ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN LEVERAGE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
BUDIANTO S 117017067/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
VARIABEL MODERATING
Nama Mahasiswa : BUDIANTO S Nomor Pokok : 117017067 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak.CA)
Telah Diuji pada Tanggal : 25 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN LEVERAGE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL,CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh leverage dalam memoderasi hubungan antara intellectual capital, capital adequacy ratiodan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012 yaitu sebanyak 32 bank. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 24 bank yang menjadi sampel penelitian dengan jumlah observasi sebanyak 120 data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda dan uji residual. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan (ROA) akan tetapi secara parsial hanya Intellectual Capital dan ukuran perusahaan saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Penelitian ini juga menunjukkan terdapat pengaruh moderasileveragenamun hasilnya tidak signifikan.
Kata Kunci : Intellectual Capital, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan,
AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
The purpose of this study was to simultaneously and partially analyze the influence of intellectual capital, capital adequacy ratio and company size on the financial performance of the banking companies in the Indonesia Stock Exchange with leverage as moderating variable and also to analyze the influence of leverage in moderating the relationship between intellectual capital, capital adequacy ratio and company size on the financial performance of the banking companies in the Indonesian stock exchange. The population of this study was all of the 32 banking companies listed/ registered in the Indonesia Stock Exchange during the period of 2008-2012. Twenty four (24) banks were selected to be the samples for this study through purposive sampling method with 120 observations. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis and residual analysis. The data used in this study were the secondary data in the form of financial reports of the banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2008-2012. The results of hypothesis test showed that simultaneously intellectual capital, capital adequacy ratio and company size had significant influence on the financial performance of banking companies (ROA) but partially only intellectual capital and company size that had significant influence on the financial performance of banking companies (ROA). The result of this study also showed that leverage as moderating variable did have influence but it was in significant.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada;
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Akuntansi di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji yang telah memberi kesempatan dan saran selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh Staff Pengajar Program Magister Ilmu Akuntansi atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan dan seluruh staff administrasi Program Magister Ilmu Akuntansi.
8. Almarhumah kedua orang tua saya yang terkasih yang telah mendidik, membesarkan dan memberikan kasih sayang berlimpah kepada peneliti sehingga peneliti bisa menjadi seperti sekarang ini karena dukungan dari mereka.
9. Kakak – Kakak saya yang telah memberi dukungan dan motivasi pada penulis hingga selesainya tesis ini.
10. Teman-teman di Program Magister Ilmu Akuntansi dan Rekan Sekantor yang memberi dukungan, sumbangan pikiran sehingga selesainya tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dalam penulisan tesis ini, dengan demikian penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat, berkat dan kasih karunia-Nya sehingga tesis ini menjadi berguna bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Medan, 25 Juni 2014 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Budianto S
2. Tempat/ Tgl Lahir : T. Jawa, 28 Januari 1979
3. Agama : Kristen Protestan
4. Alamat : Jl Flamboyan 33 RT 01/07
Kel Kayu Putih Pulomas Jakarta Timur
5. Pendidikan
a. SD : Negeri 01 T. Jawa, Lulus Tahun 1989
b. SMP : Negeri 01 T. Jawa, Lulus Tahun 1992
c. SMA : Negeri 01 T. Jawa, Lulus Tahun 1997
ABSTRACT………... ii
KATA PENGANTAR………..……….. iii
RIWAYAT HIDUP……….……….………….. v
DAFTAR ISI………...……… vi
DAFTAR TABEL……….…………...….. vii
DAFTAR GAMBAR………...…………..…...viii
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
BAB I PENDAHULUAN….………...…...…….………...………. 1
1.1.Latar Belakang ………...………..……….. 1
1.2.Rumusan Masalah …...……….... 8
1.3. Tujuan Penelitian……..………...………. 8
1.4.Manfaat Penelitian ……….……….... 9
1.5.Originalitas Penelitian….……….………... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 12
2.1 Landasan Teori …………..………...………... 12
2.1.1 Kinerja Keuangan …….………. 12
2.1.2 Intellectual Capital ………..………...………… 15
2.1.2.1 PengukuranIntellectual Capital melalui VAICTM……..….22
2.1.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)………..……….. 26
2.1.4 Ukuran Perusahaan(Size)………..……..……….28
2.1.5 Leverage ………...….. 29
BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL ………36
3.1 Kerangka Konseptual ……...……….………... 36
3.2 Hipotesis Penelitian ……...……….…...………... 41
BAB IV METODE PENELITIAN………..……….. 42
4.1 Jenis Penelitian …...……….…...…………..………... 42
4.2 Lokasi danWaktu Penelitian …...……….…...………... 42
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian …...………....………….…... 42
4.4 Metode Pengumpulan Data ………...………....………... 45
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel .……... 45
4.5.1 Variabel Bebas atauIndependent Variable………. 46
4.5.1.1Intellectual Capital………. 46
4.5.1.1.1Physycal Capital…………..……...…………. 46
4.5.1.1.2Human Capital……...……..……...…………. 47
4.5.1.1.3Structural Capital ……..………...………….. 47
4.5.1.2Capital Adequacy Ratio(X2)….……....………. 48
4.5.1.3 Ukuran Perusahaan (X3) ...……… 48
4.5.1.4 Leverage(Variabel Moderating) ……..………....……. 49
4.5.2 Variabel Terikat atauDependent Variable(Y)………...………. 49
4.6 Metode Analisis Data ………...………....………... 50
4.6.1 Statistik Deskriptif ……….……. 51
4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ……….…….……….……… 51
4.6.2.1 Uji Normalitas Data ………...………. 51
4.6.2.2 Uji Multikolinearitas ………...…...………. 52
4.6.2.3 Uji Autokorelasi ………...…………...…...………. 53
4.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas ………...…………...…...……..53
4.7 Pengujian Hipotesis ………...………....………... 54
4.7.1 Uji Simultan (Uji Statistik F)………..……….……. 55
5.1 HasilPenelitian …...……….…...…………..………... 59
5.1.1 Statistik Deskriptif ………...…. 59
5.1.2 Uji Asumsi Klasik ………...…….. 62
5.1.2.1 Uji Normalitas ……….... 62
5.1.2.2 Uji Multikolinearitas ………...64
5.1.2.3 Uji Heterokedastisitas ………... 65
5.1.2.4 Uji Autokorelasi ……… 66
5.1.3 Uji Hipotesis ………... 67
5.1.3.1 Uji F ……….... 67
5.1.3.2 Uji t ……….... 67
5.1.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ………. 69
5.1.3.4Uji Residual ………...………….70
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian …...………….…………... 71
5.2.1 Pengaruh IC Terhadap Kinerja Keuangan ……….………. 72
5.2.2 Pengaruh CAR Terhadap Kinerja Keuangan ………...….. 73
5.2.3 Pengaruh Ukuran PerusahaanTerhadap Kinerja Keuangan ….. 75
5.2.4 PengaruhLeverageSebagai Pemoderasi ……….……. 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….………...78
6.1 Kesimpulan ………..………. 78
6.2 Keterbatasan Penelitian …….………... 79
6.3 Saran ………. 79
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ….………... 34
4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ………. 43
4.2 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI …………... 44
4.3 Definisi Operasional Variabel ……… 50
5.1 Statistik Deskriptif ………... 59
5.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ……….. 62
5.3 Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 64
5.4 Hasil Uji Autokorelasi ………. 66
5.5 Hasil Uji F ………... 67
5.6 Hasil Uji t ……… 67
5.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………. 69
5.8 Hasil Analisis Regresi Residual ………. 70
1.1 Kerangka Dasar Sistem Perbankan Indonesia ….………... 2
3.1 Kerangka Konseptual ………. 36
5.1 Grafik Histogram ……….... 63
5.2 Grafik Normal P-Plot ………. 63
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Lokasi dan Waktu Penelitian ….………..…………... 85
2 Tabel Statistik Deskriptif………...……….……….. 86
3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ……… 86
4 Grafik Histogram ……….. 87
5 Grafik Normal P-Plot ……… 87
6 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ………... 88
7 Grafik ScatterplotHeteroskedastisitas ………. 88
8 Tabel Hasil Uji Autokorelasi ……….. 89
9 Tabel Hasil Uji F ………. 89
10 Tabel Hasil Uji t ……….. 89
11 Tabel Koefisien Determinasi ………. 90
12 Tabel Hasil Uji Residual ………. 90
13 Tabulasi Return on Asset ………..……… 91
14 Tabulasi Intellectual Capital ……….……….... 92
15 Tabulasi Capital Adequacy Ratio …………..………... 94
16 Tabulasi Ukuran Perusahaan ………....……….…... 95
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh leverage dalam memoderasi hubungan antara intellectual capital, capital adequacy ratiodan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012 yaitu sebanyak 32 bank. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 24 bank yang menjadi sampel penelitian dengan jumlah observasi sebanyak 120 data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda dan uji residual. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan (ROA) akan tetapi secara parsial hanya Intellectual Capital dan ukuran perusahaan saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Penelitian ini juga menunjukkan terdapat pengaruh moderasileveragenamun hasilnya tidak signifikan.
Kata Kunci : Intellectual Capital, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan,
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL, CAPITAL ADEQUACY RATIO AND COMPANY SIZE ON THE
FINANCIAL PERFORMANCE ON BANKING COMPANIES LISTED IN THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE WITH LEVERAGE AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
The purpose of this study was to simultaneously and partially analyze the influence of intellectual capital, capital adequacy ratio and company size on the financial performance of the banking companies in the Indonesia Stock Exchange with leverage as moderating variable and also to analyze the influence of leverage in moderating the relationship between intellectual capital, capital adequacy ratio and company size on the financial performance of the banking companies in the Indonesian stock exchange. The population of this study was all of the 32 banking companies listed/ registered in the Indonesia Stock Exchange during the period of 2008-2012. Twenty four (24) banks were selected to be the samples for this study through purposive sampling method with 120 observations. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis and residual analysis. The data used in this study were the secondary data in the form of financial reports of the banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2008-2012. The results of hypothesis test showed that simultaneously intellectual capital, capital adequacy ratio and company size had significant influence on the financial performance of banking companies (ROA) but partially only intellectual capital and company size that had significant influence on the financial performance of banking companies (ROA). The result of this study also showed that leverage as moderating variable did have influence but it was in significant.
1.1. Latar Belakang Penelitian
Menurut PSAK No 31 tentang akuntansi perbankan, bank adalah sebuah
lembaga intermediasi keuangan antara pihak yang memiliki dana dari pihak yang
memerlukan dana termasuk pemberian kredit. Dalam hal ini bank memegang
peranan penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem
moneter dalam hubungannya dengan badan-badan pengatur dan instansi
pemerintah. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa
tahun terakhir dan menjadi lebih kompetitif karena deregulasi dari kebijakan
peraturan. Saat ini bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka
tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi dan tarif yang mereka bayar untuk
simpanan deposan.
Sejak krisis moneter tahun 1997 pemerintah lebih fokus terhadap
peningkatan kinerja perbankan, terbukti adanya strukturisasi dan likuidasi
terhadap bank yang kinerjanya kurang baik. Salah satu penilaian kinerja bank
adalah melalui rasio keuangan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
Ancaman likuidasi membuat para bankir bersaing lebih ketat dalam
meningkatkan kinerjanya demi mempertahankan tingkat kesehatan bank
masing-masing. Baik buruknya tingkat kesehatan bank berpengaruh pada tingkat
kepercayaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan termasuk bagi investor demi
jaminan keamanan atas dana yang diivestasikan.
Menurut PSAK No 31 tingkat kesehatan bank perlu dipelihara dengan
tetap menjaga likuiditasnya. Tingkat likuiditas merupakan syarat mutlak bagi
suatu perbankan dalam melaksanakan berbagai aktivitas bisnisnya yaitu untuk
memenuhi kewajiban hutang-hutang bank, membayar kembali deposannya serta
memenuhi permintaan kredit.
Globalisasi, inovasi, teknologi dan persaingan bisnis yang ketat antar
perbankan pada abad ini memaksa mereka mengubah cara dalam menjalankan
bisnisnya termasuk struktur sumber dayanya. Persaingan sudah tidak lagi terletak
pada kepemilikan asset berwujud, dimana fenomena yang ada telah terjadi
pergeseran dari masyarakat industrialis ke masyarakat pengetahuan serta
paradigma kepada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber
daya manusia yang dimiliki. Dengan demikian agak sulit untuk tidak menyertakan
paradigma tersebut dalam persaingan dalam keunggulan kompetitif.
Dalam hal ini bank sudah seharusnya dapat mengubah strategi dari bisnis
yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis
pengetahuan (knowledge based business). Menurut Organisation for Economic
and Development (OECD) tahun 2008, saat ini banyak perusahaan berinvestasi
4
sistem komputerisasi dan administrasi yang sering disebut sebagai Intellectual
Capital (selanjutnya disingkat IC). Menurut International Federation of
Accountants (IFAC), IC sinonim dengan intellectual property (kekayaan
intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset
pengetahuan).
Pada dasarnya IC digolongkan pada Asset Tak Berwujud yang mengacu
pada PSAK No.19 dimana merupakan aktiva non-moneter yang dapat
diidentifikasikan dan tidak memiliki wujud fisik untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan
administratif seperti halnya goodwill, merk, hak paten dan sebagainya. Namun
lain halnya dengan IC dimana sulit untuk dilakukan pengukurannya. Seiring
berkembangnya IC menjadikan tantangan bagi para akuntan dan para peneliti
dalam melakukan pengukuran dimana akuntansi tradisional tidak bisa
mengungkapkan dalam laporan keuangan.
Bertolak dari peningkatan pengakuan IC maka Pulic (2008) mengajukan
pengukuran secara tidak langsung melalui efisiensi nilai tambah sebagai hasil dari
kemampuan IC dimana sumber daya yang ada benar-benar dimanfaatkan. Nilai
tambah tersebut tidak hanya tergantung pada kuantitas, akan tetapi lebih pada
kualitas dan kandungan pengetahuan (knowledge content) yang menyatu dalam
produk dan jasa tersebut. Bentuk pengukuran ini dikenal dengan Value Added
Intellectual Coefficient (VAICTM) dengan menjumlahkan 3 komponen nilai
tambah dari fisical capital yang diukur melalui capital employed, human capital
Hal ini mengacu pada resource-based theory dimana kinerja merupakan
fungsi dari penggunaan tangible dan intangible asset perusahaan secara efektif
dan efisien sehingga penggunaan nilai tambah sebagai alat ukur menjadikannya
lebih tepat dibandingkan dengan alat ukur tradisional seperti return terhadap
pemilik perusahaan. Teori pendukung lain adalah stakeholder theory, dimana
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus memberi manfaat bagistakeholder-nya (Ghozali dan Chariri, 2007).
Chen et al. (2005) bahwa Intellectual Capital berhubungan secara positif
dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata-rata
pertumbuhan Intellectual Capital suatu perusahaan berhubungan positif dengan
kinerja perusahaan di masa mendatang dimana penelitian menggunakan sampel
4254 perusahaan yanggo publicdi TaiwanStock Exchangetahun 1992-2002.
Soewarno (2011) menyimpulkan intellectual capital berpengaruh terhadap
kinerja keuangan dengan Ukuran, Jenis Industri, dan Leverage sebagai variabel
moderating, dimana penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur dan non
manufaktur di BEI.
Kinerja Bank juga dapat dipengaruhi oleh Rasio Kecukupan Modal atau
dikenal dengan istilah capital adequacy ratio (CAR), yaitu dengan
membandingkan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan total aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Siamat (2004) penggunaan modal bank
dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan
operasi bank. Besarnya modal sangat penting untuk menjaga apabila terjadi
6
menggunakan aset (solvency). Jadi modal bank sangat tergantung pada
pengelolaan aset yang dimiliki, bagaimana pengelolaan likuditas dilakukan secara
tepat. Salah satunya adalah menjaga kepercayaan masyarakat karena aset terbesar
yang dimiliki bank selain modal sendiri adalah para deposan dan debitur bank
tersebut.
Pemeliharaan aset harus terus dilakukan dengan harapan agar bank dapat
mengantisipasi resiko masa kini dan akan datang, sewaktu-waktu masyarakat
melakukan penarikan dana maupun menyalurkan dana tersebut ke masyarakat
kembali (Siamat, 2004). Jadi apabila aset dapat dikelola dengan baik maka kinerja
bank akan meningkat juga. Bank Indonesia menetapkan kebijaksanaan bagi setiap
bank untuk memenuhi rasio CAR minimal 8%, jika kurang dari 8% maka akan
dikenakan sanksi oleh bank Indonesia (Riyadi, 2003).
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan bank adalah ukuran
perusahaan (size). Pada umumnya ukuran perusahaan dilihat dari total aset, total
penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset,
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Lebih rinci,
semakin besar total aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat.
Jadi total aset merupakan ukuran yang lebih stabil (Sudarmadji dan Sularto,
2007).
Bank dalam menjalankan usahanya tidak cukup hanya dari simpanan
operasionalnya yaitu melalui hutang bank atau leverage. Menurut Husnan (1993)
rasioleveragemengukur seberapa jauh penggunaan dana perusahaan yang berasal
dari kreditur. Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi risiko yang
dialami dan keadaan ini sangat disukai oleh pemilik perusahaan dalam
meningkatkan profitabilitas. Namun leverage yang terlalu tinggi jika tidak
diimbangi dengan kinerja yang baik memungkinkan perusahaan terkena likuidasi.
Penelitian ini mengangkat variabel leverage sebagai variabel moderating
untuk melihat dan menganalisis variabelleveragememperkuat atau memperlemah
hubungan antara IC, CAR dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan,
ini menjadi motivasi peneliti karena sesuai dengan fenomena semakin tingginya
tingkat kredit macet perbankan akhir-akhir ini akibatleverageyang tinggi, bahkan
menurut Gubernur bank Indonesia, Martowardojo (2013) melalui warta ekonomi
memproyeksikan kredit macet sekitar 2,8% - 3,1% pada tahun 2014, meningkat
sebesar 1% dibanding tahun 2013.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat isu dengan
judul penelitian “Analisis Pengaruh Intellectual Capital,Capital Adequacy Ratio
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut;
1. Apakah intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah leverage memoderasi hubungan antara intellectual capital,
capital adequacy ratio dan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan
pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh intellectual capital, capital
adequacy ratio dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh intellectual capital, capital
adequacy ratio dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh leverage dalam memoderasi
perusahaan dengan kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Bursa
Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pengaruh intellectual capital, capital adequacy ratio dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia dengan leveragesebagai variabel moderating.
2. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan
informasi terutama pada manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis pengaruh intellectual capital, capital
adequacy ratio dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan leverage sebagai
variabel moderating.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi temuan empiris
yang sudah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan
ilmiah pada masa akan datang dan memperkaya khasanah keilmuan pada
umumnya.
4. Bagi calon investor untuk memberikan informasi yang lebih penting
dalam pengungkapan laporan keuangan sebelum melakukan investasi
10
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Soewarno (2011) yang
meneliti tentang Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
dengan Ukuran, Jenis Industri, dan Leveragesebagai Variabel Moderating. Hasil
penelitian menunjukkan intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja
organisasi (ROA maupun Market to Book Value), namun tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan organisasi (Assets Turn Over atau ATO), ukuran
perusahaan tidak memoderasi hubungan antara intellectual capital dan kinerja
keuangan organisasi (baik ROA, MB, maupun ATO), jenis industri memoderasi
hubungan antara intellectual capital dan kinerja keuangan organisasi (ROA dan
MB), namun tidak memoderasi hubungan antara intellectual capital dan kinerja
keuangan organisasi (ATO), industri non manufaktur memberikan efek moderasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan industri manfaktur terhadap hubungan
Intellectual Capital dan Kinerja Organisasi (ROA dan MB) serta Leverage
memoderasi hubungan antaraintellectual capitaldan kinerja keuangan organisasi
(ROA dan MB) namun tidak memoderasi hubungan antaraintellectual capitaldan
kinerja keuangan organisasi (ATO)
Beda penelitian ini dengan penelitian Soewarno (2011) adalah :
1. Variabel independen penelitian Soewarno (2011) adalah Intellectual Capital
dengan Ukuran, Jenis Industri, dan Leverage sebagai variabel moderating
sedangkan pada penelitian ini, variabel independen adalahIntellectual Capital,
CAR dan Ukuran Perusahaan dengan Leverage sebagai Variabel Moderating.
faktor modal dalam perbankan sangat penting untuk mendanai aset dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian bank.
2. Periode penelitian Soewarno (2011) memiliki batasan pengambilan data dalam
kurun waktu 2008-2010, sedangkan periode penelitian ini dalam kurun waktu
2009-2012 dengan segmentasi pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia.
3. Objek penelitian Soewarno (2011) pada perusahaan manufaktur dan non
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia sedangkan objek penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah salah satu bentuk penilaian dengan asas manfaat
dan efesiensi dalam penggunaan anggaran keuangan. Melalui kinerja keuangan,
perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi dan efektifitas dari aktivitas perusahaan
pada periode waktu tertentu. Kinerja keuangan juga berguna sebagai salah satu
pertimbangan investor atau pihak external dalam menanamkan modalnya di
perusahaan. Menurut Sucipto (2003) kinerja keuangan adalah penentuan
ukuran-ukuran yang dipakai dalam mengukur keberhasilan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) kinerja keuangan yaitu
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang
dimilikinya.
Pengukuran kinerja keuangan dilihat dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan, informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan
serta kinerja di masa depan melalui perhitungan rasio keuangan yang
menghubungkan data keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi. Nilai rasio
keuangan tersebut yang nantinya dibandingkan dengan tolok ukur yang telah ada.
Analisis rasio keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk perencanaan dan
pengevaluasian prestasi atau kinerja perusahaan. Bagi para kreditur, rasio
kelangsungan pengendalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga, juga sangat
bermanfaat bagi investor dalam mengevaluasi nilai saham dan evaluasi jaminan
keamanan saham yang ditanamkan pada perusahaan.
Abdullah (2005) menyatakan bahwa analisis kinerja keuangan bank
memiliki dua tujuan yaitu untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan
bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya serta untuk mengetahui
kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aktiva yang dimiliki dalam
menghasilkan profit.
Srimindarti (2008), kinerja keuangan dapat dilihat dari profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dari kekayaan yang
dimilikinya atau dapat juga disebut sebagai efesiensi penggunaan aktiva
perusahaan. Apabila profitabilitasnya rendah maka kinerja perusahaan tersebut
kurang baik. Profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
Gunawan dan Dewi (2003), bank sebagai sebuah perusahaan yang
menjunjung tinggi terhadap pelayanan dan kepercayaan masyarakat wajib
mempertahankan kinerjanya, oleh karena itu diperlukan transparansi atau
pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dalam penelitian ini yang menjadi alat ukur kinerja yang digunakan adalah
14
bank dalam melakukan kegiatan usahanya (Siamat, 2004). ROA merupakan salah
satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar
ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan aset (Pandia, 2012). Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam
penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor serta merupakan bagian
dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan di
masa depan.
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian
perusahaan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba
perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi perusahaan akan tinggi
dimana para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut yang dapat
menyebabkan harga saham semakin tinggi pula.
Susilowati dan Turyanto (2011), kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan ROA menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham dan berdampak
pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin meningkat menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh
keuntungan dari deviden yang diterima juga meningkat. Sehingga ROA yang
meningkat akan menjadi daya tarik bagi para investor dan atau calon investor
untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham
bank semakin banyak maka harga saham bank tersebut di pasar modal cenderung
Skouson et al (1995), ROA merupakan kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Menurut
Manurung (2004), ROA dalam perbankan dihitung dari income before tax
terhadap total aset yang dimiliki perusahaan.
Menurut laporan yang terdapat di www.idx.co.idtentang kinerja keuangan
perbankan,ROAdiperoleh dari laba setelah pajak (income after tax) terhadap total
aktiva. Penggunaan laba setelah pajak dijelaskan juga dalam PBI No 15 Tahun
2013, dimana rumusan ROA dapat disusun dalam model sebagai berikut;
ROA =
2.1.2 Intellectual Capital(IC)
Menurut Stewart (1997) IC semula diidentifikasikan sebagai perbedaan
antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan. Suatu observasi sejak tahun 1980-an,
nilai pasar dari suatu bisnis yang didasarkan pengetahuan menjadi lebih besar dari
nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh para akuntan.
Namun hingga sekarang belum ada definisi yang tepat mengenaiICkarena
satu-satunya definisi yang paling netral adalah sebagai aktiva tak berwujud
(intangibles assets) dan dianggap sebagai modal yang menciptakan kekayaan
intelektual dari suatu perusahaan walaupun jarang muncul dalam praktek
akuntansi.
Menurut Lubis (2010), intangibles terbagi dua bagian yaitu intangibles
16
goodwill serta yang kedua adalah intangibles yang tercipta karena persaingan
seperti pengetahuan, kerjasama, aktivitas hutang, dan aktivitas struktural. Namun
intangibles yang kedua inilah yang secara langsung berdampak pada efektivitas,
produktivitas dalam suatu bisnis dimana merupakan sumber dari keunggulan yang
dapat dialirkan, ditingkatkan atau bahkan dihancurkan.
Berikut definisi IC yang bersumber dari hasil penelitian empiris diluar
Indonesia adalah sebagai berikut (Ulum, 2009);
1. Brooking (1996), IC merupakan kombinasi intangible assets dari pasar,
property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang memungkinkan
perusahaan dapat berfungsi.
2. Bontis (1996), modal intelektual bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan
dieksploitasi maka akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk dapat
bersaing dan unggul.
3. Stewart (1997), mendefinisikan IC merupakan pengetahuan, informasi,
property intelektual dan pengalaman yang digunakan untuk menciptakan
kekayaan atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna.
4. Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasi IC sebagai nilai tersembunyi
atau hidden value dari bisnis, yakni tidak terlihat secara umum dan tidak
terlihat dalam laporan keuangan.
5. Heng (2001) mengartikan IC sebagai aset berbasis pengetahuan dalam
perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat
6. Mavridis (2005), IC adalah suatu asset tidak berwujud dengan kemampuan
memberi nilai kepada perusahaan dan masyarakat meliputi hak paten, hak atas
kekayaan intelektual, hak cipta dan waralaba.
7. Martinez dan Garcia-Meca (2005) mengatakan IC adalah pengetahuan,
informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk
menciptakan kekayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa IC merupakan
suatu konsep dimana dapat memberikan sumber daya yang berbasis pengetahuan
dan mendeskripsikan aktiva tak berwujud, dimana bila dijalankan dengan optimal,
kemungkinan perusahaan sudah menjalankan strateginya secara efektif dan
efisien. Dengan kata lain,ICmerupakan pengetahuan yang memberikan informasi
mengenai nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan
dan keunggulan bersaing.
Menurut Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Internasional,
dikenal dengan OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) tahun 1999, IC sebagai nilai ekonomi dari dua asset tak berwujud
yaitu Structural Capital dan Human Capital. Struktural Capital mengacu pada
system software, jaringan distribusi dan rantai pasokan. Human capital meliputi
sumber daya manusia dalam organisasi (tenaga kerja) dan sumber daya eksternal
yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan pemasok.
Akhirnya seorang kebangsaan Austria bernama Pulic pada tahun 1998
menemukan analisis model pengukuran IC yang dikenal sebagai“Value Creation
18
yang mendesain IC melalui pengukuran terhadap nilai efisiensi dengan
menggunakan metode Value Added Intellectual Capital(VAICTM). Pendekatan ini
relatif mudah karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan
perusahaan. Metode ini di desain dengan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai tambah (value creation), alasannya adalah karena nilai tambah
merupakan indikator yang paling objektif dalam menilai keberhasilan bisnis dan
juga karena IC itu tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Hansen dan Mowen
(2009) nilai tambah sangat penting bagi manajemen dalam memperbaiki
profitabilitas melalui efisiensi yang berfokus pada hubungan berbagai input
aktivitas dengan output aktivitas.
Di Indonesia sendiri, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah
munculnya PSAK N0 19 tentang aktiva tidak berwujud walaupun tidak
dinyatakan secara eksplisit, dimana dalam Paragraph 09 disebutkan beberapa
contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain pengetahuan dan teknologi, desain
dan implikasi sistem baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan
mengenai pasar dan merk dagang. Kenyataan bahwa tidak seperti akuntansi
tradisional yang fokus pada kontrol biaya saja, namun akuntansi modern sekarang
sudah harus memperhitungkan value creation sejalan dengan penelitian Pulic
yang dikenal denganVAICTM.
Pulic dalam Ulum (2009) menyatakan nilai tambah atau value added(VA)
dihitung sebagai selisih antara output dengan input. Output merepresentasikan
pada semua pendapatan operasional dan penjualan di pasar, sedangkan Input
beban karyawan. Dimana VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital,
Structural Capital dan Physical Capital. Rumusannya sebagai berikut ;
VA = OUTPUT–INPUT
Dimana ;
OUTPUT = Total penjualan dan pendapatan lain
INPUT = Beban Penjualan dan Biaya-biaya lain kecuali beban karyawan
Value added(VA)juga dapat dihitung dengan melihat akun-akun perusahaan yang
terdapat pada Neraca dan Rugi Laba sebagai berikut ;
VA = OP + EC + D + A
Dimana ;
OP = Operating profit
EC = Employee costs
D & A = Depreciation & Amortisation
Menurut Ghozali dan Chariri (2007), ada 2 metode dalam penentuan nilai
tambah dalam perusahaan yaitu;
1. MetodeSubtractive
Nilai Tambah (NT) dihitung dengan cara menghitung Output atau Hasil
Penjualan (HP) dengan Beban Input (BI) bahan baku dari pihak luar
perusahaan. Secara matematis dapat dirumuskan; NT = HP–BI
2. MetodeAdditive
Nilai Tambah dihitung dari laporan laba operasi dengan menjumlahkan semua
input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja dalam menghasilkan
20
Dimana;
BG = Beban Gaji dan Upah
LO = Laba Operasi (sebelum pajak,bunga dan pos-pos luar biasa)
NP = Beban penjualan dan biaya lainnya selain beban karyawan
Metode Additive lebih mudah dalam hal penyusunannya karena cukup
dalam memodifikasi laporan laba rugi. Dalam metode ini, laporan keuangan VA
dapat disusun dengan mengubah laporan keuangan laba rugi. Besarnya laba
ditahan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak
dan deviden dari penjualan, secara matematis sebagai berikut;
LD = HP–BI–Dep–BG–I–Div– T ……….. persamaan (1)
Dimana ;
LD = Laba ditahan HP = Hasil Penjualan
BI = Beban Input bahan baku dan beban operasional BG = Beban Gaji dan Upah
Dep = Depresiasi I =Interest
Div = Deviden yang dibayar T =Tax
Dengan memindahkan elemen HP, BI dan Dep maka diperoleh Nilai Tambah
Bersih sebagai berikut ;
HP–BI -Dep = BG + I + Div + T + LD ……….. persamaan (2)
Dengan memindahkan Dep ke sebelah kanan persamaan maka diperoleh Nilai
HP– BI = BG + I + Div + T + LD + Dep ……….persamaan (3)
Dimana HP–BI atau HP–BI–Dep adalah Nilai Tambah.
Dalam penelitian ini mengacu pada rumus perhitungan Pulic karena dianggap
lebih sesuai dengan akun-akun pada perusahaan perbankan.
Adapun teori yang mendukung pengukuran IC melalui VAICTM dalam
kaitanya dengan profitabilitas adalah sebagai berikut;
1. Stakeholder Theory, yang dipandang dari kedua bidang baik bidang etika
(moral) maupun bidang manajerial. Menurut Watts and Zimmerman dalam
Ulum (2009), bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki
hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan bidang manajerial
yakni manajemen harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian
dari stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Jadi
manajemen diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting dalam
penciptaan nilai sumber daya bagi stakeholder. Menurut Deegan dalam Ulum
(2009), manajemen perusahaan diharapkan melakukan kegiatan dan
melaporkan untuk stakeholder yang dapat mempengaruhi mereka misalnya
polusi, inisiatif pengamanan dan lain-lain. Ketika manajer mampu mengelola
organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi
perusahaan, artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini.
2. Resources Based Theory (RBT), dalam teori ini membahas bagaimana
perusahaan dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliknya.
Menurut Susanto (2007), agar perusahaan dapat bersaing maka perusahaan
22
tidak berwujud serta kemampuan dalam mengelolahnya secara efektif. Jadi
aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi dan keunggulan
kompetitif dari pesaingnya.
2.1.2.1 PengukuranIntellectual Capital melalui VAICTM
Mengacu kembali pada penelitian Pulic dalam Ulum (2009) menjelaskan
bahwa elemen-elemen IC adalah sebagai berikut;
1. Physical Capital
Modal fisik sebagai sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan
mengarahkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan
jasa. Modal Fisik terdiri dari aset lancar dan aset tetap.
Menurut Firer dan Williams (2003), Physical Capital adalah seluruh aset
berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories,
land, ,machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang dimiliki
perusahaan.
Agar aset fisik memiliki nilai tambah tentunya harus ada yang melakukan
aktivitas terhadapnya. Jika aset fisik tidak dijalankan maka sudah pasti nilai yang
ada akan menurun bahkan sama sekali tidak bernilai. Dalam hal ini bagaimana
kemampuan perusahaan menggunakan IC melalui kontribusi capital employee
(CE) agar dapat bernilai tambah, dikenal dengan istilah “value added capital
employee” disingkat dengan istilah VACA. JadiVACA adalah indikator untuk VA
adalah perbandingan antara value added (VA) dengan capital employed(CE) atau
modal fisik yang digunakan atau disebut sebagai nilai buku dari aktiva neto.
Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dan Siamat (2004), aktiva neto
adalah selisih antara total aktiva dengan kewajiban perusahaan yang disebut
sebagai ekuitas. Menurut Machfoedz (1999) nilai aktiva bersih perusahaan
digunakan dalam menilai goodwill yang dihitung dari harga perolehan historis
dari semua aktiva dikurangi hutang perusahaan. Rasio ini menunjukkan adanya
kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital employed terhadap value added
organisasi.
Formula perhitungannya adalah ;
VACA =
Menurut Pulic (2009), mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE
menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan perusahaan lain, dapat
diartikan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkanCE-nya.
2. Human Capital
Human Capital (HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki
karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuan dalam
berhubungan baik dengan pelanggan. Menurut Stewart (1997) modal manusia
dianggap sebagai suatu bentuk modal yang berbeda dengan mesin dimana modal
ini tidak dapat dimiliki selamanya oleh perusahaan. Human Capital bisa
membantu pengambilan keputusan dengan menitikberatkan pada investasi
24
human capital yakni; pendidikan, keterampilan, kreatifitas, pengalaman dan
attitude.
Human Capital dapat memberikan nilai tambah melalui motivasi,
komitmen, kompetensi serta efektivitas kerja tim. Nilai tambah yang dapat
dikontribusikan oleh pekerja berupa pengembangan kompetensi yang dimiliki
oleh perusahaan, pemindahan pengetahuan dari pekerja ke perusahaan serta
perubahan budaya manajemen (Rachmawati et al. 2001).
Menurut Ulum (2009), Human Capitalmeliputi pengetahuan individu dari
suatu organisasi yang ada pada pegawainya yang dihasilkan melalui kompetensi,
sikap dan kecerdasan intelektual. Perlakuan Human Capital terkait dengan gaji,
pelatihan, kesempatan jenjang karir dan sebagainya. Cara pengukurannya dikenal
sebagai “value added human capital” atau yang lebih dengan istilah VAHU.
Hubungan HC dengan VAHU mengindikasikan kemampuan HC dalam
membentuk nilai dalam sebuah perusahaan, dengan kata lain menunjukkan
kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada HC untuk VA
perusahaan.
Formula perhitungannya adalah ;
VAHU = 3. Structural Capital (SC)
Menurut Moeheriono (2009), Structural Capital merupakan pengetahuan
yang dimiliki perusahaan dalam memampukan merespon kebutuhan dan
tantangan pasar berupa teknologi, metodologi dan proses. Termasuk didalamnya
adalah membangun sistem seperti database yang memungkinkan orang-orang
sinergi karena adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar
individu dalam organisasi dan semua hal selain manusia yang berasal dari
pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi, termasuk struktur organisasi,
petunjuk proses, strategi, rutinitas, software, hardware dan semua hal yang
nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materialnya.
Demikian halnya dengan fisical capital dan human capital, structural
capital juga akan bernilai tambah dan bermanfaat apabila dilakukan aktivitas
terhadapnya. Diindikasikan bagaimana keberhasilan SC yang dibutuhkan
perusahaan dalam menciptakan nilai. Pengukurannya dilakukan dengan jumlah
rasioSCyang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp 1 dariVA, lebih dikenal dengan
“structural capital value added” atau disingkat denganSTVA.
Formula perhitungannya adalah;
STVA = dimanaSC = VA–HC
Jadi Modal Intelektual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal
intelektual yang diukur berdasarkan pengukuran dari model value added yang
diproksikan dari physical capital, human capital dan structural capital, seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penjumlahan dari ketiganya dikenal
dengan VAICTM. Menurut Ulum (2009), pengukuran value added dari modal
intellektual formulanya adalah sebagai berikut;
VAICTM= VACA + VAHU + STVA
26
Menurut Undang-Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu alat ukur yang dipakai dalam
menilai kesehatan bank adalah CAR.CARmerupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal
sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank. Peranan
modal sangat penting bagi bank untuk kepentingan ekspansi dan juga digunakan
sebagai “buffer” untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Menurut Peraturan
Bank Indonesia tahun 2013, menyebutkan bank wajib memenuhi ketentuan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk
peningkatan modal.
Menurut Mulyono (1999), analisis tentang permodalan disebut juga sebagai
analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, bertujuan untuk
mengetahui apakah kecukupan modal bank digunakan untuk mendukung kegiatan
bank secara efisien, apakah permodalan bank mampu menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank (kekayaan
pemegang saham) akan semakin besar atau semakin kecil.
Menurut Sihombing (1990) CAR adalah metode mengukur tingkat kecukupan modal terhadap tingkat resiko yang ditimbulkan aset. Kecukupan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
Menurut Manurung (2004) semakin tinggi nilai CAR maka semakin baik
bank dalam membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi profitabilitas, berarti semakin tinggi CAR maka bank akan
semakin liquid.
Menurut Darmawi (2012) angka rasio CAR menurut bank Indonesia
mengacu pada standar ketetapanBank for International Settlementsyaitu minimal
8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak
mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank,
kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin
solvable.
Secara umum rasioCAR dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
Dimana Modal Bank dalam laporan keuangan termasuk dalam modal inti dan
modal pelengkap. Termasuk ke dalam modal inti adalah modal disetor, agio
saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu dan laba
tahun berjalan dan laba bersih anak perusahaan. Sementara Modal Pelengkap
adalah cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif,
pinjaman subordinasi dimana nilainya setinggi-tingginya 100% dari modal inti.
Menurut Siamat (2004) semakin tinggi solvabilitas suatu bank maka
28
meningkatkanprofit perbankan dan kinerja bank akan meningkat pula. Dalam hal
ini kecukupan modal dapat menyerap kerugian-kerugian yang ditanggung bank.
Menurut Riyadi (2003) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko yaitu aktiva
yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau
komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis
aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar
risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas
penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
2.1.4 Ukuran Perusahaan(Size)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala perusahaan yang dapat
diklasifikasikan menurut ukuran total aset, nilai pasar saham, total penjualan.
Menurut Husnan (1993), Ukuran perusahaan dinilai melalui analisa “common
size” dengan melihat total aktiva dan penjualan. Secara umum bahwa perusahaan
yang lebih besar mampu menciptakan laba yang lebih besar dibandingkan
perusahaan kecil, karena perusahaan besar dapat mengalokasikan perputaran
aset-nya untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar. Hal ini menjadikan
kecenderungan investor lebih percaya menanamkan modalnya ke perusahaan
dengan ukuran besar dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Perusahaan besar
juga cenderung lebih mudah memperoleh sumber dana keuangan dibanding
perusahaan berukuran kecil. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dilihat berdasarkan total aset
yang dimilikinya. Sejalan dengan penelitian Sudarmadji dan Sularto (2007), total
aktiva dianggap relatif lebih stabil dibanding nilai pasar saham dan penjualan.
Variabel ukuran perusahaan diproxykan dalam logaritma natural (Ln) dari total
aset, karena masing-masing bank memiliki total aset dengan nilai selisih yang
berbeda-beda, sehingga menyebabkan nilai yang ekstrim. Formulasinya adalah
sebagai berikut;
Ukuran Perusahaan (Size) = LnTotal Aktiva
2.1.5Leverage
Faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage) dimana
sumber utama pendapatan bank berasal dari dana masyarakat dari kegiatan
penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga. Bagi bank, penghimpunan
dana dari masyarakat merupakan hutang yang harus dibayarkan pada waktu
tertentu. Menurut Siamat (2004), penggunaan dana masyarakat yang menjadi aset
bank dalam mendanai penyaluran kredit masyarakat sesuai dengan manajemen
kredit normalnya berkisar 70%-80%. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) hutang
sering disebut sebagai klaim tertentu pada pihak lain terhadap aktiva, hal ini
disebabkan perusahaan dapat memiliki aktiva atau jasa karena adanya pihak lain
yang menyediakan dana untuk memperoleh aktiva atau jasa tersebut. Untuk
melihat seberapa besar leverageyang digunakan perusahaan dapat diukur melalui
rasionya. Menurut Roden dan Christy (1986) rasio leverage adalah sejauhmana
30
Menurut Sinuraya (1999) rasio leverage menggunakan total aktiva yang
dibiayai oleh hutang atau dikenal sebagai “debt to assets ratio” (DAR),
dirumuskan sebagai berikut;
DAR =
Menurut Atmaja (2008) semakin rendah hutang dari dana kreditur maka
semakin aman baginya dalam memperoleh dananya kembali. Sebaliknya bagi
pemilik perusahaan mungkin lebih menyukai rasio leverage tinggi dengan
pertimbangan untuk memperbesar tingkat keuntungan, namun apabila rasio
leverage terlalu tinggi berarti bahwa pemilik perusahaan terlalu berani
berspekulasi, sehingga dikhawatirkan aset tinggi yang diperoleh dari hutang akan
meningkatkan risiko besar dalam berinvestasi saat perusahaan tidak dapat
melunasi hutang tepat waktu (Husnan, 1993).
Menurut Atmaja (2008) leverage dapat meningkatkan kinerja dan dapat
juga menurunkan kinerja bila dihubungkan dengan resiko finansial akibat
keputusan dalam menggunakan hutang atau risiko yang timbul dari penggunaan
hutang. Menurut Teori Modigliani–Miller, jika dihubungkan dengan pajak maka
penggunaanleverage akan meningkatkan kinerja perusahaan karena biaya hutang
adalah biaya yang mengurangi pajak.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa disaat kondisi perusahaan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) meningkatnya leverage akan berdampak
pada menurunnya kinerja bank karena bank tidak mampu membayar biaya bunga
yang besar dan berdampak pada kebangkrutan (bankruptcy). Teory Trade Off
hanya sampai pada titik tertentu, setelah itu justru akan menurunkan nilai
perusahaan karena keuntungan perusahaan tidak sebanding dengan biayafinancial
distress. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Soewarno (2011) yang meneliti dengan judul Pengaruh Intellectual
CapitalTerhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran, Jenis Industri DanLeverage
Sebagai Variabel Moderating. Hasil penelitian menunjukkan Intellectual Capital
berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kinerja Organisasi (ROA maupun
Market to Book Value atau MB) namun berpengaruh tidak signifikan terhadap
Kinerja Keuangan Organisasi (Assets Turn Over atau ATO), Ukuran perusahaan
tidak memoderasi hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan
Organisasi (baik ROA, MB, maupun ATO), Jenis Industri memoderasi hubungan
Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan Organisasi (ROA dan MB) namun
tidak memoderasi hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan
Organisasi (ATO), Industri non manufaktur memberikan efek moderasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan industri manfaktur terhadap hubungan Intellectual
Capital dengan Kinerja Organisasi (ROA dan MB) serta Leverage memoderasi
hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan Organisasi (ROA dan
MB) namun tidak memoderasi hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja
32
Chen et al (2005) menggunakan model Pulic (VAICTM), menguji pengaruh
IC terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan yang mengambil sampel pada
perusahaan public di Taiwan. Variabel dependen ialah ROA dan ROE, Growth
Revenue (GR) sementara variabel independen adalah Intellectual Capital yang
terdiri dari HCE, CEE dan SCE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IC
berpengaruh positif terhadapROAdanROEbahkan terhadapGR.
Mohammad (2012) dengan judul “The effect of intellectual capital(VAICTM)
on firm performance (an investigation of Iran insurance companies)”. Penelitian
pada perusahaan Asuransi di Iran dengan sampel sebanyak 39 perusahaan periode
2005-2007. Variabel dependen ialah ROA, variabel independen adalah VAICTM
sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan ROE sebagai variabel kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa VAICTM berpengaruh signifikan dan positif
terhadapROA.
Sartika (2012) dengan judul “Analisis pengaruh ukuran perusahaan,
kecukupan modal (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Likuiditas
terhadap Return on Asset (ROA) pada bank umum Syariah di Indonesia periode
2006-2010. Hasil penelitian adalah Ukuran Perusahaan, KAP dan Likuiditas
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROAnamun secara parsial hanya
CARyang berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadapROA.
Hesti (2010) dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif dan Liquditas Terhadap Kinerja
Keuangan”. Penelitian dilakukan pada bank Syariah di Indonesia periode 2005
positif terhadap ROA, sedangkan Kualitas Aktiva Produktif dan Likuiditas
berpengaruh negatif dan terhadap ROA.
Al-Quadah & Jaradat (2013) dengan Judul “The Impact of Macroeconomic
Variables and Banks Characteristics on Jordania Islamic Bank Profitability”.
Penelitian dilakukan pada bank-bank Islam di Yordania periode 2000-2011.
Dimana Variabel Independen; CAR, Size, LDR, Leverage, sedangkan Variabel
Dependen adalah ROA dan ROE. Hasil penelitian bahwa CAR dan Size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE, sementara Leverage
diukur dengan DAR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA dan ROE.
LDR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA tetapi berpengaruh
signifikan dan negatif terhadapROE.
Dari uraian diatas maka hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut;
Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual didasarkan pada latar belakang dengan didukung
landasan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu tentang pengaruh variabel
Intellectual Capital (X1) yang terdiri dari Physical Capital, Human Capital,
Structural Capital, variabelCapital Adequacy Ratio(X2) dan Ukuran Perusahaan
(X3) danLeverage(M) terhadap Kinerja (Y) pada perusahaan perbankan di Bursa
Efek Indonesia dapat digambarkan skema kerangka konseptual penelitian ini
sebagai berikut;
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Intellectual Capital
(X1)
Kinerja Keuangan (Y)
Leverage
(M)
Capital Adequacy Ratio
(X2)