• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen dalam penelitian adalah kualitas audit, profitabilitas, leverage,pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, serta ukuran perusahaan.Variabel dependennya adalah opini audit going concern. Hubungan antara kualitas audit, profitabilitas, leverage,pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Opini Audit Going Concern (Y) Kualitas Audit (X1)

Profitabilitas (X2)

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X5)

Leverage (X3)

Ukuran Perusahaan(X6) Pertumbuhan Perusahaan(X4)

2.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

H1 :Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadappenerimaan Opini Audit Going Concern

H3 : Leverageberpengaruh terhadappenerimaan Opini Audit Going Concern

H4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern

H5 : Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadappenerimaan Opini Audit Going Concern

H6 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadappenerimaan Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya. Untuk menilai kemampuan entitas

tersebut, manajemen dapat melihat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan antara lain pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian. Jika perusahaan mengalami keuntungan maka perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian, kelangsungan hidup perusahaan tersebut bermasalah.

Entitas menyusunlaporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lain yang realistis selain

melakukannya (Standar Akuntansi Keuangan, 2012). Asumsi kelangsungan usaha

(going concern) ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi karena ketika seorang investor ingin berinvestasi, ia perlu mengetahui kondisi perusahaan terutama mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Namun terkadang pihak manajemen tidak melaporkan seluruh kinerja perusahaan dalam laporan keuangannya dikarenakan adanya faktor kepentingan. Oleh karena itu, auditor

sebagai pihak independen perlu melakukan audit atas laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan tersebut agar pihak luar yang memakai laporan keuangan dapat percaya terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Selain memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, auditor juga berperan dalam menilai dan memberikan pendapat atas kelangsungan hidup perusahaan yang diaudit.

Keputusan untuk menambahkan opini audit going concern atas klien yang di audit merupakan salah satu hal yang paling sulit yang dihadapi oleh auditor. Carson dkk (2013) menyatakan bahwa “opini audit going concern yang diterbitkan oleh auditor dapat menyebabkan masalah terhadap perusahaan yang sebenarnya tidak bermasalah”. Salah satu alasan kesulitan yang dihadapi oleh auditor adalah self-fulling prophecy yaitu jika auditor memberikan pendapat wajar atas laporan keuangan kepada pihak luar yang memakai laporan keuangan, pihak luar menganggap kinerja perusahaan baik atau sangat baik. Sementara kalau auditor memberikan opini audit going concern, yang terjadi adalah pihak luar seperti investor, kreditor, pemasok dan pelanggan akan mempertimbangkan untuk memberhentikan hubungan dengan perusahaan yang menerima opini tersebut dan akan memicu kebangkrutan dari perusahaan tersebut.

Pengguna laporan keuangan mempertanyakan apakah auditor bertanggung jawab penuh untuk mengevaluasi kelangsungan hidup perusahaan (Ryu dan Roh, 2007). Dalam IAPI, 2011: SA Seksi 341 menyatakan bahwa “Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas”.

Oleh karena itu, auditor harus menjunjung tinggi independensinya karena kalau tidak banyak pihak yang akan dirugikan. Dapat dilihat dari kasus yang mendunia yaitu kasus Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, Enron memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. KAP Arthur Andersen yang ditunjuk oleh Enron untuk mengaudit perusahaannya tidak bersikap independen yang mengakibatkan kehancuran bagi Enron dan KAP Arthur Andersen. Hal ini menunjukan hubungan yang erat antara pemangku kepentingan dengan auditor dimana pihak yang berkecimpung haruslah menjunjung tinggi keprofesionalannya tanpa menyangkutpautkan unsur kepentingan di dalamnya.

Penelitian mengenai opini audit going concern yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain: Penelitian oleh Ryu dan Roh (2007) dengan hasil kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan audit going concern, sedangkan rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian oleh Noverio (2011) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini auditgoing concern. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian oleh Widyantari (2011) dengan hasil profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hasil penelitian yang tidak konsisten dalam penelitian terdahulu dan pentingnya asumsi kelangsungan hidup mendorong peneliti untuk mengkaji kembali. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang serupa untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti terhadap penerimaan opini audit going concern dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode (2009-2013). Peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sektor industrinya beragam dan juga merupakan perusahaan yang dominan di Indonesia sehingga dianggap dapat mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Dokumen terkait