• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

ERYTHRINA JULIANTI

109104000022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Erythrina Julianti

NIM : 109104000022

Judul Skripsi : Pengalaman Caregiver dalam Merawat Pasien Pasca

Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda

Baru Kota Tangerang Selatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, September 2013

(3)

iii

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN

CAREGIVER

DALAM MERAWAT PASIEN

PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH ERYTHRINA JULIANTI

109104000022

Pembimbing I Pembimbing II

Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 197704012009122003 NIP: 196808082006042001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

iv

PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA

BARU KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :

Senin, 23 September 2013

Erythrina Julianti NIM: 109104000022

Pembimbing I Pembimbing II

Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 197704012009122003 NIP: 196808082006042001

Penguji I Penguji II

Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 197704012009122003 NIP: 196808082006042001

Penguji III

(5)

v

PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA

BARU KOTA TANGERANG SELATAN

Disusun Oleh:

ERYTHRINA JULIANTI 109104000022

Jakarta, September 2013

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM NIP: 197905202009011012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

vi

Nama : Erythrina Julianti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juli 1991

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Pamulang Permai 2 Blok E 60 no.9, RT 002 RW 012.

Benda Baru - Tangerang Selatan 15416

Telepon : 021-74635037 / 0856-917-96-805

Email : eryn_erythrina@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Serua X [1997-2003]

2. SMP Negeri 2 Pamulang/SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan [2003-2006]

3. SMA Negeri 1 Cisauk/ SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan [2006-2009]

Riwayat Organisasi

1. PRAMUKA [2001-2003]

2. PASKIBRA SMPN 2 Pamulang [2003-2005]

3. Sekretaris Umum OSIS SMPN 2 Pamulang [2005-2006]

4. Bendahara ROHIS SMPN 2 Pamulang [2005-2006]

5. Pecinta Alam SMAN 1 Cisauk (Ketua Divisi Rimba Gunung) [2007-2009]

(7)

vii

(Q.S. Al-Insyirah 7,9)

SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHANKAN UNTUK...

IBUNDA TERCINTA IR. HJ. SITI JAMILAH M.MPD

Mama,

Do’a mu menjadikanku bersemangat, kasih sayangmu yang membuat

diriku semakin kuat. Hingga aku selalu bersabar melalui berbagai rintangan dalam

mengejar cita-cita hingga kini cita-cita dan harapan tersebut telah ku gapai.

AYAHANDA TERCINTA IR.PAUL KHASANUDDIN (ALM)

Papa, akhirnya anakmu kini telah menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana,

semoga anakmu ini dapat menjadi anak yang berguna bagi bangsa, agama dan

keluarga.

KELUARGA BESAR H. KARMAN ABBAS SULAIMAN

SAHABATKU TERSAYANG..

Yang telah memberikanku support, semangat dikala aku lelah maupun jatuh, serta

membantu dalam penelitian serta kesulitan dalam penyusunan skripsi ini...

Rosita Juhriati Aisyah

(8)

viii Skripsi, September 2013

Erythrina Julianti, NIM: 109104000022

Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada

Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan

xviii + 100 halaman + 7 lampiran

ABSTRAK

Caregiver utama yang sebagian besar adalah keluarga, sangat membutuhkan dukungan emosional, informasi, pengetahuan dan keterampilan selama merawat pasien pasca stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah dan bagaimana caregiver memaknai pengalaman tersebut. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam. Informan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Informan pada penelitian ini adalah

caregiver yang bertugas merawat pasien pasca stroke di rumah. Data dianalisis menggunakan tehnik Burns & Grove. Penelitian ini mengidentifikasi 9 tema, yaitu (1)

caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan informasi perawatan (4) Hambatan dalam perawatan (5) Sumber dana pengobatan (6) Pengalaman menarik yang dialami caregiver (7) Perubahan yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan keluarga dan (9) Harapan caregiver untuk pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa

caregiver yang merawat pasien pasca stroke di rumah sebagian besar dilakukan oleh pasangan dari pasien. Perawatan yang dilakukan di rumah oleh caregiver meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bantuan latihan aktivitas, pemenuhan spiritual, mengatur program pengobatan, serta membantu dalam sosialisasi dengan lingkungan. Dalam melakukan perawatan di rumah, caregiver mengalami beberapa pengalaman baik pengalaman positif seperti bertambah dekatnya pasien dengan keluarga,

caregiver dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta maupun pengalaman negatif seperti terdapatnya perubahan emosional dan perilaku pada pasien yang membuat perasaan caregiver menjadi sedih serta perubahan dalam keluarga. Pengalaman perawatan tersebut menimbulkan perubahan pada caregiver berupa perubahan psikologis, fisik, sosial dan spiritual pada caregiver keluarga dan berdampak pada kemampuan caregiver dalam merawat pasien. Pelayanan kesehatan seharusnya memberikan informasi yang lengkap terkait perawatan di rumah pasien pasca stroke dan melakukan home visit untuk mengetahui sejauh mana peran caregiver dalam merawat pasien pasca stroke. Selain itu perlu ditingkatkan bantuan dana dari pemerintah untuk menunjang pengobatan maupun rehabilitasi pasien pasca stroke.

(9)

ix Undergraduate Thesis, September 2013 Erythrina Julianti, NIM: 109104000022

Caregiver Experience in Taking Care of Post Stroke Patient at Home in the Work Area Puskesmas Benda Baru in South Tangerang City

xviii + 100 pages + 7 appendix

ABSTRACT

Primary caregivers who are mostly family, needs emotional support, information, knowledge, and skills to address the challenges during taking care of stroke patients. This study aims to determine the family caregiver experience in treating post-stroke patients and how to interpret the experience of the family caregiver. The method which is used a qualitative study with descriptive phenomenological approach, for data retrieval research conducted by in-depth interviews. Informants were selected by purposive sampling technique. Informants in this study are the caregiver in charge of caring for post-stroke patients at home. Data were analyzed using the techniques of Burns & Grove. This study identified 9 themes, are (1) the caregiver role in caring for patients at home, (2) treatments that have been performed by the caregiver for the patient at home, (3) Needed of the treatment information (4) Barriers in treatment (5) The source of funding for treatment (6) interesting experience experienced caregiver (7) The changes that occur in

caregiver (8) cohesiveness and family relationships (9) The expectations of patient’s

caregiver. The results showed that caregivers who were taking care for post-stroke patients at home are mostly done by a mate of patients. The treatment is done at home by a caregiver support includes day-to-day needs, support training activities, spiritual fulfillment, set up treatment programs, as well as assist in the socialization with the environment. In doing home care, caregiver had some interesting experiences both positive experiences such as the family get closer with patients, caregivers can get closer to the almighty or negative experiences such as the presence of emotional and behavioral changes in the patient's caregiver that makes sense to be sad as well as changes in the family . The treatment experience raises the variety of changes in the form of changes in caregiver psychological, physical, social and spiritual caregiver and family caregiver impact to the ability of the family in caring for patients post-stroke at home. Health care services should provide comprehensive information related to homecare patients with post-stroke and home visit to determine how far the role of caregiver. In addition to enhanced help of government funding to support the treatment and rehabilitation of post stroke patients.

(10)

x

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan

karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,

kesungguhan dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik

langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan

sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku

sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS dan Ibu Maftuhah M.Kep, Ph.D

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran

selama membimbing peneliti dan banyak sekali memberikan masukan dan

(11)

xi

selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak Azib Rosyidi,

S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus.

5. Kepala serta segenap Staf Puskesmas Benda Baru yang memberikan

informasi serta data dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

6. Orang Tua peneliti yaitu Ir. Paul Khasanuddin (Alm.) dan Ir. Hj. Siti

Jamilah, M.MPd yang selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada

anaknya, mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil

maupun non materiil.

7. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil

maupun non materiil.

8. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi, memberikan

makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam melaksanakan

tugas.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih

terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang peneliti

miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat

memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya

terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, September 2013

(12)

xii

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

(13)

xiii

4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengalaman ... 9

B. Caregiver ... 9

1. Fungsi Caregiver ... 10

2. Beban pada Caregiver ... 10

C. Keluarga sebagai Caregiver ... 11

1. Definisi Keluarga ... 11

2. Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan ... 11

3. Peran Keluarga sebagai Pemberi Perawatan (caregiver) ... 12

D. Stroke ... 15

1. Definisi Stroke ... 15

2. Manifestasi Klinis Stroke ... 17

3. Komplikasi Stroke ... 19

4. Penatalaksanaan Klien dengan Stroke ... 20

E. Perawatan di Rumah Klien Pasca Stroke ... 23

F. Kerangka Teori... 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 32

(14)

xiv

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 36

C. Instrumen Penelitian... 36

D. Informan Penelitian ... 37

E. Teknik Pengambilan Informan ... 38

F. Tahapan Pengambilan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Validasi Data ... 41

I. Etika Penelitian ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44

B. Analisa Tematik Hasil Penelitian ... 44

BAB VI PEMBAHASAN ... 71

A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

B. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

(15)

xv

(16)

xvi

[image:16.612.109.552.36.483.2]

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan

(caregiver) ... 13

Tabel 2.2 Penelitian Terkait ... 27

Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama ... 45

(17)

xvii

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...31

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ...32

Bagan 4.1 Teknik Analisis Data...40

Bagan 5.1. Skema Tema 2...53

Bagan 5.2. Skema Tema 3...55

Bagan 5.3. Skema Tema 4...57

Bagan 5.4. Skema Tema 5...59

Bagan 5.5. Skema Tema 6...61

Bagan 5.6. Skema Tema 7...67

Bagan 5.7. Skema Tema 8...68

(18)

xviii

Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan di PKM Benda Baru

Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang

Selatan

Lampiran 3 Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Benda Baru

Lampiran 4 Pemberian Izin Penelitian dari Kelurahan Benda Baru

Lampiran 5 Lembar Perizinan Peneliti untuk melakukan wawancara

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Informan

(19)

1 A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar

di Asia, dan menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit

jantung dan kanker (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Stroke merupakan

suatu keadaan di mana terdapat suatu gangguan aliran darah ke otak, baik

berupa penyumbatan maupun perdarahan. Penyakit stroke sering dianggap

sebagai penyakit yang menjangkit para orang tua, namun sekarang ini ada

kecenderungan juga bahwa penyakit stroke ini diderita oleh pasien di bawah

40 tahun (WHO, 2004). Hal ini dapat terjadi karena perubahan pola hidup

yang mencontoh masyarakat modern, seperti mengonsumsi fast food,

kurangnya olahraga, kebiasaan merokok dan faktor-faktor lainnya

(Mangoenprasodjo, 2005).

Setiap tujuh orang yang meninggal di Indonesia, satu diantaranya

karena stroke. Angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di Indonesia.

Bahkan, menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor

satu di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (Yayasan Stroke

Indonesia, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan

bahwa di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun

sebesar 15,9%, sedangkan di pedesaan sebesar 11,5% sedangkan di DKI

Jakarta sendiri memiliki prevalensi 12,5% dan menduduki peringkat ketiga di

(20)

7,3%, sedangkan menurut kabupaten/kota prevalensi stroke berkisar antara

2,3-8,9% (Riskesdas, 2007).

Tangerang Selatan yang dulunya sebagai kabupaten Tangerang

merupakan daerah jenis sub-urban dan merupakan daerah perluasan dari

Jakarta Selatan dan kota Tangerang, kasus penyakit seperti stroke sudah

mulai banyak berkembang, yaitu terlihat dari persentase penderita stroke di

kabupaten Tangerang sebesar 5,9% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan

dan 7,0% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan disertai dengan gejala

(Dinas kesehatan kota Tangerang, 2010). Pada usia > 60 tahun didapatkan

presentase sebesar 1,71% dan penyakit stroke ini menempati penyakit ke-13

yang sering dialami oleh masyarakat kota Tangerang dengan peringkat

pertama ditempati oleh Hipertensi yaitu dengan presentase sebesar 12,44%

dimana hypertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya serangan

stroke (Dinas Kesehatan kota Tangerang, 2010).

Walaupun di Indonesia sudah dicanangkan beberapa program untuk

membantu rehabilitasi stroke seperti homecare dan kunjungan rumah untuk

pasien stroke di rumah, tingkat penyembuhan stroke masih rendah, sebanyak

15-30%. Sekitar 25% dari pasien stroke meninggal dalam tahun pertama

setelah serangan stroke dan 14-15% mengalami stroke kedua dalam tahun

yang sama setelah mengalami stroke pertama (Sustrani, et.al 2003). Berbagai

masalah yang mungkin dialami pasien stroke antara lain:

kelumpuhan/kelemahan, gangguan keseimbangan, gangguan berbicara atau

(21)

tersebut memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya

(Mulyatsih, 2008).

Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga serta memelihara kesehatan

(health care function) bagi anggota keluarga yang menderita suatu penyakit.

Keluarga dapat menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama

periode pemulihan dan rehabilitasi klien. Jika dukungan ini tidak tersedia,

keberhasilan pemulihan dan rehabilitasi menurun secara signifikan. Penelitian

di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga

berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya (Campbell, 2000

dalam Friedman, 2003).

Dukungan dari keluarga dan pemberian perawatan jangka panjang

yang tepat membuat penderita stroke dapat memperoleh kembali kualitas

hidup mereka, sehingga ketergantungan pasien stroke terhadap orang lain

dapat diminimalkan serta proses penyembuhan pada pasien tersebut dapat

ditingkatkan. Perawatan pasca stroke di rumah yang dapat dilakukan oleh

keluarga meliputi seperti membantu aktivitas fisik, menangani kebersihan diri

(personal hygiene), membantu dalam pemberian nutrisi (makan dan minum),

kepatuhan pengobatan, mengatasi masalah emosional dan kognitif,

pencegahan terjadinya cedera atau jatuh, dan membantu pasien memenuhi

kebutuhan spiritual nya (Sustrani, et. al 2003).

Hasil penelitian Agustina dkk (2009) tentang Kajian Kebutuhan

Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke dalam aspek fisik melaporkan

adanya bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai

(22)

emosional, adanya dukungan dari orang terdekat dalam hal ini keluarga yang

sangat berperan dalam proses pemulihan kondisi klien. Selain motivasi,

perawatan yang diberikan keluarga untuk klien juga dianggap sebagai

kebutuhan yang sangat penting (Agustina, et. al 2009). Penelitian lain

mengatakan bahwa 75% pasien stroke yang dilakukan penelitian (jumlah

sample adalah 40) bahwa mereka yang tinggal dengan keluarga memiliki

kemampuan merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih maju/

lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga. Hal ini

terlihat karena besarnya dukungan dari keluarga yang membantu kesembuhan

serta emosional dari penderita itu sendiri (Mak, et. al 2006).

Dalam merawat pasien dengan keadaan pasca stroke, keluarga juga

memiliki hambatan dalam melakukan perawatan tersebut, serta banyak pula

efek yang ditimbulkan ketika dalam merawat pasien dengan pasca stroke.

Seperti dalam jurnal penelitian tentang stroke yang dilakukan menunjukkan

hasil penelitian bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat,

serta pada keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka

mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% dari family caregiver

mengalami gejala somatik / mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan

stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah ( Sit, et. al 2004).

Peneliti William E. Haley dari University of South Florida,

mengatakan, "Stres yang tinggi dapat menjadi kronis serta tak terkendali dan

merawat pasangan cacat dapat meningkatkan risiko stroke pengasuh keluarga

sebesar 23%” (www.caringnews.com, 2013). Untuk mengatasi hambatan

(23)

mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca stroke untuk berbagi

pengalaman dan menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pelaksanaan

perawatan pada pasien pasca stroke (Mak, et.al 2006).

Untuk menjelaskan fenomena perawatan stroke oleh keluarga, peneliti

melakukan beberapa studi pendahuluan yaitu wawancara pada pasien pasca

stroke di wilayah Pamulang, yaitu dua keluarga yang terdapat penderita pasca

stroke dan anggota keluarga yang merawat pasien pasca stroke yang sudah

sembuh. Responden bernama ibu Z dan ibu M, dan penderita pasca stroke

berinisial Tn. E dan Tn. N. Mereka menyatakan bahwa dukungan dan peran

keluarga sangat penting untuk pemulihan stroke bahkan mempercepat

pemulihan penderita sehingga dapat memenuhi kebutuhan serta melakukan

aktivitas seperti sedia kala, dari pernyataan diatas bahwa peningkatan

kesehatan pada pasien pasca stroke dapat dicapai lebih cepat dengan bantuan

dan partisipasi dari keluarga. Keluarga Tn.E dan Ny.Z mempunyai hambatan

berupa keterbatasan ekonomi dalam melakukan perawatan dan anggota

keluarga yang merawat yaitu Ny.Z mengalami sedikit perubahan mental

selama merawat Tn.E, yaitu merasa sedikit depresi namun Ny.Z dapat

mengatasi nya dengan tetap optimis dan meminta bantuan dengan anggota

keluarga lain, serta sering berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kondisi Tn.E sekarang sudah mulai membaik, namun seringkali terlihat

murung dan sering menyendiri ketika waktu senggang, tetapi ketika keluarga

berkumpul,Tn.E sangat senang dan semangat melakukan aktivitas.

Sedangkan keluarga Ny.M dan Tn.N dengan keadaan ekonomi yang

(24)

emosional maupun mental, karena sudah kuat dan menerima semua yang

terjadi, serta anak mereka seorang mahasiswi keperawatan, sehingga untuk

informasi dan cara perawatan sudah mulai terlaksana dengan baik, dan

keadaan dari Tn.N sendiri pun terlihat optimis walau semua aktivitas masih

dilakukan dengan bantuan minimal.

B. Rumusan Masalah

Perawatan pasien pasca stroke biasanya membutuhkan perawat

maupun fisioterapis yang membantu dalam perawatan tersebut, namun

sebenarnya pelaksanaan dengan bantuan keluarga sangatlah penting proses

pemulihan pasien stroke. Keluarga sebagai caregiver utama, sangat

membutuhkan dukungan emosional, informasi, pengetahuan dan

keterampilan untuk mengatasi ketidakpastian dan tantangan yang datang

selama merawat pasien stroke. Hasil penelitian Sit et. al (2004) menunjukkan

bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat, serta pada

keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka

mengalami kelelahan serta stress. Permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, memacu penulis untuk mempelajari lebih lanjut tentang

pengalaman keluarga merawat pasien pasca stroke di rumah. Untuk

memahami bagaimana perasaan dan pengalaman keluarga merawat anggota

keluarga pasca stroke di rumah, maka rumusan masalah dalam studi ini

adalah “Bagaimana pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasien

pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota

(25)

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman keluarga selama dalam merawat pasien pasca stroke

di rumah?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan

Untuk mengetahui pengalaman caregiver keluarga dalam merawat

pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru

kota Tangerang Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Akademis

Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah informasi

dan pengetahuan tentang pengalaman caregiver keluarga dalam dalam

merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga membantu dalam proses

penyembuhan dan pemulihan pasien pasca stroke.

2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Memberikan kontribusi pada pelayanan kesehatan di komunitas

maupun di rumah sakit. Dapat meningkatkan informasi dan kunjungan

rumah (home visit) bagi keluarga pasien pasca stroke untuk melakukan

perawatan di rumah guna membantu proses pemulihan pada pasien pasca

(26)

3. Manfaat bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini akan memperlihatkan pengalaman caregiver

keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah. Peneliti juga akan

mendapatkan informasi baru dalam perawatan pasien stroke di rumah

serta dapat mengetahui pengalaman caregiver keluarga masing-masing

dalam merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu

keperawatan.

4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga

Untuk menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pasien dan

khususnya keluarga dalam melakukan perawatan di rumah secara baik

guna membantu proses pemulihan pasien pasca stroke tersebut dan juga

membantu keluarga dalam meningkatkan koping untuk menuju kualitas

hidup menjadi baik dan sejahtera.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui Gambaran peran keluarga dalam

perawatan di rumah pasca stroke di daerah Tangerang Selatan dikarenakan

belum pernah dilakukan penelitian tentang hal tersebut di daerah ini dan

merupakan daerah perluasan baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat

dilihat pelaksanaan perawatan di daerah yang peralihan antara desa dan kota

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman

Pengalaman adalah pengetahuan dan hasil observasi terhadap sesuatu

benda atau kejadian. Pengalaman tidak hanya memahami, tetapi merupakan

proses aktif dari penemuan dan perubahan dalam memahami situasi nyata

(Benner & Wrubel, 1982 dalam Tomey, 2006). Menurut Heidger dan

Gadamer (1970, dalam Tomey, 2006), pengalaman adalah hasil dari

perubahan yang terjadi pada situasi nyata yang dialami seseorang. Dari teori

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman adalah perubahan aktif

yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil observasi terhadap

kejadian atau mengalami langsung.

Pengalaman terdiri dari immediacy of experience yang diartikan

sebagai pengalaman baru yang dialami seseorang terhadap suatu kejadian dan

subjective experience merupakan persepsi yang dibentuk dari hasil interaksi

yang lama dengan kejadian atau situasi kejadian (Emerson, 2009). Dalam hal

ini pengalaman caregiver keluarga merupakan pengalaman berdasarkan hasil

interaksi yang lama dengan situasi kejadian.

B. Caregiver

Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada

orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena

penyakit dan keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Caregiver dibagi menjadi

(28)

individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan

perawatan secara keseluruhan, paruh waktu , tinggal bersama maupun

terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah

caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan baik diberi

pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).

1. Fungsi caregiver

Fungsi dari caregiver adalah merawat klien yang menderita

suatu penyakit termasuk juga menyediaan makanan, membawa klien ke

pelayanan kesehatan, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang

dan perhatian (Tantono et.al, 2006). Caregiver juga membantu klien

dalam mengambil keputusan atau pada stadium akhir penyakitnya, justru

caregiver ini yang bertugas membuat keputusan untuk kliennya. Keluarga

caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh

klien (Tantono et.al, 2006)

2. Beban pada caregiver

Beban caregiver didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental

atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis,

anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver dibagi atas

dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif caregiver

adalah respon psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat perannya

dalam merawat klien dengan penyakit. Sedangkan beban objektif

caregiver yaitu masalah praktis yang dialami oleh caregiver, seperti

masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam

(29)

caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban

psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah

waktu energi dan uang. Tugas ini seringkali dirasakan tidak

menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara

fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu,

marah, tegang, tertekan, lelah, dan tidak pasti (Louw Anneke, 2009).

C. Keluarga sebagai Caregiver

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan

mempertahankan kebudayaannya (Suprajitno, 2004). Menurut Burgess

(1963 dalam Friedman, 2003), definisi keluarga diantaranya adalah:

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam

satu rumah tangga.

3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu,

anak laki-laki dan anak perempuan serta saudara (Friedman, 2003).

2. Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan

Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga, keluarga sebagai

(30)

keluarga. Keluarga mempunyai tugas di bidang perawatan kesehatan yang

perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya (Suprajitno,

2004).

3. Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver)

Bila salah satu anggota keluarga menderita gangguan kesehatan,

satu atau lebih anggota keluarga mengemban peran sebagai pemberi

asuhan/caregiver (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Pemberi

perawatan/caregiver adalah seseorang yang secara langsung terlibat dalam

perawatan. Di dalam keluarga peran caregiver ini merupakan sebuah peran

informal. Peran caregiver adalah membantu memberikan perawatan pada

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Caregiver

berfungsi untuk menjaga keseimbangan /homeostasis atau stabilitas dari

keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Menurut Wahit Mubarak

pemberi perawatan terbesar adalah seorang wanita, wanita lebih kepada

mengerjakan perawatan yang lebih sulit seperti buang air, mandi,

berpakaian, sedangkan laki-laki lebih kepada kebutuhan finansial,

(31)
[image:31.842.217.760.18.504.2]

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver)

Diagnosa NANDA NIC NOC

Ketegangan peran pemberi asuhan /

Caregiver Role

Strain

Definisi :

Kesulitan dalam

melakukan peran

sebagai caregiver.

Berhubungan

dengan:

Status kesehatan

penerima asuhan dan

pemberi asuhan,

Caregiver Support (7040)

Activities:

1) Determine caregiver‟s level of knowledge

2) Determine caregiver‟s acceptance of role

3) Accept expressions or negative emotion

4) Acknowledge difficulties of caregiving role

5) Explore with the caregiver strength and weaknesses

6) Acknowledge dependancy of patient on caregiver, as

appropriate

7) Make positive statements about caregiver‟s efforts

8) Encourage caregiver to asssume responbility, as

appropriate.

9) Provide support for decisions made by caregiver

10)Encourage the acceptance of interdependency among

family members

11)Monitor family interaction problems related to care of

Caregiver Home Care Readiness (2202)

Indicators:

1) Willingness to assume caregiving role.

2) Participation in desicions about home

care.

3) Knowledge about caregiving role.

4) Demonstration of positive regard for

care recipient.

5) Knowledge of care recipient‟s disease

process

6) Knowledge of recommended treatment

regimen

7) Knowledge of prescribed activity

8) Knowledge of follow up care

9) Knowledge of financial resources

(32)

sumber daya, dan

sosioekonomi .

patient

12)Monitor for indicators of stress

13)Explore with caregiver how she/he is coping

14)Teach caregiver stress management techniques

15)Encourage caregiver participation in support groups

16)Inform caregiver of health care and community resources

17)Discuss caregiver limits with patient

18)Support caregiver in setting limits and taking care of self.

11) Knowledge of when to contact health

professional.

12) Perceived social support for caregiving

13) Confidence in ability to manage care at

home.

14) Willingness to involve care recipient in

planning care.

15) Evidence of plans for caregiver backup

16) Participation in discharge planning.

Measurement Scale

1: Not Adequate

2: Slightly Adequate

3: Moderately adequate

4: Substantially adequate

(33)

D. Stroke

1. Definisi Stroke

a. Pengertian

WHO mendefinisikan stroke sebagai sindroma klinis dengan

gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang

berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian

atau kecacatan yang menetap tanpa ada penyebab lain selain gangguan

pembuluh darah otak ( WHO dalam Truelsen, et. al 2006). Stroke atau

serangan otak adalah kondisi abnormal dari pembuluh darah otak,

dikarenakan adanya perdarahan pada otak atau adanya pembentukan

embolus atau thrombus yang menghambat aliran darah dalam

pembuluh darah arteri (Smeltzer & Bare, 2002).

Kondisi ini menyebabkan terjadinya iskemia jaringan otak yang

seharusnya secara normal diperdarahi oleh pembuluh darah yang telah

rusak tersebut (Christenseen & Kockrow, 2005). Stroke mengacu

kepada setiap gangguan neurologi mendadak yang terjadi akibat

pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri otak.

(Price & Wilson, 2006).

Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan aliran

suplai darah ke otak yang terjadi secara mendadak yang dapat

menimbulkan kecacatan menetap atau bahkan kematian.

b. Etiologi

Penyebab terjadinya serangan stroke seperti terlihat dari

(34)

dua jenis gangguan vaskuler, yaitu : iskemia (pasokan darah yang

kurang) atau hemoragik (bocornya darah dari pembuluh darah intra

cranial). Keadaan ini dapat terjadi bersamaan atau secara mandiri.

Pada keadaan hemoragik akan menyebabkan peningkatan volume otak

yang memicu terjadinya peningkatan tekanan intracranial, sehingga

membuat daerah otak tertentu menjadi iskemia. Begitu juga

sebaliknya, iskemia yang dikarenakan adanya thrombus atau embolus

dapat memicu terjadinya perdarahan.

Sebuah thrombus dimulai dengan adanya kerusakan lapisan

endothelial pada pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan

penyebab utama (Anne Alexandrov dalam Williams, 2010). Penyebab

hampir 70 persen kasus stroke hemoragik terjadi pada klien hipertensi.

Kejadian stroke yang lainnya dapat disebabkan karena spasme arteri

serebral yang dipicu oleh adanya iritasi, sehingga aliran darah ke otak

menurun karena terjadi vasokonstriksi (Smeltzer & Bare, 2002).

c. Patofisiologi

Patofisiologi atau proses perjalanan penyakit stroke menurut

(Black dan Hawk, 2009), dilandasi oleh sifat otak yang sangat

sensitive terhadap kehilangan suplai darah, dimana otak tidak dapat

melakukan metabolisme anaerob dalam keadaan kurang oksigen dan

nutrisi. Kondisi hipoksia otak memicu terjadinya iskemia otak.

Iskemia pada jaringan bagian distal termasuk otak yang mendapatkan

suplai darah dari arteri terkait disebabkan oleh adanya oklusi

(35)

menyebabkan edema disekitar jaringan. Iskemia inilah yang dapat

mengganggu metabolisme jaringan otak, karena minimnya suplai

oksigen dan nutrisi. Iskemia dalam waktu singkat memicu terjadinya

deficit neurologi atau TIA (Transient Iscemic Attact) dan jika aliran

darah ke otak ini tidak segera tergantikan maka jaringan otak akan

mengalami kerusakan yang irreversible atau infark dalam hitungan

menit. Kondisi iskemia yang mengganggu metabolisme otak, sel mati

dan terjadi perubahan yang permanent dalam 3- 10 menit (Black &

Hawk, 2009).

2. Manifestasi klinik stroke

Manifestasi klinik klien yang terkena serangan stroke menurut

(Black & Hawk, 2009), bervariasi tergantung pada penyebabnya, luas

area neuron yang rusak, lokasi neuron yang terkena serangan, dan

kondisi pembuluh darah kolateral di serebral. Manifestasi dari stroke

iskemik termasuk hemiparesis sementara, kehilangan fungsi wicara dan

hilangnya hemisensori (Black & Hawk, 2009).

Stroke dapat dihubungkan dengan area kerusakan neuron otak

maupun defisit neurologi, menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi

klinis dari stroke meliputi:

a. Kehilangan Motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan

mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.

Disfungsi motor yang paling umum adalah Hemiparesis (kelemahan)

dan hemiplegia (paralisis pada satu sisi tubuh) sering terjadi setelah

(36)

atau bagian tengah arteri serebral, sehingga memicu terjadinya infark

bagian motorik dari kortek frontal.

b. Aphasia, klien mengalami defisit dalam kemampuan berkomunikasi,

termasuk berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa lisan.

Terjadi jika pusat bahasa primer yang terletak di hemisfer yang

terletak di hemisfer kiri serebelum tidak mendapatkan aliran darah

dari arteri serebral tengah karena mengalami stroke, ini terkait erat

dengan area wernick dan brocca.

c. Disatria, dimana klien mampu memahami percakapan tetapi sulit

untuk mengucapkannya, sehingga bicara sulit dimengerti. Hal ini

disebabkan oleh terjadinya paralisis otot yang bertanggung jawab

untuk menghasilkan bicara.

d. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang

dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika klien mengambil sisir

dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

e. Disfagia, dimana klien mengalami kesulitan dalam menelan karena

stroke pada arteri vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf yang

mengatur proses menelan, yaitu N V (trigeminus), N VII (facialis), N

IX (glossofarengeus) dan N XII (hipoglosus).

f. Pada klien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan

seperti diplopia.

g. Horner‟s syndrome, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus simpatis

(37)

mata atas, kelopak mata bawah agak naik keatas, kontriksi pupil dan

berkurangnya air mata.

h. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon stimulus

dari sisi kontralateral infark serebral, sehingga mereka sering

mengabaikan salah satu sisinya

i. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari lobus

parietal yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior dan medial.

j. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian otak

yang mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang bervariasi,

yaitu bagian kortek serebral, area temporal, limbik, hipotalamus,

kelenjar pituitari yang mempengarui korteks motorik dan area bahasa.

k. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan salah

satu bentuk neurogenic blader atau ketidakmampuan kandung kemih,

yang kadang terjadi setelah stroke. Saraf mengirimkan pesan ke otak

tentang pengisian kandung kemih tetapi otak tidak dapat

menginterpretasikan secara benar pesan tersebut dan tidak

mentransmisikan pesan ke kandung kemih untuk tidak mengeluarkan

urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi urgensi dan

inkontinensia.

(Black & Hawk, 2009) dan (Smeltzer & Bare, 2002)

3. Komplikasi Stroke

Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran

(38)

a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah

adekuat ke otak.

b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,

dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian

intarvena) harus menjamin penurunn viskositas darah dan

memperbaiki aliran darah serebral.

c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

(Smeltzer & Bare, 2002)

4. Penatalaksanaan Klien dengan Stroke

Penanganan klien stroke merupakan tanggung jawab dari semua

pihak, baik dari tenaga kesehatan, klien dan juga keluarga.

a. Penatalaksanaan Medis.

Manajemen medis pada klien stroke adalah sejak awal dilakukan

diagnosis sesegera mungkin. Menurut Black dan Hawk (2009) tujuan

yang lainnya adalah mempertahankan oksigenasi, mencegah

komplikasi dan kekambuhan, serta merehabilitasi klien stroke dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi stroke sejak awal.

2. Mempertahankan oksigenasi serebral untuk mencegah hipoksia

dan mencegah peningkatan iskemia serebral.

3. Memulihkan aliran darah serebral.

4. Mencegah komplikasi, misalnya perdarahan, edema serebral,

(39)

5. Rehabilitasi setelah stroke. Intervensi ditujukan pada

memaksimalkan pemulihan fisik dan kognitif sejak awal serangan

stroke (Black & Hawk, 2009). Pada klien dewasa yang

mengalami injuri otak dan mengalami kerusakan saraf, dengan

dilakukan pembelajaran ulang (relearning) segera dapat

menggantikan kemampuan yang telah hilang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan.

Perawat memiliki peran yang sangat penting

dalam penatalaksanaan klien stroke secara umum Menurut

Hickey (2003), diantaranya:

1) Pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke merupakan

tindakan preventif, dalam mengidentifikasi faktor resiko dan

bekerja sama dengan klien tidak hanya memodifikasi faktor resiko

tersebut tapi juga dalam mengembangkan pola hidup lebih sehat.

2) Manajemen penanganan klien pada fase akut,sehingga kondisi

klien menjadi stabil dan melindungi klien dari kerusakan otak lebih

lanjut karena iskemia.

3) Early focus rehabilitation. Rehabilitation dimulai segera setekah

klien kondisinya stabil dan perawat perlu bekerjasama dengan tim

yang lain untuk mengembangkan rencana perawatan klien..

4) Discharge planning dan perawatan berkelanjutan bagi klien harus

sudah direncanakan program rehabilitasi.

5) Pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,ini membutuhkan

(40)

dilakukan secara berkelanjutan setelah klien pulang oleh pemberi

layanan kesehatan dikomunitas.

c.Program rehabilitasi untuk klien pasca stroke.

Program rehabilitasi yang sudah dicanangkan yaitu adanya

program homecare yang dilakukan oleh perawat maupun oleh

fisioterapi untuk mengembalikan fungsi tubuh dari klien dengan

stroke. Program rehabilitasi tahap paska akut dimulai dengan

mengevaluasi tingkat ketidakmampuan dan kemampuan yang masih

tersisa. Proses evaluasi ini meliputi pemeriksaan neurologis

menyeluruh untuk menentukan defisit neurologis yang terjadi,

mencari faktor resiko yang dapat menghalangi proses pemulihan, serta

mengevaluasi psiko-sosiologik klien dan keluarga. Apabila hal

tersebut telah diketahui, maka proses pemulihan dapat dimulai dengan

melakukan latihan aktif dan pasif. Latihan mobilisasi pasif dan aktif

ini dilakukan dengan menggerakan semua sendi pada anggota gerak

yang lumpuh. Apabila terjadi paralisis, maka latihan ROM pasif dapat

dilakukan oleh perawat, fisiotherapis atau keluarga klien. Tindakan

selanjutnya yaitu melakukan aktivitas elevasi dengan cara

meninggikan letak kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai

posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi duduk. Apabila klien

sudah dapat duduk secara aktif, maka latihan berdiri dan berjalan

dapat dimulai.

Peran keluarga sangat diperlukan dalam latihan berdiri dan

(41)

kemampuan mereka. Selain itu klien mulai diperkenalkan program

Activity of Daily Living/ADL untuk mengetahui kegiatan sehari-hari

yang bisa dilakukan oleh klien dan untuk mengukur tingkat disabilitas

klien dapat menggunakan The Barthel Index yang dapat digunakan

juga untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan pasien.

Sedangkan di Puskesmas sendiri sekarang sudah mulai dicanangkan

program kunjungan rumah bagi klien dengan stroke, dalam kunjungan

rumah tersebut klien pasca stroke dan keluarga diberikan informasi

terkait perawatan di rumah, serta kunjungan rumah tersebut juga dapat

bekerja sama dengan pihak rumah sakit.

E. Perawatan di rumah klien pasca stroke

Perawatan di rumah sangat bermanfaat dalam masa transisi setelah

klien pulang dari perawatan di rumah sakit rehabilitasi. Perawatan di rumah

diperlukan oleh penderita stroke yang memasuki fase subakut atau fase

pemulihan serta penderita stroke pada fase lanjut atau kronis. Fase sub

akut/pemulihan umumnya berlangsung mulai dari 2 minggu sampai dengan 6

bulan pasca stroke, ditandai oleh adanya pemulihan dan organisasi pada

system saraf (Sismadi, 2005). Fase ini merupakan fase penting untuk

pemulihan fungsional. Perawatan di rumah seringkali dihubungkan dengan

perawat ataupun fisioterapis,namun pada hakikatnya keluarga lah yang dapat

merawat secara penuh bagi klien. Menurut Mulyatsih (2008) bahwa

perawatan klien pasca stroke di rumah mencakup beberapa hal, diantaranya :

(42)

Apabila sewaktu pulang ke rumah klien belum mampu bergerak

sendiri, aturlah klien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring ke

salah satu sisi, dengan memberikan perhatian pada bagian lengan atau

kaki yang mengalami kelumpuhan/lemah. Posisi lengan atau kaki

diganjal bantal untuk memperlancar arus balikdarah ke jantung agar

mencegah terjadinya edema. Keluarga juga dapat mencegah terjadinya

kekakuan pada tangan dan kaki yang lemah dengan latihan gerak sendi

minimal dua hari sekali.

2. Mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah.

Pada klien yang masih mengalami kelemahan pada anggota

gerak atas, beri dukungan kepada klien untuk mengaktifkan tangan yang

lemah tersebut. Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan

harian lain menggunakan tangan yang masih lemah dibawah pengawasan

dari keluarga. Dengan hal tersebut sel-sel otak akan terstimulasi untuk

berlatih kembali aktivitas yang dipelajari sebelum sakit.

3. Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien.

Keluarga hendaknya menjauhkan atau menghindarkan barang

atau keadaaan yang dapat membahayakan keselamatan klien, misalnya:

nyala api, benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Keluarga juga harus

menyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh klien dengan menaruhnya di

tempat yang mudah dijangkau oleh klien. Kamar mandi juga selalu

disediakan keset agar tidak licin, serta penerangan di ruangan pun jangan

terlalu silau maupun redup. Tempat tidur disesuaikan dan hendaknya

(43)

4. Membantu dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya jatuh.

Untuk melatih keseimbangan berdiri, keluarga dapat membantu

dengan melatih berjalan dan jika memungkinkan biarkan klien berusaha

sendiri, dengan keluarga menemani disamping sisi klien yang lemah.

5. Membantu dalam eliminasi (buang air kecil dan besar)

Keluarga dapat menyediakan urinal terutama di malam hari

untuk mencegah klien mengompol, dan untuk membantu klien agar tidak

mengalami konstipasi yaitu dengan cara memotivasi klien untuk bergerak

aktif, mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 8

gelas perhari dan membiasakan duduk di kloset secara teratur.

6. Membantu dalam personal hygiene dan grooming bagi klien.

7. Membantu dalam mengatasai gangguan menelan pada klien.

Dalam hal ini yang harus dilakukan keluarga adalah pada saat

makan klien duduk di kursi atau makan di tempat tidur dengan duduk

tegak 60-90 derajat, ketika klien menelan anjurkan klien untuk memutar

kepala ke sisi yang lemah dan menekuk leher dan kepala untuk

mempermudah menutupnya jalan nafas ketika klien menelan.

8. Membantu dalam hal berkomunikasi.

Pada saat berbicara dengan klien usahakan wajah kita

menghadap lurus ke arah klien agar klien bisa melihat gerak bibir dan

ekspresi wajah kita. Usahakan berbicara perlahan, tenang, dengan

intonasi suara normal jangan berteriak. Anjurkan dan berikan kesempatan

(44)

menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh, jangan cemas apabila

klien memberikan jawaban yang kurang jelas.

9. Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan.

Klien harus bersosialisasi agar tidak merasa jenuh dan rendah diri.

10. Membantu dalam proses berfikir/kognitif klien.

Keluarga dapat mengorientasikan kembali pemahaman klien

terhadap tempat, waktu dan orang. Hal lain yang bisa dilakukan dengan

mengajak klien untuk mebicarakan masa lalu yang menyenangkan.

11. Memenuhi kebutuhan spiritual dan psikososial klien.

Keluarga dapat memberikan support mental dan selalu

mengorientasikan klien kepada realita yang terjadi. Keluarga harus

bersifat optimis, bahwa klien akan mengalai kemajuan. Selalu berkumpul

dengan keluarga dan melakukan ibadah secara bersamaan/ berjamaah

untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

12. Mengatasi gangguan seksual pada klien.

Dengan cara konsultasi dengan tim kesehatan dan mempererat

hubungan dengan pasangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.

13. Membantu dalam mengisi waktu luang dan hobi yang dimiliki klien.

(Mulyatsih, 2008 dan Sismadi, 2005)

Berdasarkan dengan topik penelitian yang akan dilakukan, terdapat

beberapa penelitian yang terkait dengan perawatan di rumah pada klien pasca

stroke, keadaan keluarga yang merawat klien pasca stroke, hambatan yang

terjadi selama perawatan, hingga perubahan yang terjadi selama pelaksanaan

(45)
[image:45.842.68.757.14.504.2]

Tabel 2.2 Penelitian Terkait Judul Penelitian Penulis Variabel

Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku dalam meningkatkan kapasitas fungsional klien pasca stroke Irdawati dan Winarsih Nur Ambarwati  Pengetahuan dan Sikap keluarga  Kapasitas fungsional klien pasca stroke Analitik Observasional dengan menggunakan

desain Cross Sectional.

 Selain pengetahuan, sikap dan perilaku faktor

yang penting dalam perawatan klien pasca

stroke adalah dukungan keluarga

 Penderita stroke dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain,

jika hal tersebut di dukung motivasi dari

keluarga penderita.

Kajian kebutuhan

perawatan di

rumah bagi klien

dengan stroke di

Rumah Sakit Hana Agustina Rismadewi, Ayu Prawesti Priambodo dan Irman Somantri Kebutuhan perawatan klien yang menderita

stroke di

Metode Explanatory

Descriptive.

 Dalam aspek fisik, adanya bantuan dari pihak

lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai

pengaturan nutrisi, bantuan eliminasi,

pergerakan tubuh, perawatan diri.

(46)

Umum Daerah

Cianjur

rumah. orang terdekat dalam hal ini keluarga

merupakan kebutuhan yang dianggap sangat

berperan dalam proses pemulihan kondisi klien

Changing needs of

Chinese family

caregivers of

stroke survivors

Annie KM.

Mak , Ann

Mackenzieand

May H. Lui

Perubahan

kebutuhan

Caregiver

klien stroke.

Deskriptif Korelasional

dengan desain

within-subjects design

 75% klien stroke yang dilakukan penelitian

(jumlah sample adalah 40) bahwa mereka yang

tinggal dengan keluarga memiliki kemampuan

merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi

yang lebih maju/ lebih cepat dibandingkan

dengan yang tidak dirawat oleh keluarga

 Dalam mengatasi hambatan sebagian keluarga

mencari tahu tentang perawatan serta

mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca

stroke untuk berbagi pengalaman dan

menyelesaikan masalah perawatan pada klien

pasca stroke.

Stroke care in the

home : the impact

of social support

Janet WH.Sit,

Thomas KS

Wong, Michael

Kesehatan

umum

caregiver klien

Desain cross-sectional

deskriptif

Dalam merawat klien stroke, Caregiver

mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40%

(47)

on the general

health of family

caregivers

Clinton,

Leonard SW.,

and Yee-man.

stroke mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan

stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah

Satisfaction with

care as a

quality-of-life predictor for

stroke

patients and their

caregivers

Jane M. Cramm,

Mathilde M. H.

Strating and

Anna P. Nieboer

Kualitas hidup

klien stroke

dan keluarga.

Desain Cross-sectional Kepuasan yang lebih tinggi dikaitkan dengan

hasil kualitas hidup yang lebih tinggi untuk klien

maupun keluarga.

Tenaga proffesional harus menyediakan

pelayanan suportif yang memadai dan informasi

tentang stroke untuk mencegah penurunan

kepuasan

Seeking harmony

in the provision of

care to the

stroke-impaired: views of

Chinese family

caregivers

Regina LT.Lee

and Esther SB.

Mok.

Kesesuaian

kebutuhan

perawatan

klien stroke

Grounded Theory Untuk harmonisasi kebutuhan proses perawatan

ada 5 tahap, yaitu:

 Hidup dengan seimbang

 Memonitor progress pemulihan

 Menerima hambatan yang ada

 Pertemuan keluarga untuk mengatasi masalah

(48)

F. Kerangka Teori

Perawatan klien pasca stroke di rumah adalah sebagai bagian dari

proses pemulihan klien sehingga klien dapat mencapai kondisi yang optimal,

tidak terjadi kekambuhan dan komplikasi (Ignatavicius & Workman, 2010).

Sebagaimana Strauss dan Corbin membagi menjadi komponen fisik yaitu

klien/ yang menderita suatu penyakit dan organisasi kerja yang terdiri dari

pelayanan kesehatan dan keluarga (Tomey, 2006). Perawatan pasca stroke di

rumah dapat diinformasikan oleh perawat dari rumah sakit, namun

pelaksanaan nya dapat dibantu oleh keluarga di rumah. Sebagaimana fungsi

keluarga sendiri meliputi fungsi perawatan kesehatan yang tujuannya untuk

menjaga, membantu serta merawat anggota keluarga yang sakit. Peran serta

dukungan keluarga akan mempengaruhi dalam perawatan anggota keluarga

yang sakit ( Friedman, Jones & Bowden, 2003).

Dengan pengalaman klien selama sakit dapat mempengaruhi

pandangan klien terhadap dirinya sendiri dan pandangan terhadap keluarga

klien. Hal tersebut akan mempengaruhi dari konsep diri dan interaksi klien

dengan orang lain. Perawatan di rumah yang dibantu oleh keluarga, maka

anggota keluarga yang sakit akan merasa lebih tenang dan nyaman karena

dikelilingi oleh orang yang disayanginya. Peran dari pelayanan kesehatan,

dalam memberikan informasi, klien itu sendiri, peran keluarga dan

lingkungan rumah yang dianggap sebagai lingkungan yang nyaman bagi klien,

turut serta dalam peningkatan kesehatan bagi keluarga serta pemulihan dari

anggota keluarga yang sakit tersebut dan mencapai kesehatan / kesembuhan

(49)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Theory of Trajectory for Chronic Illness by Strauss & Corbin (1988) dalam Tomey,2006 dan Social Support System Theory dalam Friedman,2003)

Mempengaruhi

Mempengaruhi

Physical Component of Disease Total Organization of Work

Pengalaman klien selama sakit stroke

Who Suffer the Illness (Patient)

Fungsi perawatan keluarga

Peran sebagai caregiver

Managemen penyebab penyakit stroke.

Managemen pengaruh hidup dengan sakit stroke

Managemen gangguan koping pada klien yang menderita stroke

Pengalaman merawat anggota keluarga dengan stroke (Klien) :

Anggota keluarga yang merawat

Peran keluarga terhadap perawatan

Hambatan yang terjadi selama perawatan dan cara keluarga mengatasi hambatan tersebut

Perasaan keluarga selama melakukan perawatan di rumah

Harapan keluarga terhadap pasien Healthcare Proffesional (Nursing) Family Pandangan terhadap kelemahan pada diri sendiri Hubungan emosional dengan keluarga setelah menderita stroke.

Konsep diri klien dan Interaksi klien dengan orang lain setelah

mengalami stroke

Perubahan status kesehatan Klien dan keluarga

Perawatan di Rumah pada klien pasca

stroke

Faktor Eksternal

Family Support

Kemampuan Finansial

Kualitas Health Care Provider

(50)

34 A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah ingin mengekplorasi dan mengidentifikasi lebih

mendalam tentang pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke

di rumah, beserta caregiver yang berperan, hambatan keluarga, cara keluarga

dalam mengatasi hambatan, pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga tersebut

terhadap perawatan di rumah, dan perasaan serta pengalaman positif dan

negatif selama merawat klien. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka

konsep yang akan dilakukan oleh peneliti.

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual

Sumber (Caplan, 1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) Pengalaman keluarga dalam

merawat anggota keluarga pasca stroke

Caregiver yang bertindak dalam merawat pasien pasca stroke.

 Pengetahuan keluarga terhadap perawatan pasca stroke

 Peran keluarga terhadap perawatan pasca stroke

 Hambatan serta perubahan yang terjadi dan cara keluarga mengatasi hambatan yang ada

(51)

B.Definisi Istilah 1. Pengalaman

Perubahan aktif yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil

observasi terhadap kejadian atau mengalami langsung (Tomey, 2006).

2. Perawatan di Rumah

Suatu aktivitas yang dilakukan oleh keluarga atau pengasuh di rumah untuk

mengembalikan fungsi normal, memberikan kenyamanan dan ketenangan

bagi klien yang menderita sakit sehingga dapat terpenuhi kebutuhannya

serta menjalani aktivitas kembali seperti sedia kala (Mulyatsih, 2008).

3. Pasca Stroke

Kondisi individu setelah terserang stroke (brain attack) sehingga

mengakibatkan kelumpuhan pada individu dan pada umumnya akan

berdampak pada fisik dan psikologis individu (Smeltzer & Bare, 2002).

4. Caregiver Keluarga

Caregiver keluarga didefinisikan sebagai individu yang memberikan

asuhan keperawatan berkelanjutan secara sungguh-sungguh setiap hari bagi

anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer EA dalam

Tantono, 2006)

5. Pengalaman Keluarga

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik

dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman

mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang

(52)

34

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi

penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis

data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan

tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti.

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini

merupakan metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu

pertanyaan, dilakukan secara sistematik menggunakan prosedur untuk

menjawab pertanyaan, menghasilkan suatu temuan yang dapat dipakai

melebihi batasan-batasan penelitian yang terdapat pada penelitian kuantitatif

(Saryono & Mekar, 2010). Desain yang digunakan adalah deskriptif dimana

penelitian deskriptif ini dapat dikatakan observasi klinis dan dapat mengarah

ke studi eksplorasi (Polit & Beck, 2004).

Pada penelitian ini pendekatan desain deskriptif yang digunakan adalah

pendekatan Deskriptif Fenomenologi. Deskriptif Fenomenologi merupakan

pendekatan yang menjelaskan fakta-fakta atau fenomena tersebut dan

berusaha memahami tingkah laku manusia berdasarkan perspektif informan.

Penelitian ini berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian

pengalaman yang seperti apakah yang terlihat pada fenomena (Polit & Beck

(53)

menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan

makna hidup serta informan akan menceritakan pengalaman mengenai suatu

peristiwa yang dialaminya. Spigelberg (1975 dalam Streub

Gambar

Tabel 2.1  Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
Tabel 2.1   Nursing Care Plan untuk Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver)
Tabel 2.2 Penelitian Terkait
Gambaran hasil penelitian Pengalaman Caregiver Dalam Merawat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kriptografi klasik, penulis memilih algoritma Columnar Transposition Cipher dikarenakan menggunakan teknik transposisi yang mengubah posisi karakter teks asli

menghasilkan produk konstruksi. Pengelolaan supply chain di industri konstruksi adalah salah satu usaha peningkatan kinerja. Pengelolaan supply chain harus efektif dan

Setelah diketahui metode-metode yang digunakan dalam penentuan arah kiblat juga hasil yang diperoleh dari pengukuran ulang masjid-masjid di Tulungagung, maka peneliti

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi ini dengan judul “Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna BPJS

Untuk identifikasi bahan dengan sampel minyak zaitun ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat spektroskopy fluoresensi dengan menggunakan alat ukur panjang gelombang berupa

Di dalam Laporan Praktek Kerja dan Tugas Akhir ini tidak dapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

Selain otomatis memberi peringatan sertifikat mana saja yang sudah memasuki masa tenggang dan harus segera diperbarui serta sertifikat mana saja yang sudah hangus

Selain otomatis memberi peringatan sertifikat mana saja yang sudah memasuki masa tenggang dan harus segera diperbarui serta sertifikat mana saja yang sudah hangus