• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu konsep sangat menentukan karena sukses suatu riset tergantung dari seberapa jelas peneliti mengkonseptualisasikan sesuatu dan seberapa jauh orang lain dapat memahami konsep yang digunakan. Konsep adalah sejumlah pengertian atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi dan perilaku tertentu. Membangun sebuah kerangka konseptual akan membantu peneliti dalam mengendalikan maupun menguji suatu hubungan, serta meningkatkan pengetahuan atau pengertian terhadap suatu fenomena yang diamati.

Secara umum kerpibadian manusia terbagi menjadi dua aspek pokok yaitu introvert dan ekstrovert. Pada dasarnya orang-orang yang berifat ekstrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan menerima masukan dari pihak luar, berjiwa sosial, aktif, penuh perhatian, dominan, bersemangat, suka berteman dan ramah tamah. Adapun tipe introvert kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, gemar melakukan hobi, menyelesaikan tugas, pasif, menenggelamkan keinginan.

Disisi lain tolransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan, perilaku dan praktik keagamaan orang lain yang berneda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik. Dengan demikian orang-orang yang mempunyai

kepribadian dari aspek ekstrovert biasanya lebih mempunyai sikap toleransi yang baik karena sifatnya yang lebih terbuka secara sosial dan berminat terhadap keanekaan termasuk menerima keanekaragaman agama yang ada disekitar lingkungan dari pada orang-orang yang mempunyai kepribadian dari aspek introvert karena libih bersifat individual atau fokus pada keadaan diri sendiri. Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama.

Memahami lingkungan sekolah tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan kosepsi pendidikan, sebab pendidikan itu merupakan dalam bermacam-macam situasi dan lingkungan. Disisi lain pendidikna adalah suatu proses dimana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol sehingga ia dapat mengembangkan diri pribai secara optimum dan kompeten dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Pada dasarnya lingkungan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pada kali ini peran sekolah sebagai institusi dinyatakan sebaga berikut: peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara indivdual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk mengembankan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu harus mengandung nilai-nilai yang serasi dengan kebudayaan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan sebagai lembaga pendidikan. Dengan demikian pendidikan di sekolah dilihat dari

sudut sosial dan spiritual, berfungsi mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan norma-norma kehidupan.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka bentuk dan jenis lingkungan sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap terhadap pembentukan sikap, penerimaan, tingkah laku dan toleransi setiap siswa terhadap berbagai kemajemukan (etnis, organisasi dan agama). Hal tersebut mengindikasikan bahwa bentuk dan jenis lingkungan pendidikan tidak bisa diabaikan sebagai faktor penting dalam mengukur toleransi beragama dikalangan siswa. Pengabaikan terhadap masalah ini barangkali dapat membuat pembacaan terhadap toleransi beragama di kalangan siswa itu tidak utuh (bias). Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh lingkungan belajar terhadap toleransi beragama.

Prestasi belajar pendidikan agama adalah sejumlah kemampuan pendidikan agama pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik setelah menerima pengalaman belajar dalam rangka jangka waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan pendidikan agama yang diterima siswa, diharapkan siswa mempunyai penghayatan terhadap aspek kedalaman dari agama sehingga dapat membuat siswa lebih mampu bersikap menghormati orang lain secara lebih manusiawi. Dengan kata lain, aspek kedalaman dari agama itulah yang membuat seseorang lebih toleran terhadap orang lain. Hal ini membuat seseorang pada aspek kedalaman dari agama terdapat titik-titik temu yang lebih banyak dari agama-agama.

Dalam toleransi beragama, dibutuhkan adanya kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksanaan dan bertanggung jawab, hingga menumbuhkan perasaan solidaritas

dan mengeliminir egoistis golongan. Oleh karenanya, setiap pemeluk agama hendaknya dapat menghayati ajaran agamanya secara mendalam.

Dalam toleransi ini semua umat beragama harus berpegang pada prinsip agree in disagreement (setuju dalam perbedaanaan). Perbedaaan tidak harus mengakibatkan permusuhan, karena bagaimanapun pebedaan akan selalu ada di dunia ini. Oleh karena itu, ia tidak harus menimbulkan pertentangan. Dalam konteks ini, prinsip tersebut mengandung pengertian, semua penganut agama setuju untuk hidup rukun dengan tetap memelihara eksistensi semua agama yang ada. Dengan demikian, toleransi antar umat beragama bukan hanya sekedar hidup berdampingan secara pasif tanpa adanya saling keterlibatan satu sama lain, melainkan lebih dari itu, yakni toleransi yang bersifat aktif dan dinamis, yang iaktualisasikan dalam bentuk hubungan saling menghargai dan menghormati, berbuat baik dan adil antar sesama, dan bekerjasama dalam membangun masyarakat yang harmonis, rukun dan damai. Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat pengaruh belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama.

Berdasarkan latar blakang yang telah dikemukakan di atas dan berdasarkan penelitian terdahulu dapat diberikan gambaran kerangka berfikir sesuai dengan permasalahan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah analisis dan mengimplementasikan ke dalam sebuah gambaran kerangka berpikir. Untuk memahami pola pengaruh tersebut maka disajikan dalam bentuk gambar skema berikut ini:

H1

Lingkungan Sekolah (X2) 1. Interaksi sosial sekolah 2. Situasi sekolah

3. Kegianta normatif sekolah

H2 H4 Toleransi Beragama Siswa (Y)

H3

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan tinjauan teoritis sebagaimana dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Kepribadian siswa berpengaruh langsung terhadap toleransi bergama siswa

di SMA Negeri 8 Malang.

H2: Lingkungan sekolah berpengaruh langsung terhadap toleransi bergama siswa di SMA Negeri 8 Malang.

H3: Prestasi belajar pendidikan agama berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama siswa di SMA Negeri 8 Malang.

H4: Kepribadian siswa, lingkungan sekolah dan prestasi belajar pendidikan agama berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama siswa di SMA Negeri 8.