• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

5. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Ekstrak daun pepaya (Carica Pengaruh terhadap kutu kepala (Pediculus papaya L.) humanus var. capitis) sebagai pedikulisidal

Gambar 2.11 Kerangka Konsep.

6. Hipotesis

6.1 Hipotesis Mayor

Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek pedikulisidal pada Pediculus humanus var. capitis.

6.2 Hipotesis Minor

1. Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 2,5% memiliki efek pedikulisidal pada Pediculus humanus var. capitis.

2. Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 5% memiliki efek pedikulisidal pada Pediculus humanus var. capitis.

3. Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 7,5% memiliki efek pedikulisidal pada Pediculus humanus var. capitis.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen sederhana (Posttest only control group design).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat untuk pelaksanaan penelitian melibatkan beberapa tempat yang berbeda, untuk ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sudah didapatkan di laboratorium obat tradisional Fakultas Farmasi USU. Tempat untuk menguji konsentrasi daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap kutu kepala yaitu di laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Waktu untuk penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli hingga September 2019.

3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita pedikulosis kapitis di daerah Marendal.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pediculus humanus var.

capitis yang diambil dari penderita pedikulosis kapitis yang memenuhi kriteria inklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria inklusi

a. Kutu kepala yang hidup

b. Kutu yang diambil belum pernah terpapar bahan pengobatan selama 1 minggu sebelumnya

2. Kriteria eksklusi

a. Kutu kepala mati sebelum diberi perlakuan 3.3 Estimasi Besar Sampel

Sampel penelitian ini ditentukan menurut rumus Federer, yaitu:

(t-1) (n-1) ≥ 15

dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel per kelompok perlakuan.

(t-1) (n-1) ≥ 15 (5-1) (n-1) ≥ 15 4 (n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15 4n ≥ 19

n ≥~ 4,75

n 5

Dalam penelitian ini terdapat 5 perlakuan yaitu 1 kelompok kontrol negatif dengan aquabides, 1 kelompok kontrol positif dengan permethrin 1%, dan 3 kelompok perlakuan yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, sehingga besar sampel Pediculus humanus var. capitis yang dibutuhkan per kelompok sebesar 5 ekor kutu kepala.

Adapun total besar sampel yaitu sebesar 25 ekor untuk kutu kepala.

4. Definisi Operasional 4.1 Variabel

Variabel bebas/independen : ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi yang berbeda

Variabel terikat/dependen : pengaruh terhadap kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) sebagai pedikulisidal

4.2 Definisi Operasional Variabel 1. Pedikulosis kapits

Didefinisikan sebagai infestasi pada kulit kepala atau rambut yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.

Alat ukur: sisir serit (sisir kutu) Cara ukur: inspeksi kepala Hasil ukur:

 + bila ditemukan Pediculus humanus var. capitis dewasa atau nit

  - bila tidak ditemukan Pediculus humanus var. capitis dewasa atau nit

Skala ukur: nominal

2. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

Didefinisikan sebagai ekstrak yang diperoleh dari daun pepaya (Carica papaya L.) yang diperoleh dari desa Tanjung Selamat jl. Perjuangan, yang kemudian di ekstrak dengan menggunakan metode maserasi di laboratorium obat tradisional Fakultas Farmasi USU.

Cara ukur: observasi daun Hasil ukur:

 Layak bila daun bebas hama dan penyakit

  Tidak layak bila daun berhama atau berpenyakit

Skala ukur: rasio

3. Pengaruh pada Pediculus humanus var. capitis sebagai pedikulisidal Didefinisikan sebagai banyaknya kutu kepala dewasa yang mati atau sudah tidak bergerak lagi pada saat disentuh setelah pemberian perlakuan. Pengamatan dilakukan selama 24 jam yaitu pada jam ke 1, 3, 6, dan 24.

Cara ukur: melihat ada atau tidaknya kutu kepala yang mati kemudian dicatat.

Hasil ukur:

  bila kutu kepala sudah tidak bergerak lagi

   bila kutu kepala masih dapat bergerak

Skala ukur: rasio

5. Alat dan Bahan Penelitian 5.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, kertas Whatman No. 1, pinset, handscoon, masker, dan sisir serit.

5.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.), kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis), aquabides, dan permethrin 1%.

6. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan ekstrak daun pepaya

Ekstrak daun pepaya telah didapat dari Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU. Ekstrak daun pepaya dibuat dengan menggunakan metode maserasi. Daun pepaya yang diambil dari pohon yang sudah berumur 1 tahun.

2. Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melihat perlakuan yang dilakukan pada kutu kepala dan telur kutu kepala. Berdasarkan rumus Federer, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 5 ekor untuk kutu kepala.

Pada pengamatan efek pedikulisidal ekstrak daun pepaya peneliti menggunakan kertas saring Whatman No. 1 yang diimersikan dalam ekstrak daun pepaya ke dalam 2 kelompok kontrol perlakuan dan 3 kelompok perlakuan, yaitu permethrin 1% (positif), aquabides (negatif), 2,5%, 5%, dan 7,5%. Kemudian peneliti mengamati kondisi kutu pada masing-masing perlakuan, mengamati berapa jumlah kutu yang mati pada masing-masing perlakuan dengan waktu yang telah ditentukan yaitu dalam waktu 24 jam pada jam ke 1, 3, 6, dan 24. Kutu dianggap mati apabila jika disentuh sudah tidak bergerak lagi. Pengamatan ini dilakukan dengan tiap ulangan. Selanjutnya, peneliti menganalisis data yang diperoleh secara statistik.

7. Alur Penelitian

7.1 Alur Penelitian Efek Pedikulisidal Ekstrak Daun Pepaya

Ekstrak daun pepaya telah didapatkan dari Laboratorium obat tradisional Fakultas Farmasi USU

Pengenceran ekstrak daun pepaya menjadi konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%

Kertas saring Kertas saring Kertas saring Kertas saring

Kertas saring

Whatman No. Whatman No. Whatman No.

Whatman No. 1 Whatman No. 1

1 diimersikan 1 diimersikan 1 diimersikan

diimersikan dalam diimersikan dalam

dalam ekstrak dalam ekstrak dalam ekstrak

ekstrak daun ekstrak daun

daun pepaya daun pepaya daun pepaya

pepaya dalam pepaya dalam

Diletakkan 5 ekor Pediculus humanus capitis di atas kertas saring yang telah diimersikan dengan ekstrak daun pepaya

Pengamatan I : 1 jam

Gambar 3.1 Alur Penelitian Efek Pedikulisidal Ekstrak Daun Pepaya

8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi langsung. Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah dengan cara menggunakan mata tanpa adanya alat standar lain.

Setelah melakukan percobaan dengan meneteskan ekstrak daun pepaya pada masing-masing perlakuan, kemudian peneliti mengamati secara langsung kondisi objek percobaan dan berapa kutu yang mati pada masing-masing konsentrasi yang berbeda, kemudian data tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan untuk di analisa pada tahap berikutnya.

9. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil percobaan ini akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product Service Solution for Windows (SPSS). Data yang telah didapat kemudian dilakukan uji fisher. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

10. Ethical Clearance

Penelitian ini dapat dilakukan setelah mendapat ethical clearance dari komisi etik FK USU.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian untuk uji efektivitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai pedikulisidal pada Pediculus humanus var. capitis dilakukan pada beberapa tempat. Daun pepaya (Carica papaya L.) diperoleh dari desa Tanjung Selamat jl. Perjuangan. Determinasi tanaman daun pepaya (Carica papaya L.) dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense, departemen Biologi FMIPA USU dan pembuatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) serta pengujian konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) pada Pediculus humanus var.

capitis dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU.

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU pada bulan Juli hingga September 2019.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 5 kelompok perlakuan, yaitu konsentrasi ekstrak daun pepaya dengan 2,5%, 5%, dan 7,5%, serta kontrol positif dengan permethrin 1% dan kontrol negatif dengan aquabides. Data dari penelitian ini diambil dengan cara melakukan observasi pada Pediculus humanus var. capitis yang telah diberi intervensi dengan ekstrak daun pepaya pada 15 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 24 jam setelah intervensi. Adapun subjek dari penelitian ini adalah 25 ekor Pediculus humanus var. capitis yang diambil dari 5 anak perempuan yang mengalami pedikulosis kapitis di daerah Marendal.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kertas Whatman No. 1 yang telah diimersikan dengan ekstrak daun pepaya ke dalam berbagai konsentrasi lalu dipilih 5 ekor kutu yang masih hidup dan masih sempurna semua ekstremitasnya kemudian kutu diletakkan di atas kertas Whatman No. 1 dan diamati berdasarkan interval waktu. Pediculus humanus var. capitis dikatakan mati ketika aliran darahnya berhenti.

Hasil pengamatan ekstrak daun pepaya pada Pediculus humanus var. capitis dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengamatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) pada Pediculus humanus var.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat berdasarkan waktu pengamatannya. Pada konsentrasi 2,5% di menit ke 15 sampai 45 belum ada dijumpai kutu yang mati, kemudian pada menit ke 60 sampai 360 dijumpai kutu kepala yang mati sebesar 1 ekor (20%), lalu pada menit ke 1440 dijumpai kutu kepala yang mati sebesar 4 ekor (80%). Pada konsentrasi 5% di menit 15 sampai 60 belum ada dijumpai kutu yang mati, kemudian pada menit 180 sampai 360 dijumpai 1 ekor (20%) kutu kepala yang mati dan pada menit ke 1440 dijumpai 5 ekor (100%) kutu kepala yang mati. Pada konsentrasi 7,5% di menit 15 sampai 45 dijumpai 1 ekor (20%) kutu kepala yang mati, kemudian di menit 60 sampai 180 dijumpai 2 ekor (40%) kutu kepala yang mati dan pada menit ke 1440 dijumpai 5 ekor (100%) kutu kepala yang mati.

Pada penelitian ini uji fisher digunakan untuk melihat perbedaan jumlah kutu yang mati pada setiap pasang konsentrasi berdasarkan waktunya. Pada

perbandingan konsentrasi 2,5% dan kontrol positif di menit 15 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.167 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi 2,5% dan kontrol positif. Pada menit ke 30 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.048 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi 2,5% dan kontrol positif. Kemudian pada perbandingan konsentrasi 2,5% dan kontrol negatif di menit ke 15 sampai 30 tidak dijumpai adanya perbedaan pada jumlah kutu yang mati. Pada perbandingan konsentrasi 5% dan kontrol positif di menit 15 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.167 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi 5% dan kontrol positif. Pada menit ke 30 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.048 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi 5% dan kontrol positif. Selanjutnya pada perbandingan konsentrasi 5% dan kontrol negatif di menit ke 15 sampai 30 tidak dijumpai adanya perbedaan pada jumlah kutu yang mati. Pada perbandingan konsentrasi 7,5% dan kontrol positif di menit ke 15 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.524 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi 7,5% dan kontrol positif. Pada menit ke 30 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 0.206 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi 7,5% dan kontrol positif. Pada perbandingan 7,5%

dan kontrol negatif di menit ke 15 sampai 30 didapatkan perbedaan jumlah kutu yang mati dengan nilai p value 1.000 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi 7,5% dan kontrol negatif.

Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 2,5% memiliki efek maksimal pada 24 jam pengamatan yaitu 80%, sementara ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 5% dan 7,5% mencapai efek paling baik pada 24 jam yaitu 100%. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang efek pedikulisidal yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Soonwera (2014) yang menunjukkan bahwa semua shampoo herbal dari A. calamus, P. emblica, dan Z. limonella yang dievaluasi terhadap kutu secara in vitro memiliki angka kematian 100% pada 15

menit pengamatan, namun bentuk yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bentuk sediaan shampoo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rassami dan Soonwera (2013) menunjukkan aktivitas pedikulisidal shampoo herbal yang diekstraksi dari Ac.

concinna, Av. bilimbi dan T. indica memiliki efek toksik pada Pediculus humanus var. capitis dengan mortalitas 100% pada 10 menit pengamatan, sementara pada penelitian Soonwera (2016) yang menggunakan ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak Illicium verum (Illiciaceae) memiliki efek toksik pada Pediculus humanus var. capitis dengan mortalitas 100% pada 6 jam pengamatan.

Berdasarkan hasil penelitian Febriyanto et al. (2017), didapatkan bahwa fraksi dari n-hexane daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek toksisitas yang tinggi terhadap larva Anopheles sp. pada 24 jam pengamatan. Adanya senyawa aktif yang terkandung seperti fraksi dari n-hexane daun pepaya menunjukkan bahwa terdapat perubahan warna tubuh pada larva menjadi gelap dan menyebabkan gerakannya menjadi lambat. Kandungan dari daun pepaya memiliki gugus fenol di dalam molekulnya. Saponin yang masuk ke dalam larva dapat menurunkan tekanan pada permukaan membran mukosa traktus digestif sehingga dinding saluran digestif menjadi korosif. Zat beracun ini akan masuk ke mulut larva melalui sistem pernapasan dalam bentuk spiral di permukaan tubuh dan menyebabkan kerusakan pada saraf, serta kerusakan pada spiral yang menyebabkan larva tidak bisa bernapas dan akhirnya mati. Saponin menghambat aksi enzim asetilkolinesterase. Asetilkolin berfungsi untuk meniadakan impuls dari sel saraf ke sel otot. Setelah impuls disampaikan, proses dihentikan oleh enzim asetilkolinasease yang memecah cetylcholine menjadi asetil Co-A dan kolin. Adanya senyawa insektisida seperti alkaloid dan saponin akan menghambat kerja enzim ini sehingga terjadi akumulasi asetilkolin yang akan menyebabkan kekacauan pada sistem pengiriman impuls ke otot-otot yang dapat menyebabkan kejang otot, kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian.

Berdasarkan hasil penelitian Yuniar et al. (2017), ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek larvasida sehingga dapat membunuh larva nyamuk Anopheles aconitus. Efek larvasida ini disebabkan oleh komponen senyawa aktif

yang terkandung dalam daun pepaya seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan enzim papain. Senyawa alkaloid yang ditemukan dalam daun pepaya adalah alkaloid karpain. Senyawa alkaloid bekerja dengan menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase yang mempengaruhi transmisi impuls saraf, menyebabkan enzim mengalami fosforilasi dan menjadi tidak aktif. Hal ini menyebabkan penghambatan proses degradasi asetilkolin yang mengakibatkan akumulasi asetilkolin dalam celah sinaptik. Kondisi ini menyebabkan gangguan transmisi yang dapat menyebabkan penurunan koordinasi otot, kejang-kejang, gagal napas dan kematian. Senyawa lain dalam daun pepaya yang berperan sebagai insektisida dan larvasida adalah saponin. Saponin adalah senyawa terpenoid yang memiliki aktivitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga penurunan jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga.

Selain itu, kandungan lain dalam daun pepaya yang berpotensi membunuh larva adalah tanin. Senyawa kompleks yang dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein bersifat toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan.

Berdasarkan waktu pengamatan, efek pedikulisidal dari daun pepaya (Carica papaya L.) lebih lambat dibandingkan dengan kontrol positif (permethrin), namun penggunaan pedikulisidal kimia atau insektisida kimia sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan beracun bagi anak-anak, karena anak-anak memiliki sistem kekebalan yang kurang berkembang dan lebih rentan dan peka terhadap efek racun pedikulisidal kimia (Burkhart, 2004; Abdel-Ghaffar dan Semmler, 2007).

Produk Permethrin memiliki riwayat efek samping yang sangat baik dan aman bila digunakan sesuai dengan instruksi, namun penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan permethrin telah menghasilkan kutu yang resistan terhadap pengobatan. Orang tua yang menjadi frustrasi oleh terus adanya kutu setelah perawatan dapat berkontribusi lebih lanjut terhadap resistensi dengan berulang kali menerapkan perawatan bebas (over-the-counter), menggunakan produk berlebih, atau menggunakan produk untuk jangka waktu lebih lama dari yang

direkomendasikan. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, para peneliti yang mengevaluasi kemanjuran pedikulisidal memperhatikan bahwa pasien yang mereka kumpulkan telah merawat diri mereka rata-rata 5 kali sebelum mencari bantuan medis untuk membasmi kutu. Meskipun produk bebas (over-the-counter) sangat aman, tingkat penggunaan berulang ini tidak disarankan, jika hanya karena berkontribusi terhadap resistensi dan akhirnya tidak memberantas serangan (Burkhart, 2004).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 2,5%

mencapai efek maksimal pada 24 jam pengamatan yaitu 80% subjek penelitian mati dimana 4 dari 5 ekor Pediculus humanus var. capitis mati, sementara ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 5%

mencapai efek pedikulisidal paling baik pada Pediculus humanus var.

capitis dalam waktu 24 jam yaitu 100% dari subjek penelitian mati dimana 5 dari 5 ekor Pediculus humanus var. capitis mati, kemudian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi 7,5% memiliki efek pedikulisidal terbaik pada Pediculus humanus var. capitis dalam waktu 24 jam setelah intervensi, namun jika dibandingkan dengan kontrol positif (permethrin) maka konsentrasi 7,5% lebih lambat menimbulkan efek pedikulisidal.

2. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan secara multicenter serta dapat dilakukan secara epidemiologi dalam jangkauan wilayah yang luas.

2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat membuat formulasi shampoo dari ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) agar menjadi lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

A‟yun, Q. dan Laily, A. N. 2015, 'Analisis Fitokimia Daun Pepaya ( Carica papaya L .) Di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi , Kendalpayak , Malang', Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, hal. 134–137.

Abdel-Ghaffar,F. dan Semmler, M. 2007, 'Efficacy of neem seed extract shampoo on head lice of naturally infected humans in Egypt', Parasitology Research, vol. 100, no. 2, hal. 329–332.

Alatas, S. 2013, 'Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis Dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X Jakarta Timur', Jurnal Karya Ilmiah, vol. 1, no. 1, hal. 54.

Amelia, L., Anwar, C. dan Wardiansah 2019, 'Association of Students‟

Sociodemographic, Knowledge, Attitude and Practice with Pediculosis Capitis in Pondok Pesantren Tahfidzil Qur‟an Yayasan Tijarotal Lan Tabur Palembang, Indonesia', Bioscientia Medicina, vol. 3, no. 1, hal. 51–63.

American Academy of Pediatrics, Committee on School Health dan Committee on Infectious Disease 2010, 'Clinical report: head lice', Pediatrics, vol.

126, no. 2, hal. 392–403.

Anggrahini, D., Roza, R. M. dan Fitmawati 2011, Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Escherichia coli dan Salmonella thypi. Universitas Riau Kampus Bina Widya.

Anggraini, A., Anum, Q. dan Masri, M. 2018, 'Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Anak Asuh di Panti Asuhan Liga Dakwah Sumatera Barat', Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 7, no. 1, hal. 131–136.

Aravind, G., Bhowmik, D., Duraivel, G. dan Harish, G. 2013, 'Traditional and Medicinal Uses of Carica papaya', Journal of Medicinal Plants Studies, vol. 1, no. 1, hal. 7–15. Tersedia pada: www.plantsjournal.com.

Asmaliyah, H, E. E. W., Utami, S., Mulyadi, K., Yudhistira dan Sari, F. W. 2010, Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional. Diedit oleh I. Anngraeni. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Produktivitas Hutan. Tersedia pada: http://www.forda-mof.org/files/Booklet_Pestisida_Nabati.pdf.

Astuti, S. D. 2009, Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Aktivitas ALT dan AST Pada Tikus Setelah Pemberian Obat Tuberkulosis. Universitas Setia Budi.

Burgess, I. F. 2009, 'Current treatments for pediculosis capitis', Current Opinion in Infectious Diseases, vol. 22, no. 2, hal. 131–136. doi:

10.1097/QCO.0b013e328322a019.

Burkhart, C. G. 2004, 'Relationship of Treatment-Resistant Head Lice to the Safety and Efficacy of Pediculicides', Mayo Clinic Proceedings. Mayo Foundation for Medical Education and Research, vol. 79, no. 5, hal. 661–

666. doi: 10.4065/79.5.661.

Bustanussalam 2016, 'Pemanfaataan Obat Tradisional (herbal) sebagai Obat Alternatif', BioTrends, vol. 7, no. 1, hal. 20–25.

Cahyadi, R. 2009, Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (momordica charantia l.) Terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BST). Semarang.

CDC 2013, Head Lice - Diagnosis, Centers for Disease Control and Prevention.

Tersedia pada: https://www.cdc.gov/parasites/lice/head/diagnosis.html (Diakses: 9 Mei 2019).

CDC 2016, Head Lice - Treatment, Centers for Disease Control and Prevention.

Tersedia pada: https://www.cdc.gov/parasites/lice/head/treatment.html pengobatan herbal di dalam Thibun Nabawi. Putra Ayu.

Connoly, M. 2011, 'Current recommended treatments for head lice and scabies',

Prescriber, vol. 22, no. 1–2, hal. 26–39. doi:

http://dx.doi.org.ezproxy.lib.utexas.edu/10.1002/psb.708.

Cummings, C., Finlay, J. C. dan MacDonald, N. E. 2018, 'Head lice infestations:

A clinical update', Paediatrics and Child Health, vol. 23, no. 1, hal. e18–

e32. doi: 10.1093/pch/pxx165.

Darmadi, SM, D. P. dan Setiawan, S. E. 2018, 'EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DUKU (Lansium domesticum corr) TERHADAP MORTALITAS

PEDIKULUS HUMANUS CAPITIS SEBAGAI PENYEBAB

PEDIKULOSIS PADA ANAK', Journal of Pharmacy and Science, vol. 1,

no. 2, hal. 10–19. Tersedia pada:

http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jops/article/view/487.

Darmastuti, R. dan Sari, D. K. 2011, 'Kekuatan Kearifan Lokal dalam Komunikasi Kesehatan', Jurnal Komunikator, vol. 3, no. 2, hal. 233–244.

Devore, C. D. dan Schutze, G. E. 2015, 'Head Lice Pediatrics', vol. 135, no. 5, hal.

1355–1365.

Elewski, B. E. 2005, 'Clinical Diagnosis of Common Scalp Disorders', Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceedings, vol. 10, no. 3, hal.

190–193.

Febriyanto, Anwar, C., Dalilah, Salni dan Novrikasari 2017, 'PAPAYA LEAF

(Carica papaya L.) FRACTION EFFECTIVE AS BIOINSECTISIDE AGAINST Anopheles species (Diptera: Culicidae) LARVA INVITRO STUDY', Bio, vol. 2, no. 1, hal. 1–11.

Feldmeier, H. 2012, 'Pediculosis capitis: New insights into epidemiology, diagnosis and treatment', European Journal of Clinical Microbiology and Infectious Diseases, vol. 31, no. 9, hal. 2105–2110. doi:

Handoko, R. P. 2015, 'Pedikulosis', in Menaldi, S. L., Bramono, K., dan Indriatmi, W. (ed.) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Handoko, R. P. 2016, 'Pedikulosis', in Linuwih, S., Bramono, K., dan Indriatmi, W. (ed.) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 134–135.

Hay, R. J. 2017, 'Tinea Capitis: Current Status', Mycopathologia, vol. 182, no. 1–

2, hal. 87–93.

Heymann, D. L. 2008, 'Pediculosis and Phthiriasis', in Control of Communicable

Heymann, D. L. 2008, 'Pediculosis and Phthiriasis', in Control of Communicable

Dokumen terkait