• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual didasarkan pada latar belakang dengan didukung landasan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu tentang pengaruh variabel

Intellectual Capital (X1) yang terdiri dari Physical Capital, Human Capital, Structural Capital, variabelCapital Adequacy Ratio(X2) dan Ukuran Perusahaan

(X3) danLeverage(M) terhadap Kinerja (Y) pada perusahaan perbankan di Bursa

Efek Indonesia dapat digambarkan skema kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut; Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Intellectual Capital (X1) Kinerja Keuangan (Y) Leverage (M)

Capital Adequacy Ratio

(X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

a. HubunganIntellectual CapitalDengan Kinerja Keuangan

Pada masa globalisasi logika bisnis didasarkan pada pencapaian keberhasilan pertumbuhan dan penciptaan nilai dalam jangka panjang. Masalahnya adalah indikator tradisional seperti laba, pendapatan, arus kas, penguasaan pasar tidak mampu memberikan informasi mengenai penciptaan nilai bagi pemilik dan pemegang saham. Pada masa tradisional, penciptaan laba didasari pada selisih dari penjualan dikurangi pembelian atau disebut sebagai keuntungan. Dalam hal ini keuntungan akan semakin besar akibat dari semakin kecilnya biaya. Lain halnya pada zaman modern atau era globalisasi dimana aktivitas bisnis sebagai nilai tambah dan kekayaan yang jauh lebih kompleks dari pada sebelumnya.

Ulum (2009) penciptaan nilai hanya dapat dijelaskan apabila perusahaan mampu menghasilkan sesuatu yang lebih terhadap sumber daya yang diinvestasikan. Untuk itu sangat diperlukan intellectual capital yaitu kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tersebut. Bagaimana perusahaan memanfaatkanhuman capitalmelalui pelatihan, pendidikan sehingga bisa bekerja lebih efisien dan dijadikan sebagai sumber penting untuk berinovasi dan pembaharuan. Melalui human capita akan menuntut kearah properti kelompok seperti sistem informasi, laboratorium, fokus manajemen dan sebagainya yang disebut sebagai structural capital. Bagaimana pula human capital dapat melakukan efisiensi terhadap aset fisik perusahaan dalam memenuhi tuntutan pasar.

38

Moeheriono (2009), IC yang diukur dengan vallue added efficiency dari

Physical Capital, Human Capital dan Structural Capital memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Munculnya keakuratan ekonomi secara keseluruhan dalam kegiatan dan keseimbangan ekonomi global, merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pemahaman pengembanganintellectual capitaldalam perusahaan.

Menurut Chen et al (2005) dengan meneliti perusahaan-perusahaanlisting

di Taiwan membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap market value dan kinerja keuangan bahkan sebagai indikator kinerja keuangan masa depan. Disamping itu IC dianggap sebagai sumber daya yang terukur dalam peningkatan competitive advantages. Penelitian Ulum (2008) membuktikan juga bahwa IC secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap Kinerja.

Jadi hubungan IC dengan kinerja perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti.

b. HubunganCapital Adequacy RatioDengan Kinerja Keuangan

Peranan modal sangat penting karena selain digunakan untuk kepentingan ekspansi, juga digunakan sebagai “buffer” saat terjadi krisis keuangan dan ekonomi. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan kuantitas modal (PBI No 15/12/PBI/2013). Secara teknis, analisis tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang dilakukan secara efisien.

Menurut Siamat (2004), modal merupakan faktor penting bagi bank dalam pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung risiko kerugian maka para pemilik bank harus dapat menyesuaikan rencana espansinya dalam batas-batas tertentu yang dapat ditampung oleh permodalan bank.

Riyadi (2003), agar perbankan dapat berkembang sehat dan mampu bersaing, maka permodalan bank harus mengikuti aturan yang berlaku internasional yaitu CAR sebesar 8%. Rasio ini memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber diluar bank. Jika rasio CAR berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya, sebaliknya jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bank tersebut semakinsolvable.

Jadi semakin solvable suatu bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut.

c. Hubungan Ukuran Perusahaan(Size)Dengan Kinerja Keuangan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan yang diharapkan akan memperoleh keuntungan lebih besar, sehingga semakin besar total aset maka akan semakin besar pula kegiatan operasional

40

perusahaan. Tentunya para investor akan lebih senang dan lebih percaya untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki operasional besar dibandingkan operasional yang kecil. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar modal perusahaan karena investor semakin senang untuk berinvestasi dan perusahaan semakin dikenal oleh masyarakat sehingga masyarakat mau menyimpan dananya pada bank itu sehingga aset bank pun semakin besar yang digunakan untuk memperbesar ekspansinya dalam rangka peningkatan kinerja (Sugiarto, 2009).

d. HubunganLeverageDengan Kinerja Keuangan

Leverage sebagai pemoderasi yang memperkuat dan memperlemah hubungan intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan. Kemampuan suatu bank dalam membayar hutangnya dengan mempertimbangkan intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan yang dimiliki. Apabila variabel-variabel tersebut dengan adanya leverage mampu memberikan pengaruh positif maka dapat diartikan bahwaleveragedapat memperkuat kinerja keuangan atau sebaliknya.

Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko yang melekat pada suatu bank. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan semakin besar resiko investasi. Menurut Atmaja (2008), leverage dapat meningkatkan kinerja bahkan dapat juga menurunkan kinerja. Apabila tingginya leverage dimana hutang yang diperoleh benar-benar digunakan untuk mendanai aktiva yang produktif dan dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan profit sehingga

kinerja meningkat pula. Namun apabila hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva tidak digunakan secara maksimal dan menimbulkan kredit macet yang tinggi maka akan menurunkan kinerja perusahaan.

Dokumen terkait