• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.8. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gamabar kerangka konseptual diatas penulis ingin mengkaji dan menguji apakah Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli daerah.

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daearah

Pendapatan asli daerah (Y)

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

X1

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

H2 : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pengasilan Asli Daerah.

H3 : Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan setiap daerah baik Provinsi, Kota, maupun kabupaten dapat dengan mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan ekonominya masing-masing. Masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien sebagai administrator penuh, agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama sumber pendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah (PAD).

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adanya pemberian otonomi daerah memberikan implikasi timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintahan lebih

mandiri. Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan dan pengawasan keuangan daerah. Sistem pembiayaan daerah dalam konteks otonomi daerah merupakan salah satu aspek yang paling penting, maka dari itu pemerintah Daerah diharapkan dapat lebih terfokus pada peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan di daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, faktor kemampuan daerah merupakan hal yang penting, khususnya dalam era otonomi daerah. Kemampuan keuangan dan anggaran daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintahan daerah dalam meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerahnya. Biasanya diukur dengan desentralisasi fiskal atau otonomi fiskal daerah, yang dapat diketahui melalui perhitungan kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total APBD serta kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa “sumber pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan pendapatan lain-lain yang sah”. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapakan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai

pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Dewasa ini, pajak menjadi prioritas utama penerimaan bagi Indonesia untuk melaksanakan pembangunan dibanding dengan penerimaan yang diterima dari sektor-sektor lainnya.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 menyatakan bahwa

pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang dipungut Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi (Pajak Provinsi), berupa pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok, dan pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan BPHTB.

Sedangkan, retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu “jasa umum dan jasa usaha. Dengan demikian pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah provinsi”.

Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2011 jumlah penduduk propinsi sumatera utara adalah 13.326.307 jiwa dan pada tahun 2012 adalah 13.766. 851 jiwa. Dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan mobilitas penduduk dalam bekerja dan beraktivitas. Semakin meningkatnya mobilitas akan meningkatkan sarana transportasi yang ada di Sumatera Utara. Seiring dengan perkembangan pembangunan, semakin banyak masyarakat menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportsasi untuk melaksanakan aktivitasnya. Semakin banyaknya jumlah penduduk diharapkan akan meningkatkan jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Utara.

Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ini berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2011 yang sebelumnya

telah dirubah beberapa kali, ditugaskan pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk memungut pajaknya adalah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk membentuk unit pelaksanaan tekhnis (UPT) ditiap-tiap kabupaten/kota yang bertugas memungut langsung dari Wajib Pajak dengan sistem satu atap (SAMSAT). Data dari DISPENDASU menunjukkan realisasi PKB tahun 2011 mencapai 98,61% untuk realisasi BBNKB tahun 2012 mencapai 76,98% dan tahun 201 realisasi PKB mencapai 101,95% dan realisai BBNKB sebesar 73,20% yang terus meningkat.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widi Winarso (2015) dengan Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan asli daerah (Studi Kasus Pada Kantor CP DISPENDA Provinsi Wilayah Kabupaten Sukabumi II). Menurut penelitiannya, penerimaan pajak kendaraan bermotor mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan asli daerah di kabupaten Sukabumi pelabuhan ratu II. Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan dimana penggunaan sampel di Propinsi Wilayah Kabupaten Sukabumi Pelabuhan Ratu II tidak dapat sepenuhnya dijadikan landasan untuk kasus di luar Sukabumi. Selain itu Propinsi Wilayah Kabupaten Sukabumi Pelabuhan Ratu II memiliki peraturan daerah tentang pajak daerah masing-masing yang berbeda dengan peraturan daerah tentang pajak daerah di Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan asli

daerah (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara).”

Dokumen terkait