• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Kerangka Konseptual

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja, ukuran perusahaan, return spred, debt to asset ratio, arus kas operasi dan perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 18 perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2009-2013. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari idx.co.id. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0,05). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi

16 for windows.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Ukuran Perusahaan, Perputaran Modal Kerja, Arus Kas Operasi, return spread, debt to asset ratio, perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Tetapi secara parsia return spread, Perputaran piutang, dan Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.

Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, Return Spread, Debt to asset ratio, Arus kas operasi, perpuratan piutang Likuiditas.

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine impact of Working Capital Turnover, Firm size, Return Spread, debt to asset ratio, operating cash flow, receivable turn over toward liquidity in companies of consumer goods which that listed on Indonesia Stocks Exchange.

The method of this scientific paper is a causal research design with 18 companies as a sample consumer goods company that listed in BEI. This research is done for 2009-2013 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from www.idx.co.id. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linier regression, with t test and with F test on 5% level of significant (α=0,05). Software SPSS versi 16 for windows is used to test in this research.

The result of this research shows that firm size, Working capital Turnover, Operating Cash Flow,return spread, debt to asset ratio and receivable turn over has a significant influence simultaneously toward liquidity. But partially return spread,Operating Cash Flow and receivable turn over are not influence toward liquidity.

Keywords : Working Capital Turnover, Firm Size, Return Spread, Operating cash flow, debt to asset ratio, receivable turn over Liquidity

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Likuiditas atau liquidity dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar.

Menurut Munawir (2002 : 31), “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Secara umum pengertian likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Perusahaan bisa dikatakan likuid jika perusahaan tersebut mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendeknya. Sedangkan apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai cukup kemampuan membayar hutang jangka pendeknya, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan ilikuid. Eksistensi perusahaan akan diragukan, apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan, berarti penilaian terhadap aspek-aspek yang lain dalam perusahaan itu tidak bermanfaat lagi bagi pihak-pihak berkepentingan.

Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit diselesaikan dan menjadi salah satu

sorotan utama bagi perusahaan dalam menjalakan kegiatan operasionalnya dan hampir semua perusahaan pasti akan mengalami tantangan pada masalah likuiditas.

Jika dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi, merupakan perusahaan yang baik, karena dana jangka pendek yang dipinjam oleh perusahaan dapat dijamin dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi menunjukan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas perusahaan yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan atau bisa disebabkan karena manajemen kredit perusahaan yang kurang baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.

Masalah likuiditas yang dibahas dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pembayaran hutang jangka pendek oleh perusahaan yang tepat pada saat jatuh temponya, serta risiko dari likuiditas yaitu risiko yang muncul apabila suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo secara tunai, meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid. Ketidak likuidnya suatu perusahaan berhubungan dengan beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan, dalam penelitian ini faktor yang dianggap mempengaruhi

likuiditas perusahaan adalah ukuran perusahaan itu sendiri, perputaran modal kerja yang ada dalam perusahaan, return spread yaitu selisih pengembalian antara jika perusahaan menanamkan uangnya dalam bentuk investasi surat-surat berharga dengan perusahaan menyimpan uangnya di bank, perputaran piutang yang terjadi dalam perusahaan, arus kas operasional yang ada diperusahaan meliputi arus kas masuk operasi serta arus kas keluar operasi, serta debt to asset ratio perusahaan.

Ketidak lancaran perusahaan membayar hutang jangka pendeknya yang lebih parah akan mengakibatkan pada penjualan investasi perusahaan dan aset yang dimiliki perusahaan dengan terpaksa, dan yang lebih buruk akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo bisa disebabkan oleh karena perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali, dan bisa juga dikarenakan perusahaan mungkin saja memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki cukup dana secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aset lainnya seperti menangih piutang, menjual surat-surat berharga, menjual persediaan atau aset lainnya.

Agar perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dengan lancar sehingga mengakibatkan tingkat likuiditas perusahaan menjadi sangat likuid, maka Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang lancarnya sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisasi resiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi

hutang-hutang jangka pendeknya, selain itu manajer harus menghindari investasi dalam aktiva lancar yang berlebihan. Ketidak seimbangan antara jumlah aset likuid yang dimiliki perusahaan dengan hutang-hutang yang harus segera dibayar merupakan penyebab yang umum dari timbulnya

financial distress.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mengatur masalah likuiditas secara efisien. Faktor-faktor tersebut menurut Kim et al, 1998 antara lain adalah : faktor yang berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan jika menggunakan dana dari luar (Cost of external financing), ketidak pastian arus kas yang diterima perusahaan (cash flow uncertainly), kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan baik saat ini maupun diwaktu yang akan datang (current and future investment opportunities), kebutuhan kas untuk transaksi (transaction demand for liquidity.

Beberapa penelitian tentang likuiditas perusahaan manufaktur telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Namun dari hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya inkonsistensi pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Menurut Dewi Christina pada tahun 2009 dan Dessy pada tahun 2012, hasil analisisnya menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, perputaran modal kerja, arus kas operasi, berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, sementara secara parsial ukuran perusahaan, perputaran modal kerja, arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Menurut Melvatanti pada tahun

2009, hasil analisisnya menunjukkan bahwa perputaran modal kerja dan

return spread mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap likuiditas. Menurut Yohanes pada tahun 2011, hasil analisisnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas, sedangkan return spread berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas dan debt ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas. Menurut Novrida pada tahun 2009, hasil analisisnya menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas dan variabel return spread tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, namun secara simultan varibel perputaran modal kerja dan return spread berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Menurut Lisa Puspitasari dan Y.Jogi pada tahun 2013, hasil analisisnya menunjukan bahwa secara simultan ukuran perusahaan dan perputaran modal kerja mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap likuiditas, sedangkan secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap likuiditas.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi sebagian dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Kim et al (1998) dan beberapa peneliti lainnya. Variabel-variabel dalam penelitian tersebut yang digunakan adalah variabel yang mungkin menentukan likuiditas perusahaan adalah : ukuran perusahaan,

return spread, siklus arus kas operasi, rasio hutang terhadap total aset, perputaran modal kerja dan perputaran piutang.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini didasarkan karena adanya research gap atau kesenjangan penelitian, yaitu adanya inkonsistensi penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan, penelitian ini juga didasarkan pada adanya faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan atau dianggap mempengaruhi kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009 SAMPAI DENGAN 2013. (STUDY KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DAN SEKTOR FARMASI)”.

Penelitian ini mengambil objek perusahaan pada sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi, pemilihan pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman serta farmasi karena sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi merupakan beberapa sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman serta obat-obatan pun akan terus mengalami peningkatan karena permintaan terhadap sektor tersebut tetap tinggi sehingga akan mempengaruhi besarnya profit perusahaan yang akan berdampak pada likuiditas perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : penelitian terdahulu membahas dua atau tiga faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan, sedangkan pada penelitian ini faktor yang dibahas sebanyak enam faktor yang mempengaruhi likuiditas yaitu: ukuran perusahaan, perputaran modal kerja, perputaran piutang, debt to asset ratio, arus kas operasi, dan return spread. Penelitian ini menambah satu variabel berbeda dari penelitian terdahulu yaitu variabel perputaran piutang, variabel perputaran piutang menjadi variabel yang dianggap mempengaruhi tingkat likuiditas dikarenakan apabila semakin cepat perputaran piutang terjadi dalam perusahaan maka semakin cepat piutang tersebut menjadi uang kas dan kas tersebut dapat digunakan untuk mendanai kewajiban jangka pendeknya dan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi yang terdiri dari 18 perusahaan yang telah memenuhi kriteria yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), penelitian terdahulu menggunakan sampel satu atau dua perusahaan, serta penelitian ini menggunakan data sebanyak 5 tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013.

1.2.Perumusan Masalah

Penelitian ini menggunakan enam variabel yang mempengaruhi likuiditas perusahaan, enam variabel tersebut adalah : ukuran perusahaan,

return spread, perputaran modal kerja, perputaran piutang, arus kas operasi, dan debt to asset ratio atau rasio hutang terhadap aset, dimana keenam

variabel tersebut adalah variabel dependen. Sehingga perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ? 2) Apakah return spread berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan

manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ?

3) Apakah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ? 4) Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan

manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ?

5) Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ?

6) Apakah debt to asset ratio berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ?

7) Apakah ukuran perusahaan, debt to asset ratio, return spread, perputaran modal kerja, arus kas operasi dan perputaran piutang berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dan sektor farmasi ?

1.3. Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini, batasan penelitiannya antara lain adalah :

1. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yaitu sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data laporan keuangan yang diteliti adalah pada tahun 2009 sampai dengan 2013.

2. Variabel return spread dihitung dengan mencari selisih antara Return on assets (ROA) dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

3. Likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan permasalahan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel manakah dari ukuran perusahaan, return spread, perputaran modal kerja, perputaran piutang, arus kas operasi, dan debt to asset ratio yang paling berpengaruh dominan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman dan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat kepada beberapa pihak yaitu :

1. Bagi Peneliti penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dalam menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan makanan dan minuman dan perusahaan farmasi.

2. Bagi Peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi yang bermanfaat untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan.

3. Bagi perusahaan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat keputusan dan kebijakan mengenai tingkat likuiditas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo.

Menurut Munawir (2002 : 31) defenisi likuiditas adalah sebagai berikut “ likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.

Menurut Riyanto (2001 : 25) “masalah likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk kewajiban finansialnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” (Zahlungskraft) dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansilnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai “kemampuan membayar” (Zahlungsfahigkeit).

Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi

perusahaan untuk memperoleh keuntungan ataupun kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” yang artinya perusahaan mempunyai aset lancar yang lebih besar dari pada kewajiban lancar. Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan “ilikuid”. Secara khusus jika ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aset perusahaan, maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aset perusahaan yang diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim et al, 1998).

Mengacu pada teori preferensi likuiditas yang dikemukakan oleh keynes (Sukirno, 2004 : 300) perusahaan memegang atau menahan uang kas karena didorong oleh motif atau tujuan, motif-motif tersebut adalah : 1. Motif transaksi, 2. Untuk berjaga-jaga, 3. Untuk berspekulasi. Dalam menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku untuk pembuatan produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini merupakan dan yang disediakan perusahaan untuk keperluan transaksi. Selain itu perusahaan juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian penerimaan kas dimasa depan. Jika pada suatu saat perusahaan menerima kas yang rendah sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan operasionalnya, maka perusahaan mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan

untuk berjaga-jaga. Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan investasi tersebut, dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan dana yang disediakan untuk tujuan investasi.

b. Arti Penting Likuiditas Bagi Perusahaan.

Arti pentingnya aspek likuiditas bagi setiap perusahaan, akan dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba, apabila suatu perusahaan berada pada keadaan yang tidak likuid. Akibat dari kemungkinan kerugian atau tidak dapat kesempatan untuk memperoleh laba dikarenakan suatu perusahaan tersebut dalam keadaan illiquid dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Perusahaan akan kesulitan atau tidak bisa melunasi hutang jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo. Dalam keadaan demikian, maka kadang-kadang perusahaan terpaksa harus menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relative tinggi, menjual investasi jangka panjang, atau aset tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut, jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka perusahaan akan menghadapi risiko kebangkrutan.

2) Bagi para pemilik perusahaan, keadaan illikuid berarti mengurangi kesempatan memperoleh keuntungan yang lebih besar, atau kehilangan control terhadap sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.

3) Bagi para kreditor perusahaan, keadaan illikuid dari perusahaan yang diberi pinjaman/kredit, berarti penundaan pengumpulan atas bunga dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini berarti sebagai suatu awal kerugian yang akan diterima atas sebagian atau seluruh jumlah bunga dan pokok pinjaman tersebut bagi kreditor yang bersangkutan.

4) Para pelanggan seperti halnya para supplier atas barang-barang dan jasa bagi perusahaan, akan terpengaruh berupa keadaan ketidakmampuan perusahaan yang illikuid dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak, atau kehilangan arti (manfaat) dalam hubungannya dengan perusahaan yang tidak likuid sebagai supplier bagi langganan yang bersangkutan.

5) Perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan potongan harga untuk pembelian tunai yang ditawarkan oleh supplier. Akibatnya perusahaan terpaksa beroperasi pada tingkat harga yang tinggi, sehingga mengurangi kesempatan untuk memperoleh laba yang besar.

Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan tidak likuidnya perusahaan seperti yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa pengukuran dan penilaian terhadap aspek likuiditas perusahaan dianggap sebagai suatu persoalan yang sangat penting bagi semua perusahaan, karena apabila perusahaan tidak memiliki kemampuan yang

cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo maka eksistensi perusahaan tersebut akan disangsikan.

c. Pengukuran Likuiditas dengan Rasio Lancar (Current ratio)

Dalam penelitian ini, untuk menilai likuiditas perusahaan digunakan current ratio sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan. Current ratio dipilih sebagai alat untuk mengukur likuiditas dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa ratio ini melibatkan inventory didalamnya, mengingat bahwa perusahaan makanan dan minuman dan perusahaan farmasi kegiatannya adalah menjual barang-barang untuk dikonsumsi, dan jenis barang-barang yang dijual juga berbagai macam produk sehingga rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan perusahaan makanan dan minuman serta perusahaan farmasi untuk memenuhi tuntutan kreditor jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang diperkirakan dapat segera menjadi uang tunai. Current ratio dapat digunakan untuk melihat sampai dimanakah perusahaan memiliki kemampuan membayar kewajibannya. Semakin besar Current ratio perusahaan, maka semakin baiklah posisi kreditor, karena kemungkinan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu sangat besar.

Menurut Kasmir (2008 : 135), rumus untuk mencari likuiditas dengan menggunakan rasio lancar atau Current ratio adalah sebagai berikut :

������������ = Aset Lancar (������� ����)

Hutang Lancar (������� ����������� ) X 100%

Menurut Riyanto (1997 : 2008), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan Current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut :

1) Dengan hutang lancar atau current liabilities tertentu, diusahakan untuk menambah aset lancar atau current assets.

2) Dengan aset lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar.

3) Dengan mengurangi jumlah hutang lancar bersama-sama dengan mengurangi aset lancar.

d. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Tingkat Likuiditas suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, Kim et al (1998 : 349) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan, adalah :

1) Cost of External Financing

Dokumen terkait