• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Tujuan Dana Alokasi Umum

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik dan merupakan output pengalokasian sumberdaya. Keterbatasan sumber daya adalah pangkal masalah utama dalam pengalokasian anggaran daerah.Hal ini dapat diatasai dengan menciptakan menajemen pelayanan publik yang terencana dengan baik.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun unruk kualitas pelayanan publik. Besarnya belanja modal yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD tentu sangat dipengaruhi oleh posisi keuangan pada daerah tersebut.Posisi keuangan-keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besarnya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP) pada daerah tersebut.

Untuk menyederhanakan alur pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:

H4

H5

Sumber : Penulis, 2016

Gambar 2.2Kerangka Konseptual

Pertumbuhan Ekonomi (Z)

Dana Bagi Hasil Pajak (X3)

Dana Alokasi Umum (X2)

Pendapatan Asli Daerah (X1) Belanja Modal (Y) H1 H2 H3

Menurut Erlina (2011 : 30) Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau kerap terjadi. Berdasarkan rumusan masalahdan didukung oleh teori serta hasil penelitian terdahulu dan kerangka konseptual maka diajukanlima hipotesis dalam penelitian ini.

2.3.1 Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan untuk anggaran belanja modal.PAD didapatkan dari iuran langsung dari masyarakat, seperti pajak, retribusi, dan lain sebagainya.Tanggung jawab agen (pemerintah daerah) kepada prinsipal (masyarakat) adalah memberikan pelayaan publik (public service) yang baik kepada masyarakat melalui anggaran belanja modal, karena masyarakat telah memberikan sebagian uangnya kepada pemerintah daerah.Bentuk pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dengan penyediaan saran dan prasarana yang memadai didaerahnya.Pengadaan infrastruktur atau sarana prasarana tersebut dibiayai dari alokasi anggaran belanja modal dalam APBD tiap tahunnya.Dengan demikian, ada hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pengalokasian belanja modal.Tetapi tidak semua daerah yang berpendapatan tinggi diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang baik pula.Berdasarkan uraian diatas dapat dikembangkan Hipotesis pertama yaitu:

H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

2.3.2 Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Pelaksanaan desentralisasi dilakukan dengan pemerintah pusat menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri daerahnya. Wujud desentralisasi yaitu pemberian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (UU No.33/2004)

Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan keuangan merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat menggunakan dana perimbangan keuangan (DAU) untuk memberikan pelayanan kepada publik yang direalisasikan melalui belanja modal (Solikin, 2010),

Hasil penelitian Derwanto(2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara DAU dengan Belanja Modal. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Holtz-Eakin et. Al. (1985) dalam heriyanto Adi menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara dana transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal. Prakoso (2004) memperoleh bukti empiris bahwa jumlah belanja

modal dipengaruhi oleh dana alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat. Hasil penelitian heriyanto dana adi (2007) semakin memperkuat bukti empiris tersebut. Mereka menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer pemerintah pusat (DAU) menjadi semakin tinggi. Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan sangat dipengaruhi sumber penerimaan DAU. Berdasarkan uraian diatas dapat dikembangkan Hipotesis kedua yaitu:

H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

2.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak terhadap Belanja Modal.

Dana Bagi Hasil pajak merupakan bagian dari Dana Bagi hasil yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBHP juga dapat menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah terhadap pemerintah pusat, Semakin banyak DBHP yang diterima maka daerah tersebut masih sangat bergantung terhadap Pemerintah Pusat ini menandakan daerah tersebut belum mandiri, dan begitu jugak sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas dapat dikembangkan Hipotesis ketiga yaitu:

2.3.4 Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pajak secara simultan terhadap Belanja Modal.

Sehubungan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menuntun kemandirian daerah maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan PAD sebagai sumber pendanaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah dengan meningkatkan jumlah PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah.

PAD merupakan sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam memenuhi belanjanya dan PAD ini sekaligus dapat menunjukkaan tingkat kemandirian suatu daerah, semakin banyak PAD yang didapat semakin memungkinkan daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan belanjanya sendiri tanpa harus tergantung pada pemerintah pusat yang berarti menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut mampu mandiri, dan begitu jugak sebaliknya. DAU dan DBHP yang merupakan komponen dari dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Hal ini dapat menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah , semakin banyak DAU yang diterima maka berarti daerah tersebut masih sangat tergantung kepada Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanjanya, ini menandakan bahwa daerah tersebut belum mandiri, dan juga sebaliknya.Berdasarkan uraian diatas dapat dikembangkan Hipotesis keempat yaitu:

H4 : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pajak secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Modal.

2.3.5 Pertumbuhan Ekonomi memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi hasil Pajak dan dengan Belanja Modal.

Menurut Arsyad (2005 : 7) “Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak”.

Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi meningkat dari satu periode berikutya, berarti jumlah barang dan jasa yang dihasilkan bertambah besar pada tahun berikutnya yang berarti bahwa produktivitas dari faktor-faktor yang dimasukkan dalam produksi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat.

Pertumbuhan Ekonomi sering diukur dengan menggunakan pertumbuhan Produk Domesitik Bruto (PBD/PDRD).Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitungdengan menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.PDRB atas dasar harga berlaku dapat

digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Berdasarkan uraian diatas dapat dikembangkan Hipotesis kelima yaitu :

H5 : Pertumbuhan Ekonomi mampu memoderasi(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pajak dengan Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2014.

BAB I

PENDAHULUAN

Dokumen terkait