BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual
Sumber (Caplan, 1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) Pengalaman keluarga dalam
merawat anggota keluarga pasca stroke
Caregiver yang bertindak dalam merawat pasien pasca stroke.
Pengetahuan keluarga terhadap perawatan pasca stroke
Peran keluarga terhadap perawatan pasca stroke
Hambatan serta perubahan yang terjadi dan cara keluarga mengatasi hambatan yang ada
Perasaan keluarga selama melakukan perawatan (Pengalaman positif Pengalaman negatif yang dialami)
B.Definisi Istilah 1. Pengalaman
Perubahan aktif yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil observasi terhadap kejadian atau mengalami langsung (Tomey, 2006). 2. Perawatan di Rumah
Suatu aktivitas yang dilakukan oleh keluarga atau pengasuh di rumah untuk mengembalikan fungsi normal, memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi klien yang menderita sakit sehingga dapat terpenuhi kebutuhannya serta menjalani aktivitas kembali seperti sedia kala (Mulyatsih, 2008). 3. Pasca Stroke
Kondisi individu setelah terserang stroke (brain attack) sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada individu dan pada umumnya akan berdampak pada fisik dan psikologis individu (Smeltzer & Bare, 2002). 4. Caregiver Keluarga
Caregiver keluarga didefinisikan sebagai individu yang memberikan
asuhan keperawatan berkelanjutan secara sungguh-sungguh setiap hari bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer EA dalam Tantono, 2006)
5. Pengalaman Keluarga
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
34
METODE PENELITIAN
Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti.
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini merupakan metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara sistematik menggunakan prosedur untuk menjawab pertanyaan, menghasilkan suatu temuan yang dapat dipakai melebihi batasan-batasan penelitian yang terdapat pada penelitian kuantitatif (Saryono & Mekar, 2010). Desain yang digunakan adalah deskriptif dimana penelitian deskriptif ini dapat dikatakan observasi klinis dan dapat mengarah ke studi eksplorasi (Polit & Beck, 2004).
Pada penelitian ini pendekatan desain deskriptif yang digunakan adalah pendekatan Deskriptif Fenomenologi. Deskriptif Fenomenologi merupakan
pendekatan yang menjelaskan fakta-fakta atau fenomena tersebut dan berusaha memahami tingkah laku manusia berdasarkan perspektif informan. Penelitian ini berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat pada fenomena (Polit & Beck 2004). Peneliti menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi ini untuk
menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta informan akan menceritakan pengalaman mengenai suatu peristiwa yang dialaminya. Spigelberg (1975 dalam Streubert & Carpenter, 2003) mengemukakan ada tiga tahapan dalam studi fenomenologi deskriptif, yaitu:
1. Tahap intuiting, peneliti mengumpulkan data dengan cara
mengeksplorasi pengalaman informan tentang fenomena yang diteliti (Struebert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali data lebih dalam dengan menerapkan batas-batas penelitian, mengumpulkan informasi melalui pengamatan, wawancara, dokumen, bahan-bahan visual serta menerapkan aturan untuk mencatat informasi.
2. Tahap kedua yaitu analyzing, dimana peneliti akan mengidentifikasi
pengalaman yang akan diteliti. peneliti menyatukan diri dengan hasil pendataan dengan cara mendengarkan deskripsi individu tentang pengalamannya kemudian mempelajari data yang telah ditranskripkan dan ditelaah berulang-ulang. Peneliti mengidentifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang didapat. Peneliti kemudian mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu dengan fenomena tersebut. Peneliti mengidentifikasi tema-tema arti dan makna tentang pengalaman keluarga berdasarkan data yang diperoleh dari transkrip wawancara dengan informan guna menjamin keakuratan dan kemurnian hasil penelitian.
3. Tahap ketiga yaitu describing, merupakan tahap ketiga, dimana peneliti
mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif kepada pembaca. Peneliti mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklarifikasian dan pengelompokan fenomena (Streubert & Carpenter, 2003).
B. Lokasi penelitian dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan. Tempat tersebut dipilih dikarenakan belum pernah ada dilakukan penelitian tentang hal tersebut di daerah ini dan daerah Tangerang Selatan ini merupakan daerah perluasan baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat dilihat pelaksanaan
perawatan rumah di daerah yang peralihan antara desa dan kota tersebut dimana informasi mengenai perawatan di daerah perkotaan lebih lengkap dan memadai terhadap pasien pasca stroke dibandingkan dengan informasi yang didapatkan di daerah pedesaan.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, penelitian dan penyusunan laporan lengkap. Untuk tahap persiapan dimulai pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013. Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian serta studi pendahuluan dan studi kepustakaan. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2013. Selanjutnya setelah proses pengumpulan data penelitian selesai maka dilanjutkan dengan tahap analisis data serta penyusunan laporan lengkap yang dilakukan bulan Juli 2013.
C. Instrumen penelitian
dalam pengumpulan data yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan instrumen pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Panduan wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat
tulis dan tape recorder, di mana instrumen ini digunakan untuk menggali
informasi yang dibutuhkan dalam mengetahui pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah.
2. Selain menggunakan panduan wawancara mendalam, peneliti juga menggunakan catatan lapangan sebagai alat bantu dalam studi
dokumentasi dan format observasi untuk pengumpulan data sekunder, dimana catatan lapangan ini menunjukkan ekspresi nonverbal dari informan.
3. Peneliti juga menggunakan Barthel Index sebagai alat bantu dalam
mengetahui disabilitas dari pasien pasca stroke (Moleong, 2010).
D. Informan Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri & Hastono, 2006). Sampel dalam penelitian ini disebut Informan adalah keluarga dengan anggota keluarga mengalami pasca stroke dan sudah menjalani perawatan di rumah (rehabilitasi) di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kelurahan Benda Baru.
1. Informan Utama
Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan pasien pasca stroke. Setelah melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Benda Baru didapatkan pasien dengan pasca stroke berjumlah tujuh pasien pasca
stroke dan caregiver dari masing-masing keluarga akan dijadikan
informan. Sedangkan untuk uji coba wawancara dilakukan pada dua caregiver keluarga dengan memiliki anggota keluarga pasca stroke di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan yaitu :
1. Bersedia menjadi informan
2. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke dan dalam tahap pemulihan (rehabilitasi) /pasca stroke.
3. Informan merupakan caregiver / yang merawat pasien pasca stroke di
rumah.
E. Teknik pengambilan informan
Metode pengambilan informan yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah non-probability sampling dimana tiap anggota populasi
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan informan. Teknik yang digunakan peneliti adalah non-probability sampling teknik purposive
sampling yang digunakan jika penetapan sampel didasarkan atas
kriteria-kriteria tertentu. Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling ini
adalah agar informasi yang didapatkan diperoleh secara maksimal.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang telah
ditentukan sebelumnya oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Dimana keluarga yang merawat pasien dengan pasca stroke di wilayah tersebut dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dapat dijadikan
sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan (Djam’an dan Aan, 2010).
F. Tahapan pengambilan data
Dalam proses pengumpulan data , ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan kaidah penelitian kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Dalam memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan cara menanyakan sesuatu kepada informan dan bercakap-cakap secara langsung (face to face). Berikut adalah tahapan pengambilan data
yang akan dilakukan peneliti:
a. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan minimal selama 30 menit dan maksimal 60 menit untuk mengetahui pengalaman yang dialami informan secara spesifik dan informan akan menceritakan semua pengalamannya dengan jelas dan lengkap.
b. Wawancara yang dilakukan akan direkam dengan tape recorder
agar semua pembicaraan akan terekam dan tidak ada yang terlewat. c. Peneliti akan melakukan wawancara dengan bantuan seorang
teman yang bertugas untuk membuat hasil wawancara secara tertulis dan sudah diberikan izin oleh informan untuk pengambilan data dengan menyertai orang lain selain peneliti.
2. Data Sekunder
Peneliti membuat catatan lapangan / field note untuk
mencatat ekspresi, mimik, maupun respon informan dengan hal tersebut peneliti akan mengetahui bagaimana perasaan informan ketika wawancara.
G. Teknik analisis data
Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara kualitatif naratif. Menurut Burns & Grove (2004) tahapan analisa data yang dilakukan meliputi :
Hasil wawancara dibuat ke dalam transkrip wawancara
Membaca kembali transkrip wawancara hingga memahami isi wawancara
Reduksi data / proses memilih data kasar atau data fokus
Analisis Data
Coding : mencari data spesifik dan diberikan nama kategori
Reflective remarks Marginal remarks Memoing
Mengembangkan hipotesa tentang hubungan yang dapat diformulasikan dalam proporsi sementara
Display Data Cognitive Mapping
Drawing and Verifying Conclusions Counting: Memaparkan data yang seringkali diucapkan dan merupakan
pokok dari data
Deskripsi lengkap laporan hasil data Deskripsi yang detail dari informan, setting, dan pengamatan dan pengalaman
lingkungan dimana data dikumpulkan. Bagan 4.1
H. Validasi Data
Penemuan penelitian harus ditunjukkan dengan adanya nilai kepercayaan yang kuat dan setiap penelitian harus mempunyai dokumen yang sudah dibuktikan kebenarannya. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai kepercayaan disebut “trustworthiness” (Graneheim,2004.). Untuk meningkatkan kekuatan kepercayaan / trustworthiness tersebut ada beberapa
cara yaitu seperti credibility, confirmability, transferability dan auditability
(Guba dan Lincoln, 1981 dalam Graneheim, 2004; Wood, 2006; Polit dan Hungler, 2004). Peneliti akan melakukan pengukuran nilai kepercayaan/ truthworthiness dengan cara credibility seperti yang dijelaskan berikut ini:
a. Credibility
Credibility dihubungkan dengan fokus penelitian dan mengenai
kepercayaan tentang bagaimana proses dari analisis data tersebut dapat berfokus pada data yang diharapkan (Polit dan Hungler, 2004). Dalam menentukan kredibilitas ini ada beberapa cara yang dilakukan namun yang peneliti lakukan untuk uji kredibilitas adalah Member Check, yaitu Proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member cek untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai apa yang diberikan pemberi data.
Dalam uji kredibilitas member cek ini harus diperhatikan hal seperti pengalaman yang disampaikan oleh informan benar-benar diakui sebagai miliknya, uji yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengembalikan hasil dari analisis data kepada informan untuk konfirmasi penemuan yang ada, kemudian waktu yang digunakan peneliti untuk
melakukan wawancara mendalam pada penelitian harus benar-benar adekuat sehingga peneliti dapat memahami fenomena yang terjadi di kehidupan informan dan informan dapat terbuka dan menyampaikan informasi yang disampaikan lengkap dan tidak disembunyikan atau dibuat-buat. (Wood dan Haber,2006).
Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti melakukan kunjungan ulang kepada informan dengan tujuan untuk melakukan cek apa data yang diolah dan dipaparkan oleh peneliti sesuai dengan yang disampaikan, dan setelah dilakukan hal tersebut kepada informan, informan memberikan konfirmasibahwa data yang telah tersedia sesuai dengan yang dikatakan oleh informan dan dialami oleh informan, sehingga data yang ada merupakan data yang nyata dan tidak dibuat-buat.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat etika penelitian yang peneliti gunakan sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan menjadi Informan ( Informed Consent)
Lembar persetujuan yang diberikan kepada informan yang akan diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Jika informan bersedia untuk dilakukan wawancara dan menggunakan alat perekam, maka harus mentandatangani lembar persetujuan. Jika Informan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan informan, maka peneliti tidak akan mencantumkan identittas lengkap maupun nama asli informan pada lembar pedoman wawancara melainkan menggunakan inisial dan apabila hendak mengambil dokumentasi foto, harus seizin informan.
3. Veracity
Proyek penelitian yang dilakuakan hendaknya dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efeknya, dan apa yang akan didapat informan yang terlibat di dalamnya karena informan berhak mengetahui maksud dari penelitian.
4. Beneficence
Penelitian yang dilakukan dimana melibatkan pasien sebagai informan diharapkan juga mengandung prinsip untuk kebaikan informan, guna mendapatkan suatu metode atau konsep yang baru untuk kebaikan informan dan pasien lainnya .
5. Confidentiality
Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Sangat dianjurkan untuk tidak menyebutkan identitas informan dan mengekspos jawaban dari informan. Hal ini dimaksudkan agar informan tidak dirugikan karena dirinya merasa terekspos untuk khalayak ramai. Apabila diperlukan untuk mengekspos identitas pasien maka peneliti harus mendapatkan persetujuan dari informan dan peneliti harus menghargai hak-hak dari informan. Informasi hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan file disimpan dengan password yang hanya diketahui oleh peneliti (Hidayat, 2008).
44 A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kelurahan Benda Baru merupakan satu dari delapan kelurahan yang berada di kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yang mempunyai luas wilayah 2.88 km2 . Batas wilayah kelurahan Benda Baru adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Serua (Kec. Ciputat), sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat. Puskesmas Benda Baru mempunyai daerah cakupan kerja meliputi Kelurahan Benda Baru, Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Serua. Pada tahun 2012 di Kota Tangerang Selatan terdapat penderita pasca stroke yang terdapat di Puskesmas Benda Baru sebanyak 7 jiwa, jumlah ini tak terlalu banyak karena penderita lebih cenderung untuk berobat di rumah sakit sehingga tidak terdata di Puskesmas Benda Baru (Data Puskesmas Benda Baru tahun 2012).
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian
Gambaran hasil penelitian Pengalaman Caregiver Dalam Merawat
Pasien Pasca Stroke Di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan secara rinci menjelaskan uraian sembilan tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara, tema-tema tersebut meliputi: (1) caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang
sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan
pengobatan (6) Pengalaman menarik yang dialami caregiver (7) Perubahan yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan keluarga dan (9)
Harapan caregiver untuk pasien. 1. Karakteristik Informan
Gambaran karakteristik informan meliputi umur, jenis kelamin, menjadi caregiver di rumah pada pasien pasca stroke, dapat berkomunikasi
dengan baik. Informan dalam penelitian ini adalah caregiver utama yang
merawat pasien pasca stroke di rumah yang terdiri dari tujuh informan yang juga merupakan anggota keluarga dari pasien pasca stroke itu sendiri dengan persentase 85,72% dengan jenis kelamin perempuan dan 14,28% dengan jenis kelamiin laki-laki. Rentang usia informan penelilian yaitu 50-65 tahun.
Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama
No Nama
Inisial
Usia Hubungan Tingkat
Ketegantungan pasien Kode 1 Ny. As 61 th Istri 90/100 P1 2 Ny. Am 65 th Istri 65/100 P2 3 Ny. Mh 52 th Istri 25/100 P3 4 Ny. Rs 60 th Istri 90/100 P4 5 Ny. Zt 60 th Istri 75/100 P5 6 Tn. Dr 57 th Suami 90/100 P6 7 Ny. Eu 50 th Istri 90/100 P7
2. Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah
Berdasarkan 7 tema yang ditemukan pada saat wawancara, berikut adalah uraian dari masing-masing tema yang ditemukan, meliputi:
a. Caregiver adalah anggota keluarga
Dari hasil wawancara pada informan diketahui bahwa yang bertindak sebagai caregiver dalam merawat pasien pasca stroke ketika
di rumah adalah anggota keluarga dari pasien itu sendiri dan mereka adalah pasangan (istri/suami) dari para pasien pasca stroke tersebut namun ada beberapa juga yang menggunakan bantuan anak pasien dalam merawat klien maupun orang lain seperti tenaga ahli yaitu perawat pada pelayanan homecare stroke walaupun bantuan dari
yayasan tersebut hanya sementara dan anggota keluarga pula yang menjadi caregiver pada pasien . Berikut pernyataan informan, yaitu:
“Yang rawat ibu, haha yah kadang sama-sama yah siape aje dah yang lagi ada di rumah”(P1)
“Saya semua yang rawat, terus terang aja anak mah ga bantu yah anak perempuan pada jauh semua, kalo mantu juga ga enak
nyuruhnya” (P2)
“Sekarang yang merawat saya terus, dulu ada yang bantuin dari yayasan ,orang yayasan itu ada cuma setahun” (P3)
“Ya saya yang ngerawat, semuanya saya emang” (P4)
“Ya saya yang merawat, tapi kalau mandiin yah anak saya yang perempuan”(P5)
“Ibu sendiri yah namanya anak-anak kan pada sekolah kalo yang gede kerja”(P7)
b. Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver.
Perawatan pasca stroke di rumah meliputi memenuhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari , proses penyembuhan pada pasien dan juga membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Informan menceritakan bahwa banyak yang dilakukan untuk membantu perawatan di rumah pada pasien pasca stroke, diantaranya membantu dalam kebutuhan sehari-hari seperti membantu makan, minum, buang air besar, buang air kecil, dll), mengaktifkan sisi lemah tubuh pasien, pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, membantu sosialisasi pasien dengan lingkungan sampai mengantar pengobatan rawat jalan maupun pengobatan alternatif. Hal tersebut mencakup beberapa uraian sub tema yang berupa:
1) Pemenuhan kebutuhan sehari hari.
Kebutuhan sehari hari pasien pasca stroke akan terganggu karena keterbatasan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri, informan mengatakan bahwa sebagian besar informan sebagai caregiver membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien, mulai dari makan, eliminasi, personal hygiene dan grooming pada pasien berikut
pernyataan 5 informan:
“Bantu makannya, minumnya mandinya, buang air besarnya, buang air kecilnya, jalan-jalannya” (P2)
“Pagi mandiin, buatin sarapan, buang air besar buang air kecil, waktu ada pembantu dulu pembantu yang mandiin tapi
makan tetap saya yang kasih, siapin air untuk mandi dan sikat
gigi, nyiapin pakaian dia, buka pampers nya” (P3)
“...mau buang air besar, dicebokin dimandiin dielapin,biasa gitu pake baju,kan belon bisa makan sendiri yah disuapin” (P1)
“Masalah makan, ke kamar mandi, yah namanya ngerawat” (P6)
“Ya biasa aja pakein baju gitu kan, sampe sekarang kalo pake baju juga kadang kadang kalo ga bisa ya ga bisa tapi kadang
kadang bisa...,.... kalo makan namanya kita sebagai istri biasalah kita suapin”(P7)
Sedangkan ada dua informan yang tidak membantu dalam hal pemenuhan makan, eliminasi dan personal hygiene dikarenakan
pasien mengalami kelemahan di sisi bagian kiri sehingga masih bisa melakukan aktivitas dengan biasa, hanya dibantu sedikit oleh informan, berikut pernyataan dua informan:
“Kalo makan udah bisa sendiri, ke kamar mandi juga, paling Cumasaya kasihin air tapi dia yang cebok sendiri, kalo ambil air
sembahyang itu saya yang ambilin” (P4)
“Udah bisa jalan, bisa makan sendiri tapi kalo mandiin sama bantu kencing sih sama anak saya yang perempuan cuma elap
sama pegangin aja” (P5)
2) Membantu latihan aktifitas untuk mengaktifkan sisi ektremitas yang lemah.
Beberapa informan melakukan beberapa terapi untuk pasien agar sisi yang lemah tidak kaku dan dapat kembali dengan normal. Terapi yang dilakukan oleh informan berupa miring kanan miring kiri, jalan pagi sambil memegang batu dan tangan dikepalkan, mengajarkan pasien menggunakan tongkat dari mulai kaki limasampai satu kaki. Berikut adalah pernyataan lima informan yang melakukan terapi untuk mengatasi sisi pasien yang lemah:
“Saya coba di rumah setiap jam 4 saya miring kanan- miring kiri bantu tangannya di gerak-gerakkan biar tak kaku” (P3)
“Saya komando dia jalan di depan saya jalan dibelakang. Latihan pake batu, di depan halaman ada batu, dipegang sambil
diangkat, kalo jalan pagi sambil pegang batu dan digerakkin tangannya” (P4)
“Udah bisa jalan tapi belum lancar masih kita tuntun tapi lama lama bisa,makanya setiap pagi muter RT latihan jalan”
(P5)
“Kan ga bisa jalan ibu tuntun biar bisa jalan, ajarin pake tongkat dari yang kaki lima, kaki dua sampe yang satu, itu latih
latih aja sama saya tangannya ditekuk, terus pegang pegang bola
biar tangannya lentur” (P6)
“Jalan pagi biasanya dianter sama ibu kadang sendiri aja biar dari ujung keujung, suka latih sendiri gerak gerakin disini suka olahraga tekukin tangan”(P7)
Terdapat satu informan yang membuat modifikasi untuk terapi pada pasien pasca stroke di rumah yaitu modifikasi roll
barbel, alat tersebut menggunakan tali dengan roll dan diberi beban
sesuai dengan kebutuhan pasien.. Informan membuat modifikasi alat tersebut, hal ini dilakukan informan karena latihan ini bagus untuk melatih kekuatan otot pasien dan melatih tangan agar tidak kaku namun untuk membeli alat seperti itu membutuhkan biaya yang cukup mahal, maka dari itu informan membuat modifikasi roll barbel dengan geretan burung yang diberi beban tempat
minyak yang diisi air untuk melatih kekuatan otot pasien, berikut