• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank

2.10. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual (dibuat oleh penulis)

Reputasi (X1)

Masyarakat Non Muslim menjadi nasabah pada bank syariah(Y)

2.11. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Pelayanan berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi nasabah pada bank syariah.

2. Lokasi berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi nasabah pada bank syariah.

3. Promosi berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi nasabah pada bank syariah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Hal ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia. Kebutuhan hidup ini menurut Maslow dapat digolongkan dari tingkat sederhana untuk sekedar bertahan hidup (basic needs) hingga tingkat kemewahan untuk aktualisasi diri (self actualization).

Dalam usahanya memenuhi seluruh tingkatan kebutuhan hidup tersebut, manusia memerlukan bantuan manusia lainnya. Maka, timbulah interaksi dan pembagian tugas yang diwujudkan dalam bidang-bidang usaha dalam masyarakat. Interaksi dalam masyarakat diatur oleh kesepakatan yang tercermin dalam norma-norma kemasyarakatan. Ketika manusia saling berinteraksi dengan fungsinya masing-masing, maka terjadilah pertukaran, suatu transaksi atau dengan kata lain jual beli.(Wibowo dan Widodo, 2005 : 1)

Dan telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan yang telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam.

Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima dan membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan. Konsep

dasar bank syariah didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.

Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangan. Beberapa dari mereka menganggap bank merupakan lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju dan negara berkembang antara lain aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana. (Ismail, 2011 : 29)

Di negara maju, bank menjadi lembaga yang sangat strategis dan memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian negara. Di negara berkembang, kebutuhan masyarakat terhadap bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran dana saja, akan tetapi juga terhadap pelayanan jasa yang ditawarkan oleh bank.(Ismail, 2011 : 30)

Sejarah awal mula kegiatan bank syariah, yang pertama kali dilakukan adalah negara pakistan dan malaysia sekitar tahun 1940-an, dan kemudian di negara mesir. Perbankan syariah di negara mesir tanpa menggunakan embel-embel Islam karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini adalah Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Myt, Myt-Ghamr Bank pada tahun 1963 didirikan di Mesir. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun1967 dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini tidak memungut maupun

menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnershipdan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.

Myt-Ghamr Bank mendapat bantuan permodalan dari Raja Faisal Arab Saudi dan merupakan binaan dari Prof. Dr. Abdul Aziz Ahmad El Nagar. Myt-Ghamr Bank dianggap berhasil memadukan manajemen perbankan jerman dengan prinsip muamalah Islam dengan menerjemahkannya dalam produk-produk bank yang sesuai untuk daerah pedesaan yang sebagian besar orientasinya adalah industri pertanian. Namun, karena persoalan politik, pada tahun 1967, Myt-Ghamr ditutup. Pada tahun 1971, Nasir Social Bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga, walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat Islam. (Sutedi : 2009 ; 2).

Seiring berkembangnya zaman bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Dan pada tahun 1997 Indonesia di landa krisis moneter yang berdampak buruk bagi industri-industri perbankan khususnya bank-bank konvensional mengalami kesulitan keuangan karena tingginya tingkat suku bunga sehingga berdampak pada penurunan kualitas asset dan tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan Indonesia. Hal ini meneyebabkan industri perbankan mengalami likuiditas dan ada pula yang melakukan merger.

Pada masa itu, perbankan syariah menjadi salah satu lembaga keuangan yang mampu bertahan menghadapi krisis. Hal ini dibuktikan dengan hampir tidak ditemukan permasalahan dalam pembiayaannya (non performing loan) dan tidak

terjadi negtive spread dalam kegiatan operasionalnya. Kondisi ini dapat terjadi karena bank syariah tidak menggunakan bunga sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam peminjaman modal investasi. Kemampuan perbankan syariah bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi telah membuktikan pada masyarakat tentang eksistensi perbankan syariah sebagai alternatif perbankan yang mampu memenuhi harapan dan dapat memberikan manfaat yang luas dalam kegiatan perekonomian khususnya bagi masyarakat.

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian, upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.(Sjahdeini, 2014 : 99)

Adapun perkembangan unit bank syariah di Indonesia dari tahun ketahun dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Unit Bank Syariah Di Indonesia Tahun 2009-2014

Tahun Jumlah Unit Bank Syariah

2009 1.223 2010 1.763 2011 2.101 2012 2.663 2013 2.910 2014 2.990

Sumber : Bank Indonesia (setelah diolah)

Perkembangan perbankan syariah menyebabkan banyak masyarakat beralih menggunakan jasa perbankan syariah karena dapat terhindar dari sistem bunga (riba). Sistem bunga mengandung unsur riba yang dapat mengakibatkan keburukan atau kemudharatan bagi masyarakat (Lubis, 2010 : 101). Bank Syariah dengan sistem bagi hasilnya menjadi alternatif dari penerapan sistem bunga, dinilai telah berhasil menghindarkan dampak negatif dari penerapan sistem bunga tersebut seperti, (a) pembebanan pada nasabah dengan beban berbunga – bunga (compound interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar tepat pada waktunya , (b) timbulnya eksploitasi yang kuat pada yang lemah, (c) terjadinya

konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elite, (d) kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah/bawah untuk mengembangkan potensi usahanya.

Perkembangan perbankan syariah juga terlihat di berbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara. Bank – Bank Syariah mulai membuka cabang di berbagai kabupaten / kota di provinsi Sumatera Utara diantaranya Kabupaten Serdang bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jumlah penduduk 594.383 jiwa atau 131.844 keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 313 jiwa per kilometer persegi. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari multi etnis , yakni Melayu, Jawa, Batak Karo, Batak Simalungun, Mandailing, Minang, Banjar, dll. ( http://id.wikipedia.org )

Perbankan syariah di kabupaten serdang bedagai tidak hanya diminati oleh masyarakat muslim akan tetapi masyarakat non muslim banyak meminatinya, dan kebanyakan dari mereka yang notabenenya sebagai pengusaha yang mana pengusaha – pengusaha tersebut telah menguasai perekonomian pasar di daerah dan semuanya bergerak dalam skala kecil maupun berskala besar.

Atas uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang berbentuk skripsi dengan judul “Analisis Determinan Masyarakat Non Muslim Menjadi Nasabah Pada Bank Syariah di

Dokumen terkait