• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor terpenting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan dan Debt to Total Asset Ratio, serta satu variabel dependen yaitu Audit Report Lag.

Ukuran kantor akuntan publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor akuntan publik besar memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efektif dan efisien, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Ukuran kantor akuntan publik di lihat dari apakah KAP tersebut adalah the big four atau non the big four. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh astute (2007) menyatakan Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit Report Lag.

Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran KAP (X2)

Audit Report Lag

(Y) Debt to Asset Ratio (X3)

H1

H2

H3

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit report lag adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian iternal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya, penelitian sebelumnya dilakukan oleh Manalu (2012) ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap audit report lag.

Debt to total assets ratio menunjukkan seberapa besar total aktiva perusahaan yang didanai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio yang tinggi memberi arti bahwa pendanaan dengan hutang semakin banyak, sehingga auditor membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memeriksa laporan keuangan, penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siregar (2010) debt to total asset ratio secara parsial berpengaruh positif terhadap audit report lag,

2.4 Hipotesis

Menurut Erlina ( 2008 : 49) “hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang di teliti. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

H1 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Report lag H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag H3 : Debt to total Asset Ratio berpengaruh terhadap audit report lag

H4 :Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Debt to Total Asset Ratio (DTAR) berpengaruhterhadap audit report lag

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang mendaftarkan diri di Bursa Efek Indonesia harus mematuhi peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal yang disingkat menjadi BAPEPAM. Salah satu peraturan dari BAPEPAM Nomor:Kep-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala menyatakan “Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan”. (BAPEPAM, 2003)

Jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit disebut dengan audit report lag (Demintan : 2009). Audit report lag dapat mempengaruhi nilai informasi suatu laporan keuangan. Informasi akan bermanfaat jika disampaikan tepat waktu. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan auditnya. Tertundanya penyampaian atau publikasi laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh jangka waktu pelaporan audit (audit report lag).

Pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor harus sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemenuhan standar audit oleh auditor

dapat berdampak terhadap lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas auditnya (Iskandar dan Trisnawati, 2010)

Sebuah informasi menjadi usang bila tidak lagi memberi manfaat bagi pengambilan keputusan. Ketepatan waktu penyusunan maupun pelaporan suatu laporan keuangan bisa berpengaruh terhadap nilai informasi laporan keuangan tersebut. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya ketepatan waktu (timelines) penyajian laporan keuangan kepada publik. Perusahaan diharapkan tidak menunda penyajian laporan keuangannya yang dapat menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang. Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut. Semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya masalah bagi perusahaan tersebut di bursa saham.

Fenomena yang berkaitan dengan audit report lag dapat dilihat dari kasus yang dialami oleh PT Bank Mutiara Tbk yang dulu bernama Bank Century Tbk dimana perusahaan ini terlambat memberikan laporan kinerja keuangan untuk tahun 2011. Otoritas bursa sudah memberikan peringatan tertulis pertama kepada PT Bank Mutiara Tbk akibat kelalaian tersebut pada tanggal 9 Mei 2012. Sesuai dengan ketentuan III.2 peraturan bursa nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi dan nomor VIII.G.2 tentang laporan tahunan, batas waktu bank Mutiara

menyampaikan laporan kinerja keuangan 2011 adalah 30 April 2012. Akan tetapi sampai tanggal 9 Mei 2012 bank ini belum juga menyampaikan laporan keuangannya. Keterlambatan penyampaian informasi tersebut menyebabkan permasalahan besar bagi Bank Mutiara terkhususnya merosotnya tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan termasuk didalamnya investor.

Menurut Soetedjo (2006) “ada beberapa faktor yang mempengaruhi audit report lag yaitu Ukuran perusahaan, Kelompok industri, Pengendalian intern, Kompleksitas EDP, Kompleksitas operasi, Kompleksitas pelaporan, Umur perusahaan, Laporan rugi/laba, Tingkat profitabilitas, Opini auditor,Ukuran KAP, Proporsi hutang terhadap total asset”.

Ukuran Kantor Akuntan Publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Menurut Manalu (2012) menyatakan bahwa“Kantor Akuntan Publik besar memiliki jumlah karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya”.

Ukuran perusahaan mencerminkan besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak transaksi yang terjadi di dalamnya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan. Juanita (2012)menyatakan bahwa “Perusahaan besar cenderung lebih cepat dalam

menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik dibanding perusahaan kecil.. Perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya”. Di samping itu, perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees). Hal ini menyebabkan perusahaan besar cenderung memiliki audit report lag yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.

Demikian pula halnya dengan tingkat proporsi hutang terhadap total asset (debt to total asset ratio) dimana semakin tinggi tingkat resiko kegagalan yang dialami perusahaan maka akan meningkatkan perhatian auditor untuk mengauditnya. Soetedjo (2006).Debt to Total Asset Ratio menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manalu (2012) yang berjudul Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan data yang diambil dari data perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data yang diambil dari data perusahaan manufaktur periode 2008-2010. Variabel independen yang

digunakan pada penelitian sebelumnya adalah Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini Audit, sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan, dan Debt to Total Asset Ratio (DTAR).

Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai pengaruhnya terhadap audit report lag diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) yang menyatakan bahwa Debt to Asset Ratioberpengaruh positif terhadap audit report lag, serta kualitas audit dan opini going concern tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Deart dan Rustiana (2007) menunjukkan bahwa debt to total assets ratio tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag. Penelitian yang sama dilakukan oleh Soetedjo (2006) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan, rugi/laba operasi, dan jenis perusahaan, dan opini audit berpengaruh positif terhadap audit report lag sedangkan jenis perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Namun, Manalu (2012) menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan(total assets) dan jenis opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag, dan ukuran KAP memiliki pengaruh negatif terhadap audit report lag.Secara simultan ukuran perusahaan(total asset), ukuran KAP dan jenis opini audit berpengaruh terhadap audit report lag.Ketidakkonsistenan terhadap faktor-faktor audit report lag inilah yang mendorong peneliti melakukan verifikasi atau pengujian ulang mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag.

Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan. Peneliti tertarik melakukan studi kasus penelitian pada perusahaan perbankan dikarenakan Industri perbankan

seringkali menjadi sorotan publik mengingat perannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 lalu. Disamping itu, perusahaan perbankan memiliki peranan penting dalam mendukung kemajuan perekonomian negara khususnya dalam hal peningkatan kesejahterahan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Total Asset Ratio Terhadap

Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia”.

Dokumen terkait