kehadiran ibu balita pada saat posyandu berlangsung di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tegal Sari, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Motivasi Ibu Dalam Pemanfaatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Medan.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah Apakah Motivasi Ibu Dalam Pemanfaatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Medan Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui motivasi ibu dalam pemanfaatan posyandu balita di wilayah kerja Puskemas Tegal SariMedan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui motivasi internal ibu dalam pemanfaatan posyandu balita di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Sari Medan Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui motivasi eksternal ibu dalam pemanfaatan posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Tegal Sari Medan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diberikan pada penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan dukungan dengan cara memotivasi ibu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah di sediakan oleh pemerintah sehingga dapat meningkatkan kesehatan balita. 2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan informasi tentang pelaksanaan posyandu dan menambah kepustakaan D- IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan informasi tentang motivasi ibu dalam pemanfaatan posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Tegal Sari Medan Tahun2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Posyandu
1. Defenisi Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Mubarak dan Cahyatin, 2009). Posyandu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas (Munijaya, 2004). Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang di kelola oleh masyarakat, diselenggarakan oleh kader yang dilatih dibidang kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), di mana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. (Zulkifli 2003).
Sedangkan penjabaran dalam Depkes RI (2006) bahwa posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehata Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Sedangkan Menurut Rusmi (2002), posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat dan posyandu terdiri dari posyandu balita dan posyandu lansia.
2. Tujuan Pokok Posyandu
Tujuan pokok posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Incident
Mortality Rate), mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan, dan kegiatan- kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat (Mubarak dan Cahyatin, 2009).
Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakt dilakukan dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka ahli teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat (Wahyuningsih, dkk, 2009)
3. Sasaran Posyadu
Sasaran dalam pelaksanaan posyandu yaitu bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. (Mubarak dan Chayati, 2009). Bayi kurang dari 1 tahun sering disebut juga masa postneonatal dengan rentang usia 29 hari sampai 11 bulan. Dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan yang berlangsung secara terus menerus, terutama meningkatnya fungsi system saraf. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi yaitu mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai umur, imunisasi sesuai jadwal dan mendapatkan pola asuh yang sesui (Nasir dan Muhith, 2011).
Balita atau masa anak di bawah 5 tahun dengan rentang usia 12 sampai 59 bulan. Pada masa ini kecepatan pertumbuhan menurun dan terdapat kemajuan perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi ekskresi balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada balita akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Pemberian makanan tambahan yang sesuai dengan pertumbuhan bayi
dan mendapatkan pemeliharaan yang baik dari oang dapat meningkatkan kesehatan balita. (Nasir dan Muhith, 2011).
Pada kelompok wanita yang masih aktif dalam usia repoduksi merupakan sasaran dari program posyandu. Selama masa kehamilan diharapakan ibu dan janin sehat guana meningkatkan kualitas hidup manusia secara umum. Terjadinya kehamilan merupakan pertemuana antara sperma dan ovum, dan hasil konsepsi ini berlangsung sampai 9 bulan 10 hari atau 40 minggu. Pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh ibu hamil pada sarana pelayanan kesehatan yang tersedia dapat menekan angka kematian ibu yang mengalami komplikasi selama kehamilan (Prawirohrjo, 2009).
Masa nifas dimulai dari kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat reproduksi kembali normal seperti keadaan sebelum hamil, yang berlangsung antara 6 sampai 8 minggu. Setiap ibu nifas sebaiknya mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, cara menyusui yang baik dan benar, dan perawatan bayi. Informasi ini bisa didapatkan ibu dari puskesmas maupun posyandu yang ada di tempat ibu tinggal (Wahyuningsih, dkk, 2009).
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berada pada usia 15 tahun sampai 49 tahun. Pelayan reproduksi pada WUS akan meningkatka kualitas sumber daya manusia, karena periode ini terdiri dari pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas atau remaja dan masa reproduksi. Hal ini dapat kita lihat dengan kemampua wanita memanfaatkan alat reproduksinya dengan meminimalkan resiko yang ada (Wahyuningsih, dkk, 2009)
4. Strata Posyandu
Menurut Wahyuningsih, dkk (2009) starata posyandu terdiri dari 4 strata yang terdiri dari posyandu pratama (warna merah), posyandu madya (warna kuning), posyandu purnama, dan posyandu mandiri (warna biru). Posyandu pratama merupakan posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya masih belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. Posyandu madya (warna kuning) posyandu pada tingkat madya dapat melaksankan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun dengan rata – rata jumlah kader 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan utamanya (KIA, Gizi, Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50% .
Posyandu Purnama dilaksanakan dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, jumlah rata – rata kader 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Posyandu Mandiri (warna biru) berararti posyandu sudah mampu melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50 KK.
5. Tugas kader posyandu balita
Pada setiap pelaksanaan posyandu kader mempunyai tugas yang telah di tetapkan oleh puskesmas sebelumnya, diamana tugas kader sebelum buka posyandu adalah menyiapkan alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, alat ukur, zat besi, vitamin A, vaksin untuk imunisasi, dan oralit. Mengundang dan menggerakkan masyarakat dengan memberitahukan ibu – ibu untuk datang keposyu. Menghubungi pokja – pokja posyandu dan menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa
dengan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada buka posyandu. Melaksanakan pembagian tugas dan menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan posyandu (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Tugas kader pada saat buka posyandu dkenal dengan 5 meja,dimana setiap meja di kerjakan oleh 1 orang kader posyandu.adapun tugas meja I posyandu antara lain Pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur, menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS serta menuliskan nama ibu hamil pada buku register ibu hamil. Tugas kader posyandu pada meja II antara lain penimbangan balita , ibu hamil, dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Tugas kader posyandu pada meja III terdiri dari pengisian KMS kemudian memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secari kertas ke dalam KMS. Tugas kader posyandu pada meja IV setelah diketahui berat badan anak yang naik atau tidak, ibu hamil dengan resiko tingi, dan PUS yang belum mengikuti KB. Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu,bayi balita dan memberikan penyuluhan kepada ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau hasil pengamatan mengenai masalah yang dihadapi. Pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil KB dan kondom (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Tugas kader posyandu pada meja V terdiri dari pemberian imunisasi, pemberian pil tambah darah, vitamin A dan obat – obatan lainnya, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pelayanan kontrasepsi IUD dan
suntik. Tugas kader posyandu setelah buka posyandu yaitu memindahkan catatan dalam kartu menuju sehat ke dalam buku register. Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu – ibu yang lokasi rumahnya berdekatan. Kegiatan kunjugan rumah dan mengajak ibu – ibu untuk datang keposyandu pada bulan berikutnya.(Mubarak dan Chayatin, 2009)
Prinsip dasar posyandu yaitu dimana terdapat perpaduan antara pelayanan profesional dan nonprofesional (oleh masyarakat), adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Depkes, Depdagri, dan BKKBN) dimana sasarannya penduduk yang sama (bayi 0 – 1 tahun, balita 1 – 4 tahun, ibu hamil dan pasanga usia subur dengan menggunakan metode pendekatan pengembangan dan Primery Health Care (PHC) (Mubarak dan Chayatin, 2009)
6. Manfaat Posyandu
Beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan posyandu antara lain tiap program dapat mencapai hasil yang optimal walaupun sumber dayanya terbatas dan dapat diperoleh hingga kearah yang lebih baik. Masyarakat memperoleh pelayanan di satu kesempatan dan satu tempat sekaligus. Dapat menghindari pemborosan waktu. Tingkat partisipasi masyarakat mencapai target yang diharapkan dan cakupan pelayanan dapat diperluas sehingga dapat mempercepat terwujudnya peningkatan kesehatan bayi dan balita serta terwujudnya NKKBS ( Ulfa, 2002)
B. Motivasi
1. Defenisi Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Inggris, yakni motivation yaitu maksud ataupun tujuan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat konsistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu tersebut (Nasir dan Muhith,2011)
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2003), motivasi diartikan sebuah usaha-usaha yang menyebabkan seseorang bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kekuatan yang datang dari dalam diri maupun luar diri seseorang yang mampu mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumya adalah arti dari motivasi (Uno, 2012)
Menurut Soeroso (2003), motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (specific goal directed way). Menurut Prayitno dan Amti (2004), motivasi adalah motif yang berkembang pada diri individu yang sewaktu – waktu dapat diaktifkan untuk mendorong terwujudnya suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan pada taraf yang amat tinggi.
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang termasuk faktor – faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia kedalam tekad tertentu. Mc Donal mendefenisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/ pribadi seseorang yang di tandai oleh dorongan efektif dan reaksi – reaksi dalam usaha mencapai suatu tujuan ( Soemanto, 2006)
2. Teori - Teori Motivasi a. Teori Abrahan Maslow
Hirarki kebutuhan oleh Abraham Maslow mengatakan bahwa seseorang itu akan termotivasi untuk melakukan sesuatu karena adanya kebutuhan yang paling mendasar sampai kebutuhan yang paling tinggi. Dimana kebutuhan merupakan faktor yang menyebabkan adanya motivasi dalam diri seseorang, yang meliputi kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, rasa memiliki, harga diri dan aktualisasi diri (Suarli dan Bahtiar, 2009)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow, dimana bila seseorang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi maka hal yang akan diutamakan adalah kebutuhan fisiologisnya. Sebagai contoh, bila balita ibu belum mendapatkan imunisasi dasar maka ibu akan berusaha untuk memenuhinya dengan datang ke posyandu. Kebutuhan keamana dan keselamatan tercipta bila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka perhatian akan diarahkan pada keselamatan. Keselamatan itu, termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik maupun kehilanagn, serta merasa terjamin dalam malakukan sesuatu. (Uno, 2011)
Kebutuhan akan cinta kasih, memiliki dan dimiliiki meliputi memberi dan menerima kasih sayang dari orang lain, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain dan mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial. Kebutuhan akan harga diri ini tidak bergantung pada orang lain, ketika semua kebutuhan lain sudah dipuaskan maka seseorang ingin mencapai penuh potensi dan kemampuannya sehingga penghargaan terhadap diri sendiri akan tercipta. Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tahap terakhir menurut Abraham Maslow dimana kebutuhan ini meliputi kemampuan diri sendiri untuk mengetahui kemampuan diri sampai sejauh mana, belajar memenuhi
kebutuhan diri sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam memberikan pemikiran – pemikiran yang positif bagi orang lain. (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Dari hal diatas perlu diperhatiakan hal – hal berikut, saat kebutuhan yang satu sudah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan lain di waktu yang akan datang. Pemuasan bagi kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik dapat bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai titik jenuh dalam arti suatu kondisi di mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhannya. (Nasir dan Muhith, 2011)
b. Teori ERG (Existence, Relatednes and Growth) atau teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan.
Oleh Clayton Alderfer mengungkapkan faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi antara lain adanya eksistensi, keterkaitan dan pertumbuhan. Sebenarnya teori ini banyak mengadopsi dari teori yang sudah di kemukakan oleh Maslow, sehingga teori ini jarang digunakan. Teori ini dapat disimpulkan bahwa makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu maka makin besar pula keinginan untuk memenuhinya. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah di puaskan. Hal ini berarti seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi objek yang dihadapinya ( Nasir dan Muhith, 2011).
Menurut teori ini, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau