BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
Hubungan antara variabel independent dengan variabel terikat dependent akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah client size, financial distress, return on asset, public ownership, sedangkan variabel dependennya adalah auditor switching.
H1
H2 H2
H5 Auditor Switching (Y) H3 H3 H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di atas menjelaskan hubungan secara parsial maupun simultan antara masing-masing variabel independen dan dependen. Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh client size terhadap auditor switching
Calderon dan Ofobike (2008) menyatakan “seiring ukuran perusahaan bertambah, hubungan agensi meningkat”. Ukuran perusahaan yang semakin besar
Client Size (X1)
Financial Distress (X2)
Return On Asset (X3)
memiliki aktivitas operasi yang semakin kompleks. Hal ini menyebabkan hubungan agensi semakin meningkat dimana principal semakin menginginkan agent untuk dapat mengelola perusahaan dengan lebih baik demi kepentingan principal, sedangkan agent terkadang juga ingin mendapatkan keuntungan yang besar untuk kepentingannya sendiri dengan memanfaatkan pengetahuannya mengenai perusahaan yang dia kelola yang jauh lebih banyak dari principal. Sejalan dengan hubungan agensi yang meningkat, biaya agensi pun ikut meningkat, yakni biaya yang dikeluarkan untuk memastikan bahwa agent bertindak untuk kepentingan principal. Selain itu, akibat dari aktivitas operasi yang semakin kompleks, principal lebih sulit untuk memantau tindakan agent. Oleh karena itu, diperlukan auditor independen untuk menjembatani kepentingan pihak principal dan agent. Menurut Calderon dan Ofobike (2008), “kondisi ini secara potensial diatasi dengan berganti ke auditor dari suatu KAP yang memiliki independensi tinggi untuk mengurangi biaya agensi”. Selain itu, dengan adanya auditor independen ini dapat mengurangi biaya agensi. Jadi ada dorongan bagi dewan perusahaan yang lebih besar untuk memantau keahlian auditor, dan mengganti auditor sebagai sarana untuk mengurangi biaya pengawasan mereka.
Seiring dengan ukuran perusahaan yang semakin besar, diharapkan dengan berganti ke auditor yang memiliki independensi tinggi dapat memberikan kualitas audit yang baik dengan menghasilkan laporan keuangan yang reliable, sehingga principal dapat mempercayainya dan semakin banyak calon investor yang tertarik untuk menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut.
2. Pengaruh financial distress terhadap auditor switching
Menurut Wisnu (2011), “potensi kebangkrutan dipertimbangkan sebagai variabel yang mempengaruhi pergantian auditor”. Potensi kebangkrutan merupakan kesulitan solvabilitas yaitu kewajiban keuangan perusahaan sudah melebihi kekayannya. Apabila prospek perusahaan tidak memberikan harapan likuidasi terpaksa ditempuh. Dalam lingkungan perusahaan yang berpotensi bangkrut, terdapat pengaruh yang besar terhadap putusnya perikatan antara perusahaan klien dengan auditor, seperti adanya permasalahan metode akuntansi, ketidakpuasan atas opini auditor, atau ketidakpuasan terhadap kinerja auditor. Nasser, et al. (2006) menyatakan bahwa “perusahaan yang bangkrut dan sedang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat cenderung akan menggunakan auditor yang mempunyai independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan di mata pemegang saham dan kreditur untuk mengurangi resiko litigasi”.
H2 : Financial distress berpengaruh terhadap auditor switching 3. Pengaruh return on asset terhadap auditor switching
ROA dapat digunakan sebagai indikator kondisi keuangan perusahaan untuk melihat prospek bisnis dari perusahaan tersebut. Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa “semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efektif pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan semakin baik pula prospek bisnisnya”. Gede (2013) juga menyatakan bahwa “perusahaan yang memiliki nilai ROA yang rendah cenderung mengganti auditornya karena mengalami penurunan kinerja sehingga prospek bisnisnya menurun”. Oleh karena itu, menurut Varadita (2012),
“perusahaan cenderung untuk mengganti auditornya agar rendahnya kinerja manajemen perusahaan tersebut dapat diperbaiki dengan mengganti auditor yang lebih berkualitas sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan”. H3 : Return on asset berpengaruh terhadap auditor switching
4. Pengaruh public ownership terhadap auditor switching
Carey et al. dalam Sudarno dan Sulistiarini (2012) menyatakan bahwa “proporsi kepemilikan saham non keluarga meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas”. Kepemilikan saham oleh masyarakat berakibat timbulnya tuntutan dari masyarakat akan audit yang berkualitas, sehingga akan mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas. Menurut Guedhami et.al. (2009), “kepemilikan saham menyebar mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam pemilihan auditor dari KAP”.
H4 : Public ownership berpengaruh positif terhadap auditor switching
5. Pengaruh client size, financial distress, return on asset, dan public ownership terhadap auditor switching
Seiring dengan pertumbuhan ukuran perusahaan, jumlah hubungan agensi semakin meningkat. Hal tersebut membuat principle semakin sulit dan kompleks untuk memonitor tindakan agent. Oleh karena itu, keadaan ini diatasi dengan mengganti ke auditor yang lebih independen guna mengendalikan resiko. Dalam lingkungan perusahaan yang berpotensi bangkrut, terdapat pengaruh yang besar terhadap putusnya perikatan antara perusahaan klien dengan auditor, seperti adanya permasalahan metode akuntansi, ketidakpuasan atas opini auditor, atau
ketidakpuasan terhadap kinerja auditor. Perusahaan yang bangkrut dan sedang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat cenderung akan menggunakan auditor yang mempunyai independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan di mata pemegang saham dan kreditur untuk mengurangi resiko litigasi. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang rendah cenderung mengganti auditornya karena mengalami penurunan kinerja sehingga prospek bisnisnya menurun. Oleh karena itu, perusahaan cenderung untuk mengganti auditornya agar rendahnya kinerja manajemen perusahaan tersebut dapat diperbaiki dengan mengganti auditor yang lebih berkualitas sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan saham oleh masyarakat berakibat timbulnya tuntutan dari masyarakat akan audit yang berkualitas, sehingga akan mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas.
H5 : Client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh terhadap auditor switching