• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

REKAPITULASI PENERIMAAN PKB, BBNKB DAN PAD PROVINSI SUMATERA UTARA TA. 2011-2013

(000000 RUPIAH)

Kab. Mandailing Natal

Kab. Tapanuli Selatan

63.169.900.368 1.187.230.715.392

(2)

Tahun 2012

Kab. Mandailing Natal

(3)
(4)

OUPUT SPSS

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PAD

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), BBNKB, PKB

b. Dependent Variable: PAD

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 23.852 1 23.852 75.475 .000a

Residual 20.226 64 .316

Total 44.078 65

a. Predictors: (Constant), LNPKB s

Descriptive

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan Asli Daerah 66 5.805273E9 3.283481E11 4.57604220E10 5.650505757E10

Pajak Kendaraan

Bermotor 66 3.772459E8 5.667826E10 1.60915289E10 1.411254980E10

Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor 66 1.625532E7 1.748213E10 2.53439600E9 4.106570869E9

(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 21.095 13.21 9.618 .003

LNPKB .499 0.57 .736 8.688 .000 .995 1.005

LNBBNKB .145 0.49 344 2.927 .000 .995 1.005

a. Dependent Variable: LNPAD

Coefficient Correlationsa

Model LNBBNKB LNPKB

1 Correlations LNBBNKB 1.000 -.485

LNPKB -.485 1.000

Covariances LNBBNKB .002 -.001

LNPKB -.001 .004

a. Dependent Variable: LNPAD

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LNPKB LNBBNKB

1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00

2 .005 24.442 .15 .03 .90

3 .001 48.531 .85 .97 .10

(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 22.5646 25.0596 24.1637 .60590 66

Std. Predicted Value -2.639 1.479 .000 1.000 66

Standard Error of Predicted

Value .075 .203 .117 .031 66

Adjusted Predicted Value 22.5645 25.0710 24.1634 .60676 66

Residual -.91584 1.67512 .00000 .55768 66

Std. Residual -1.617 2.957 .000 .984 66

Stud. Residual -1.633 3.013 .000 1.004 66

Deleted Residual -.94059 1.73910 .00031 .58061 66

Stud. Deleted Residual -1.655 3.231 .009 1.033 66

Mahal. Distance .168 7.404 1.970 1.608 66

Cook's Distance .000 .137 .014 .025 66

Centered Leverage Value .003 .114 .030 .025 66

(7)
(8)
(9)
(10)

NPar Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PAD PKB BBNKB

N 66 66 66

Normal Parametersa Mean 4.57604220E10 1.60915289E10 2.53439600E9

Std. Deviation 5.650505757E10 1.411254980E10 4.106570869E9

Most Extreme Differences

Absolute .283 .164 .307

Positive .283 .164 .307

Negative -.240 -.133 -.270

Kolmogorov-Smirnov Z 2.299 1.332 2.497

Asymp. Sig. (2-tailed) .229 .332 .497

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Bactiar, Muchlis, Iskandar, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan

Fransisk Andar, 2008. “Konstribusi Pajak kendraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendraan Bermotor terhadap Pengasilan Asli Daerah Setelah Otonomi Daerah (Studi kasus Pemerintahan Kepulauan Riau)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Halim Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat : Jakarta

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Kurniawan Panca, SE. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Bayumedia : Malang

Mardiasmo, 2006. Perpajakan. Andi Yogyakarta : Yogyakarta

Nur Indrianto, 2000. Metodologi Penelitian. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Pajak

Daerah Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendraan Bermotor Provinsi Sumatera Utara

Priyanto Duwi, 2013. Analisis Korelasi, Regersi dan Multivariate dengan SPSS. Gava Media : Yogyakarta

Riduansyah Mohammad, 2003. “Konstribusi Pajak Daerah dan Retrribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Kota Bogor)”. Makara Sosial Humaniora, Vol 7, No 2 Desember 2003

Robert D. Manson, 2009. Teknik Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi Jilid 2 Edisi Kesembilan. Erlangga : Jakarta

Setiawan, Agus dan Basri Musri, 2006. Perpajakan Umum. Salemba empat : Jakarta

(12)

Triani Ayu, 2014. “Analisi Pajak Kendaraan Bermotor dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya serta Konstribusinya terhadap pendapatan Asli Daerah Povinsi Jawa Tengah”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Yudhah Herline, Erlina, dan H.B. Tarmizi, 2013. “Konstribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pada dan Dampaknya Bagi Pengembangan Wilayah Sumatera Utara”. Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013.

Yudianto, 2010. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Alfabeta : Bandung

Winarso Widi, 2015. “Analisis Penerimaan pajak Kendaraan Bermotor terhadap pengahsilan Asli Derah (Studi Kasus Pada Kantor CP DISPENDA

Provinsi Wilayah Kabupaten Sukabumi II)”. Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015. Prosiding SNIT 2015 : Hal. B-22

Data Online

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1997 Tentang Pajak Daerah.

Badan Pusat Statistik SUMUT.2016. Jumlah Kendaraa (20 Mei. 2016)

Badan Pusat Statistik SUMUT. 2016. Jumlah Pe

(7 Apr. 2016)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daera

Wikipedia. 2016. Pengertian Paja

Wikipedia. 2016. Pengertian Konstribusi

Peraturan Gubernur Sumatera Utara, 2015. Penetapan Tarif PKB dan BBN-KB.

Peraturan Gubernur Sumatera Utara, 2014. Perhitungan Dasar Pengenaan PKB

dan BBN-K

Gambaran Umum Sumatera Utar

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Desain penelitian kausal merupakan desain penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menguji pengaruh Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan bermotor terhadap Pendapatan asli daerah.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut : Tempat : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

(14)

3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Dependen

adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah :

1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disingkat menjadi PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku. b. Variabel Independent

Variabel Independent atau variabel bebas adalaha variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependet (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah :

1. Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat menjadi PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

(15)

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pajak Kendaraan

(16)

dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundag-undangan yang berlaku

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Pada penelitian digunakan populasi yaitu penerimaan pajak kendaraan bermotor dan penerimaan pajak bea balik nama kendaraan bermotor dari seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera utara tahun 2011-2013 dan penerimaan pendapatan asli daerah Sumatera Utara.

3.4.2. Sampel

Sampel yang digunakan peneliti adalah data realisasi pajak kendaraan bermotor dari tahun 2011-2013, realisasi bea balik nama kendaraan bermotor dari tahun 2011-2013 yang diterima dari Kab/Kota melalui unit pelaksana Tekhnis (UPT) Sumatera Utara dan realisasi pendapatan asli daerah dari tahun 2011 sampai 2013. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quota Sampling, yaitu teknik memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam

(17)

Tabel 3.3

Sampel Penelitian Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara

No. Kab/Kota Nama UPT

1. Kab. Asahan UPT. Kisaran 2. Kab. Dairi UPT. Sidikalang 3. Kab. Deli Serdang UPT. Lubuk Pakam 4. Kab. Tanah Karo UPT. Kabanjahe 5. Kab. Labuhan Batu UPT. Rantau Prapat 6. Kab. Langkat UPT. Stabat

7. Kab. Mandailing Natal UPT. Panyabungan 8. Kab. Simalungun UPT. Perdagangan 9. Kab. Tapanuli Selatan UPT. Padang Sidempuan 10. Kab. Tapanuli Tengah UPT. Padang Sidempuan 11. Kota Binjai UPT. Binjai

12. Kota Pematang Siantar UPT. Siantar 13. Kota Sibolga UPT. Sibolga 14. Kota Tanjung Balai UPT. Tanjung Balai 15. Kota Tebing Tinggi UPT. Tebing Tinggi 16. Kota Padang Sidempuan UPT. Padang Sidempuan 17. Kab. Pak Pak Barat UPT. Salak

18. Kab. Samosir UPT. Panguruan 19. Kab. Padang Lawas UPT. Siburuan 20. Kab. Padang Lawas Utara UPT. Gunung Tua 21. Kab. Labuhan Batu Selatan UPT. Kota Pinang 22. Kota Gunung Sitoli UPT. Gunung Sitoli

3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1. Jenis Data

(18)

realisasi bea balik nama kendaraan bermotor provinsi Sumateera Utara tahun 2011-2013, dan realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2013.

3.5.2. Sumber Data

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari sumber yaitu instansi pemerintah terkait Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu metode mengumpulkan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka, dimana studi pustaka merupaka metode pengumpulan data dengan membaca literatur, jurnal-jurnal, maupun sumber lain yang terkait baik bersumber dari perpustakaan dan instansi yang terkait dengan penelitian.

3.7. Metode Analisis

3.7.1. Statistik Deskriptif

(19)

beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi data, tabulasi silang dan analisis rasio yang menggunakan Minimum, Maksimum, Mean, Median, Mode, Standard Deviasi.

3.7.1.1 Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi meliputi

3.7.1.1.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain:

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Kolmogrov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Apabila signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat dismpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

3.7.1.1.2 Uji Multikolinearitas

(20)

nilai VIF>10. Apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

3.7.1.1.3 Uji Autokorelasi

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut :

a. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi.

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan.

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi. 3.7.1.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.

(21)

3.7.2. Regresi Linier Berganda

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Statistik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus:

Y= a + b1x1 + b2x2 +e Dalam hal ini,

Y = Pendapatan asli daerah (PAD)

a = konstanta persamaan regresi b1,b2, = koefisien regresi

x1 = Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

x2 = Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

e = Eror

3.7.3 Pengujian Hipotesis 3.7.3.1 Analisis Determinasi

Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbgan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen (Priyatno, 2013:53). Dalam hal ini peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh kontribusi PKB dan BBNKB terhadap peningkatan PAD provinsi Sumatera Utara.

3.7.3.2 Uji F

(22)

a. Merumuskan hipotesis

H0 : PKB, BBNKB, berpengaruh signifikan secara simultan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara

H1 : PKB, BBNKB tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

b. Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut:

Jika F hitung > F tabel berarti α = 5%, Ho diterima Jika F hitung≤ F tabel berarti α = 5%, H1 diterima. 3.7.3.3 Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas Pajak Kendaraan bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut

a. Merumuskan hipotesis

H0 : PKB dan BBNKB berpengaruh signifikan secara partial Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara

H1 : PKB dan BBNKB tidak berpengaruh signifikan secara partial Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.

(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km².

Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:

• Pesisir Timur

• Pegunungan Bukit Barisan

• Pesisir Barat

• Kepulauan Nias

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial bersam

(24)

Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau. Batas Wilayah

Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulaua (Malaka).

Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulau-pulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat d

Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.

(25)

Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.

Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kot Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh. Sumatera Utara dibagi kepada da

(26)

kendaraan roda dua dan empat di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada di Kota Medan.

4.2 Gambaran Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurursi pengelolaan pajak dan pendapatan daerah dibawah naungan Biro Keuangan pada Seketariat Wilayah Tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tentang susunan dan Tata Cara Seketariat Wilayah Daerh Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, maka Biro Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.

Dengan demikian, tentu bagian Pajak Pendapatan Daerah berubah menjadi Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan terbentuknya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkatu I Sumatera Utara pada tanggal 21 Maret 1975, maka sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Pada tanggal 1 September 1975, keluarlah surat Menteri Dlam Negeri Nomor KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yanag sebelumnya dibawah naungan Direktorat Pendapatan Daerah, yang namanya dibah menjadi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

(27)

Utara (DPRDSU). Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 4 Tahaun 1976.

Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayana kepada masyarakat, maka diperlukan pengembangan organisai Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Kabupaten/Kotamadya Tingkat II di Provins Sumater Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD7/7/39-26 pada tanggal 31Mret 1978, dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara di seluruh Kabupaten/Kotamadya Tingkat II di Sumatera Utara.

Kemudian berdasrkan Surat Menteri Dlam Negeri No.061/2743/S tanggal 22 November 1999 tentang Pemerintah Derah, maka terhitung sejak tanggal keluarnya surat tersebut, nama Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara diubah Menjadi “Cabang Dinas Pendapatab Daerah Tingkat I Sumatera Utara” diubah juga menjadi “Cabang Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara”.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor, maka pemerintah membentuk penyelenggaraan Sistem Baru Pendaftaran Kendaraan Bermotor yang disebut “Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap” atau selanjutnya disingkat menjadi SAMSAT.

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah gabungan dari tiga instansi yang mempunyai objek pajak kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera Utara. Ketiga instansi tersbut adalah :

(28)

Yang mempunyai tugas menerbitkan dan memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapat Daerah Sumatera Utara (DISPENDASU) Yang mempunyai tugas memungut Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

3. Departemen Keuangan yaitu PT. Jasa Raharja cabang utama Medan Yang mempunyai tugas memungut asuransi kecelakaan Pembentukan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) ini bertujuan untuk :

a. Meningkatkan Pendapatan Derah Sumatera Utara melalui pemungut Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dari penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), khususnya didaerah Sumatera Utara.

b.Meningkatan Pendpapatan Daerah Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan dari sektor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dalam pengembangan dan optimal pelayanan yang lebih luas kepada wajib pajak, Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara sampai saat ini telah membentuk tiga puluh dua cabang daerah (Kabupaten/kota) di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

adapun tiga puluh dua UPT tersebut tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.1

UPT di Sumatera Utara

No. UNIT WILAYAH KERJA

(29)

Kota, Medan Amplas, Medan Selayang 3. UPTD Kota Binjai Kota Binjai dan sebahagian Kabupaten

Langkat

4. UPTD Pematang Siantar Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun

5. UPTD Kisaran Kabupaten Asahan 6. UPTD Rantau Prapat Labuhan Batu

7. UPTD Padang Sidimpuan Kota Padang Sidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan

8. UPTD Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi dan Kabupaten Serdang Bedagai

9. UPTD Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo

10. UPTD Sibolga Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah

11. UPTD Sidikalang Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

12. UPTD Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias Utara dan Nias Selatan

13. UPTD Tarutung Kabupaten Tpanuli Utara dan

Kabupaten Humbang Hasundutan 14. UPTD Balige Kabupaten Toba Samosir

15. UPTD Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal 16. UPTD Tanjung Balai Kota Tanjung Balai

17. UPTD Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang 18. UPTD Stabat Kabupaten Langkat

19. UPTD Sei Rampah Kabupaten Serdanng Bedagai sekarang berkedudukan di Sei Rampah

20. UPTD Perdagangan Kecamatan Bandar, Pematang Bandar, Bosar Maligas, Ujung Pandang, Bandar Haluan dan Kabupaten Simalungun sekitarnya berkedudukan di Perdagangan

21. UPTD Lima Puluh Kerja Kabupaten Batu Bara 22. UPTD Aek-Kanopan Kabupaten Labuhan Batu 23. UPTD Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu 24. UPTD Salak Kabupaten Pakpak Barat 25. UPTD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara 26. UPTD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

27. UPTD Natal Kecamatan Batang Natal, Lingga Bayu, Natal, Muara Batang Gadis, Batahan dan Kecamatan Ranto Baek

(30)

30. UPTD Barus dan Pandan Kecamatan Manduamas. Sosor Gadung, Sorandorang, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sorkam, dan Kecamatan Sorkam Barat

31. UPTD Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam, Lahusa, Lolomatua, Amandaraya, Gomo, Pulau-pualu Batu dan Kecamatan Hibala 32. UPTD Pangkalan Brandan Meliputi sebahagian Kabupaten Langkat

Sumber Data: UPT Medan Utara/Dinas Pedapatan Daerah Sumatera Utara

4.3 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang meliputi Minimum, Maksimum, Mean, Median, Mode, Standard Deviasi. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah Pajak Kendaraan bermotor, Bea BalikNama Kendaraan Bermotor dan Pendapatan Asli Daerah tahun 2011-2013. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Dalam (00000)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan Asli Daerah 66 5.805273E9 3.283481E11 4.57604220E10 5.650505757E10

Pajak Kendaraan

Bermotor 66 3.772459E8 5.667826E10 1.60915289E10 1.411254980E10

Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor 66 1.625532E7 1.748213E10 2.53439600E9 4.106570869E9

Valid N (listwise) 66

(31)

Dari tabel 4.2 dijelaskan bahwa jumlah data (N) yang diuji sebanyak 66. Selain itu diperoleh gambaran nilai minimu, maksimum, nilai rata-rata serta standar deviasi masing-masing variabel sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah

Selama kurun waktu tiga tahun dapat diketahui bahwa jumlah PAD terbesar yaitu 3,283481E11 atau Rp328 milyar dihasilkan oleh Kab. Deli serdang pada tahun 2013. Sedangkan jumlah PAD terkecil yaitu 5,805273E9 atau Rp5 milyar dihasilkan oleh Kab Padang Lawas Utara dan rata-rata PAD yang diterima selama tiga tahun (tahun 2011-2013) adalah sebesar Rp45 milyar dengan standar deviasi Rp56 milyar

b. Pajak Kendaraan Bermotor

Dari hasil statistik deskriptif diketahui bahwa penerimaan PKB terbesar yaitu Rp56 milyar yang dihasilkan oleh Kota Pematang Siantar tahun 2013. Penerimaan PKB terkecil yaitu Rp377 juta oleh Kab. Pak Pak Barat pada tahun 2011. Rata-Rata penerimaan PKB adalah sebesar Rp16 milyar.

c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Penerimaan BBNKB terbesar, yaitu sebesar Rp17 milyar oleh Kab. Mandailing Natal pada tahun 2011. Sedangkan penerimaan BBNKB terkecil yaitu sebesar Rp16 juta oleh Kab Padang Lawas Utara pada tahun 2011, dan rata-rata penerimaan BBNKB adalah sebesar Rp2 milyar.

(32)

4.4 Uji Normalitas Data

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji statistik. Hasil uji normalitasdengan Kolomogrov-Smirnov seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik dengan Kolmogrov-Smirnov Sumber Output SPSS

Dari hasil diatas dapat diketahui nilai signifikansi pada kolmogrof-smirnov ketiga variabel lebih besar dari 0,05 (5%), yaitu 2,29, 1,33, dan 2,49 maka dapat disimpulakn bahwa data variabel diatas terdistribusi secara normal karena nilai signifikansinya diatas 0,05.

4.5 Uji Multikolinieritas

Model penelitian yang baik seharusnya tidak terjasi korelasi antara variabel independen, oleh sebab itu dilakukan uji multikolinieritas. Hasil uji multikoloneritas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PAD PKB BBNKB

N 66 66 66

Normal Parametersa Mean 4.57604220E10 1.60915289E10 2.53439600E9

Std. Deviation 5.650505757E10 1.411254980E10 4.106570869E9

Most Extreme Differences

Absolute .283 .164 .307

Positive .283 .164 .307

Negative -.240 -.133 -.270

Kolmogorov-Smirnov Z 2.299 1.332 2.497

Asymp. Sig. (2-tailed) .229 .332 .497

(33)

Tabel 4.4

a. Dependent Variable: LNPAD

Sumber Output Spss

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance Inflation Factor (VIF) kedua variabel, yaitu PKB dan BBNKB adalah 1,005 lebih kecil dari 10 (1,005 < 10) dan nilai tolerance 0.995 lebih besar dari 0,10 (0,995 > 0,10), sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa data variabel independen tidak terjadi multikolinieritas.

4.6 Uji Autokorelasi

Salah satu syarat pada model regresi adalah tidak adanya autokorelasi. Uji Autokorelasi yang digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan hasil Output :

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Model Summaryb

(34)

b. Dependent Variable: PAD

Sumber Output SPSS

Dari hasil output diatas niali DW yang dihasilkan adalah 1,992. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 (5%) dan jumlah data (n) = 66, serta jumlah variabel (k) = 2 diperoleh nilai dL sebesar 1,54 dan dU sebesar 1,66. DW terletakan diantara dL dan (4-Du), dimana 1,992 berada diantara 1,54 dan 2,34 (1,66 < 1,992 < 2,34) yang berarti tidak terjadi autokorelasi

4.7 Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regersi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan je pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke pengamtan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

(35)

Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas

Dari gambar diatas terlihat titik menyebar secara acak, baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regeresi, sehingga model regersi layak digunakan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan variabel independen PKB dan BBNKB.

4.8 Regresi Linear Berganda

(36)

Tabel 4.6

Hasil Uji Analisis Rergersi Berganda

Coefficientsa

a. Dependent Variable: LNPAD Sumber Output SPSS

Hasil analisis menunjukkan, pada kolom pada constanta (a) adalah 21,095, bahwa jika PKB (X1) dan BBNKB (X2) adalah 0, maka PAD (Y) nilainya adalah Rp. 21.095 milyar .

Koefisien regresi variabel PKB (b1) adalah 0,499 bahwa setiap peningkatan kontribusi PKB sebesar Rp. 1 juta, maka PAD akan meningkat sebesar 0,499 (4.9%).

Koefisien regresi BBNKB (b2) adalah 0,145 bahwa setiap peningkatan kontribusi BBNK sebesar Rp.1 juta, maka PAD akan meningkat sebesar 0,145 (1,4%).

Berdasarka hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Y= 21,095 + 0,499PKB + 0,145BBNKB

4.9 Pengujian Hipotesis

4.9.1 Uji Koefisien Determinasi (R2

)

(37)

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .736a .541 .527 5.122526688E10 1.992

a. Predictors: (Constant), BBNKB, PKB

b. Dependent Variable: PAD Sumber Output SPSS

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa hasil adjusted Rsquare adalah 0,527 atau 52,7%. Hal ini menunjukkan bahwa PAD dapat dijelaskan oleh variabel PKB dan BBNKB sebesar 52,7%, sedangkan sisanya 47,3% (100%-52,7%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti, seperti pajak daerah lainnya, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolalan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan yang sah (hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, denda pajak, denda retribusi daerah, hasil eksekusi atas jaminan dan lain-lain).

4.9.2 Uji F

Hasl uji F untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8

Hasil Uji statitik F ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 23.852 1 23.852 75.475 .000a

(38)

Total 44.078 65

a. Predictors: (Constant), LNPKB

b. Dependent Variable: LNPAD Sumber Outpiy SPSS

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji F sebesar 75.475 dengan tingkat signi fikansi 0,000. Karena nilai probabailitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 dapat dikatakan bahwa PKB dan BBNKB secara bersama-sama mempengaruhi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dengan demikian Hipotesisi H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi PKB dan BBNKB secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan PAD provinsi Sumatera Utara.

4.9.3 Uji t

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 21.095 13.21 9.618 .003

LNPKB .499 0.57 736 8.688 .000 .995 1.005

LNBBNKB .145 0.49 344 .2.927 .000 .995 1.005

a. Dependent Variable: LNPAD Sumber Output SPSS

(39)

membandingkan t hitung dengan t tabel, taraf signifikansi 5%:2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df = n-k-1 atau 66-2-1 = 63 ( n jumlah sampel dan k junlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025), maka hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,998341.Sehingga didapat hasil pengujian sebagai berikut :

a. Variabel PKB memiliki t hitung sebesar 8.688 dengan taraf signifikasi 0.000 dibawah signifiknsi 0,05 (5%). Dengan demikian t hitung > t tabel atau 8,688 > 1,998341. Sehingga dapat disimpulkan bawah PKB berpengaruh secara partial terhadap PAD. Hal ini membuktikan bahawa hipotesi H0 diterima, kontribusi PKB berpengaruh terhadap peningkatan PAD provinsi Sumatera Utara.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontribusi pajak kendaraan bermotor dan pajak bea balikn nama kedaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah. Data-data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Sampel penelitian adalah 22 kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara dengan data yang diteliti selama 3 tahun (2011-2013).

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Kontribusi Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

3. Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapat Asli Daerah.

Tiga kesimpulan di atas mendukung serta memperkuat penelitian sebelumnya oleh Rosian yang menyatan bahwa peranan kontribusi PKB dan BBNKB terhadap PAD cukup dominan.

5.2 Saran

(41)

berikut :

1. Bagi Pemerinta Provinsi Sumatera Utara

Pemerinta Provinsi Sumatera utara diharapkan dapat lebih berkonsentrasi untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, mengingat terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan empat di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada di Kota Medan. Dengan dasar ini, pengenaan pajak atas kendaraan bermotor dapat menjadi potensi utama bagi perinta provinsi Sumatera utara dalam penerimaan daerah sektor pajak.

Pengoptimalan pemungutan pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut :

• Setiap UPT dapat lebih meningkatkan kesadran masyarakat

dengan mengadakan publikasi dan sosialissi tentang pajak kendaraan bermotor seta peran dan fungsi pajak kendaraan bermotor dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

•Untuk dapat mencapai targe dan realisasi pajak kendaraan

bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor yang telah ditetapkan diharapak sertiapUPT dapat mebina kerja sama yang baik dengan wajib pajak, sesama petugas pemungut pajak, dan instansi terkait.

•Setiap kantor UPT hendaknya melakukan peningktan pelayanan

(42)

•Hendaknya setiap UPT mempermudah prosedur pemungutan

pajak agar peningkatan target dan realisasi pajak kendaraan bermotor dapat melebihi yang telah ditetapkan.

2. Bagi Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini, baik dari segi umlah sampel yang meliputi 22 kab/kota di Sumatera Utara, tahun penelitian yang hanya terbatas sampai 3 tahun, serta pembahasan mengenai pendatan daerah yang hanya berfokus pada pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kontribusi

“Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maksudnya adalah keikutsertaan, keterlibatan melibatkan diri maupun sumbangan, dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi ataupun tindakan (Wikipedia. 2016. Kontribusi. Diakses dari http://id.wikipedia.org)”. Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) “ Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Dan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan “Sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.”

Dalam rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi disini adalah sumbangan, iuran atau sokongan yang diberikan oleh pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah.

2.1.2 Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Sumitro dalam resmi (2008:1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(44)

simpanan publik (public saving) yang ,merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment).

Pajak (dari bahasa latin taxo; “rate”) adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (Wikipedia. 2016. Pajak. Diakses dari

Menurut undang-undang No. 28 tahun 2007 disebutkan, “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu :

1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara dan iuran tersebut berupa uang bukan barang.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrasepsi individual oleh pemerintah.

(45)

public investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat

luas.

b. Perbedaan Pajak dan Retribusi

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 64, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah.

ciri-ciri Retribusi daerah adalah :

1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan Undang-Undang dan PERDA

2. Hasil Penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah

3. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontraprestasi secara langsung 4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah untuk dinikmati pihak tertentu

5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi bersifat ekonomis

Perbedaan Pajak dan Retribusi dapat dilihat dari beberapa faktor. Yang paling utama terlihat dari dasar hukumnya. Pajak telah diatur dalam Undang-Undang dan tertulis jelas, sedangkan Retribusi dasar hukumnya adalah Peraturan Pemerintah, dan Perturan Daerah.

(46)

Tabel 2.1

Perbedaan Pajak dan Retribusi

No. Faktor yang

2. Ketetapan Pajak diatur dengan Undang-Undang.

Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

3. Pihak Pemungut Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah.

4. Sifat Pelaksanaan

Pajak yang telah dipungut dari masyarakat ke kas Negara memilik dua fungsi yaitu :

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

(47)

d. Teori Pemungutan Pajak

Menurut R. Santoso Brotodiharjo, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak yaitu :

1. Teori asuransi, menurut teori ini, negara mempunyaintugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingan baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. Untuk melindungi tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam perjanjian asurnsi diperlukan adanya pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi.

2. Teori Kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang miskin justru dibebaskan dari breban pajak.

(48)

4. Teori Daya Pikul sebenarnya tidak memberikan jawaban atas justifikasi pemungutan pajak. Teori ini hanya mengusulkan supaya dalam memungut pajak, pemerintah harus memperhatikan daya pikul dari wajib pajak. Jadi wajib pajak membayar pajak sesuai dengan daya pikulnya. Ajaran teori ini ternyata masih dapat bertahan sampai sekarang, yakni seorang wajib pajak tidak akan dikenakan pajak penghasilan atas seluruh penghasilan kotornya. Suatu jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidupnya haruslah dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dikenakan tarif pajak. Jumlah yang dikeluarkan itu disebut penghasilan tidak kena pajak, kebutuhan minimum kehidupan atau pendapatan bebas pajak.

5. Teori Asas Daya Beli, menurut teori ini justifikasi pemungutan pajak terletak pada efek atau akibat pemungutan pajak. Di hampir seluruh negara pemungutan pajak membawa efek atau akibat yang positif. Misalnya tersedianya dana yang cukup untuk membiayai pengeluaran umum negara. Karena efeknya baik, maka pemungutan pajak adalah juga bersifat baik. 6. Teori-teori yang disebutkan diatas berusaha memberi justifikasi kepada

(49)

justifikasinya. Pajak dipergunakan untuk pembangunan, sehingga dapatlah dikatakan adanya suatu teori pembangunan disamping teori daya beli dan teori yang lainnya.

e. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

Dalam sistem pemgungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut agar tidak terjadi hambatan dan juga perlawanan dalam pembayaran pajak, antara lain syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), artinya pemungutan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (syarat yuridis), artinya pajak diatur dalam Undang-Undang dan memberi jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis), artinya pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), sesuai dengan fungsi budgeter, bahwa biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Syarat pemungutan pajak harus sederhana, artinya dengan cara pemungutan yang sederhana, artinya dengan cara pemungutan yang sederhana, akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

(50)

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

1. Stelsel pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel yaitu: 1.1. Stelsel Nyata (Rill)

menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.

1.2. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Denganstelsel ini bearti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

1.3. Stelsel Campuran

Menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kontribusi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahundihitung berdasarkan stelsel anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak di sesuaikan dengan keadaan sebenarnya.

2. Asas Pemungutan Pajak, terdiri dari tiga asas yaitu : 2.1. Asas Domisili

(51)

2.2. Asas Sumber

Menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

2.3. Asas Kebangsaan

Menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnys pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.

3. Sistem pemungutan pajak terdiri atas tiga sistem yaitu : 3.1. Official Assessment system

Adalah sistem yang memberti kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya seseuai dengan peraturan Perundag-Undangan pajak yang berlaku. 3.2 Self Assessment System

sistem yang memberi kewenagan kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri njumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

3.3 With Holding System

Adalah sistem yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(52)

Hukum Pajak mengatur hubugan antara pemerintaah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan masyarakat selaku wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yaitu :

1. Hukum Pajak Materil

Adalah memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek), siapa yang dikenakan pajak (subyek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya hutang pajak, dan hubungan antara pemerintah dan wajib pajak

2. Hukum Pajak Formil

Adalah memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini terdiri dari :

2.1. Tata cara penyelenggaraan suatu utang pajak.

2.2. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

2.3. Kewajiban dan hak-hak wajib pajak misalnya, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dan mengajukan keberatan atau banding.

2.1.3. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Derah

(53)

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD. Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.

Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 Pasal 1, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku”. Pendapatan Asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah dalam membiayai pembangunandan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk meperkcil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.

Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaab kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.

(54)

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Sumber keuangan daerah menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, yaitu :

1. Pendapatan asli daerah terdiri atas : a) Hasil pajak daerah.

b) Hasil retribusi daerah.

c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan daerah lainnya yang dipisahkan.

d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana perimbangan terdiri atas :

a) Bagian daerah penerimaan PBB, bea perolehan hak atas tanah bangunan dari sumber daya alam.

b) Dana alokasi umum. c) Dana alokasi khusu. 3. Pinjaman daerah.

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

Sumber pendapatan Daerah menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1999, terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari : a) Hasil pajak daerah.

b) Hasil retribusi daerah

c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan.

(55)

2. Dana Perimbangan terdiri dari :

a) Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari seumber daya alam.

b) Dana alokasi umum. c) Dana alokasi Khusus.

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sumber pendapatan daerah terdiri atas :

1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : a) Hasil pajak daerah

b) Hasil retribusi daerah

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d) Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan yaitu : a) Dana bagi hasil b) Dana alokasi umum c) Dana alokasi Khusus

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Sumber Keuangan daerah menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, terdiri atas :

1. PAD bersumber dari : a) Pajak Daerah. b) Retribusi Daerah.

(56)

2. Lain-lain PAD yang sah

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisakan b) Jasa giro

c) Pendapatan bunga

d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan

f) Pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2.1.4. Pajak Daerah

a. Pengertian Pajak Daerah

Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.

Menurut Rochmat Soemitro (Halim, 2001:143), “Pajak daerah merupakan iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan negara dari sektor partikelir kepada sektor pemerintah) dengan tiada mendapat timbal balik yang langsung ditunjuk dan digunakan untuk mebiayai pengeluaran umum.”

(57)

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dari pengertian pajak daerah disbutkan diatas maka dapat disimpukan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daearah yang diatur dalam Undag-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumag tangga daerah itu sendiri.

b. Kriteria Pajak Daerah

Ada beberapa hal yang dianggap sebagai kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat dianggap sebagai pajak daerah, yaitu :

1. Bersifat pajak dan bukan retribusi.

2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

3. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan eksport-import. 4. Potensinya memadai. Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya

pemungutan.

5. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.

(58)

Dari segi jenis pajak yang dipungut, masing-masing tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memiliki jenis yang berebeda. Digolongkan menjadi :

1. Jenis Pajak Provinsi, ditetapkan sebanyak empat jenis yaitu : 1.1. Pajak Kendaraan Bermotor

1.2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1.3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

1.4.Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan 2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota ditetapkan tujuh jenis yaitu :

2.1. Pajak Hotel 2.2. Pajak Restoran 2.3. Pajak Hiburan 2.4. Pajak Rekalme

2.5. Pajak Penerangan Jalan

2.6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 2.7. Pajak Parkir

2.1.5. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) a. Pengertian PKB

(59)

kendaraan bermotor. Berikut adalah jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Utara menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara :

Tabel 2.2

Jumlah Kendaraan Bermotor

Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar (Unit)

Tahun

Mobil penumpang

Mobil bus

Mobil Gerobak

Sepeda

Motor Jumlah

2011 356.931 71.112 217.254 3.924.007 4.569.295

2012 386.114 71.590 231.750 4.292.933 4.982.417

2013 416.405 71.900 242.445 4.584.431 5.315.181

Sumber : BPS Sumatera Utara b. Dasar Hukum

Yang menjadi dasar hukum pemungutan pajak kendaraan bermotor adalah :

1. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 Terutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintan Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2006 tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

(60)

5. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

c. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok berikut :

1. Nilai jual kendaraan bermotor.

2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor yang tidak diketahui, nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut :

1. Isi silinder dan/atau satuan daya. 2. Penggunaan kendaraan bermotor. 3. Jenis kebndaraan bermotor. 4. Merek kendaraan bermotor.

5. Tahun pembuatan kendaraan bermotor. 6. Tahun pembuatan kendaraan bermotor.

7. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan. 8. dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu.

Bobot sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksus diatas dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut :

(61)

2. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor

3. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor.

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor ditinjau kembali setiap tahunnya.

d. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor berlaku sama pada setiap provinsi yang memungut Pajak Kendaraan Bermotor. Tarif Pajak Kendaran Bermotor ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Sesuai dengan peraturan gubernur No. 14 tahun 2015 tarif pajak kendaraan bermotor dibagi menjadi tiga kelompok dengan jenis pengeuasaan kendaraan bermotor, yaitu :

1. 1,75% untuk kepemilikan pertama kendaraan motor pribadi dan Badan; 2. 1% untuk kendaraan umum. Yaitu kendaraan bermotor yang disediakan

untuk dipergunakan umum dengan dipungut bayaran.

3. 0,5% untuk kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lemabaga sosial dan keagamaan dan instansi pemerintah. 4. 0,2% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

e. Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan pajak kendaraan bermotor adalah sesuai rumus :

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan pajak

(62)

f. Pengecualian Objek pajak

Objek pajak kendaraan bermotor dikecualikan terhadap milikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor oleh :

1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

3. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah.

Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memilik dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang memilik kendaraan bermotor.

g. Tata Cara Pembayaran dan Pengenaan dan Restitusi

Pajak yang terutang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor yang telah ditetapkan. Adapun ketentuan tersebut adalah :

1. Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak da belas bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftran kendaraan bermotor.

2. Pajak kendaraan bermotor yang terutang dibayar sekaligus dimuka.

3. Pajak kendaraan bermotor karena suatu hal dan lain hal masa pajaknya tidak sampai dua belas bulan, maka dilakukan restitusi.

(63)

2.1.6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

a. Pengertian Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual-beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan kedalam badan usaha.

b. Objek Pajak

Objek pajak bea baliknama kendaraan bermotor adalah penyerahan kendaraan bermotor. Yang termasuk penyerahan kendaraaan bermotor yakni pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia kecuali:

1. untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan, 2. untuk diperdagangkan,

3. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean di Indonesia, dan

4. digunakan untuk pameran, penelitian, contoh,dan kediatan bertaraf Internasional.

Pengecualian dalam huruf e tersebut dibawah tidak berlaku apabila selama tiga tahun berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean di Indonesia.

c. Dasar Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(64)

d. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar : 1. 15% untuk penyerahan pertama dan;

2. 1,0% untuk penyerahan kedua dan seterusnya termasuk penyerahan kendaraan bermotor lelang/dump, hibah dan waris.

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif BBN-KB ditetapkan sebesar :

1. 0,75% untuk penyerahan pertama

2. 0,075% untuk penyerahan keduan dan seterusnya

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan karena warisan ditetapkan sebesar :

1. 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan umum 2. 0,1% untuk kendaraan bermotor umum

3. 0.03% unutk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar e. Perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Besarnya pokok bea balik nama kendaraan bermotir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Dengan rumus sebagai berikut :

• NJKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor

f. Pengecualian Objek Pajak

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan

(65)

Objek Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dikecualikan terhadap penyerahan kendaraan bermotor kepada :

1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, perwakilan lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik

3. Subjek Pajak lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerag

Subjek Pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. Wajip pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor.

g. Tata Cara Pembayaran dan Pengenaan

Tata cara pembayaran dan pengenaan pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah :

1. Pembayaran bea balik nama kendaraamn bermotor dilakukan pada saat pendaftaran.

2. Wajib pajak bea balik nama kendaraan bermotor wajib daftarkan penyerahan kendaraan bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak saat penyerahan.

Sistem Pemungutan

(66)

sistem ini wajib pajak harus aktif, sedangkan fiskus dalam pelaksanaanya ahnya memberi bimbingan, pengarahan, dan mengawasi wajib pajak.

Wajib pajak membayar pajak dengan menggunakan surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Derah atau pejabat yang ditunjuk. SKPD terdiri dari lima lembar antar lain :

1. Lembar 1 : Wajib Pajak

2. Lembar 2 : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 3. Lembar 3 : Jasa Raharja

4. Lembar 4 : Bendaharawan Khusus Penerima

5. Lembar 5 : Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya harus menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD), setelah itu kepada wajib pajak yang telah mendapat SKPD dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

2.1.7 Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Rosalina (2008)

Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Setelah Otonomi Daerah Studi

Kasus pada Pemerintahan Kepulan

Riau.

(67)

(2014) Pajak Hotel, Pajak

hotel, pajak restoran dan retribusi daerah terhadap hotel, pajak restoran dan retribusi daerah, sedangkan

(68)

4. Herliene Yudhah nilai t-hitung sebesar 7,957 dengan signifikansi 0,00. Artinya bahwa terdapat pengaruh signifikan dari bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor terhadap panjang jalan dengan kondisi baik di kabupaten/kota penerima dana bagi hasil.

5.

Anggraeni

(2010) Analisis Pengaruh

(69)

2.1.8. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gamabar kerangka konseptual diatas penulis ingin mengkaji dan menguji apakah Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli daerah.

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daearah

Pendapatan asli daerah (Y)

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

X1

Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBNKB)

(70)

H2 : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pengasilan Asli Daerah.

(71)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan setiap daerah baik Provinsi, Kota, maupun kabupaten dapat dengan mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan ekonominya masing-masing. Masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien sebagai administrator penuh, agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama sumber pendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah (PAD).

(72)

mandiri. Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan dan pengawasan keuangan daerah. Sistem pembiayaan daerah dalam konteks otonomi daerah merupakan salah satu aspek yang paling penting, maka dari itu pemerintah Daerah diharapkan dapat lebih terfokus pada peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan di daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, faktor kemampuan daerah merupakan hal yang penting, khususnya dalam era otonomi daerah. Kemampuan keuangan dan anggaran daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintahan daerah dalam meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerahnya. Biasanya diukur dengan desentralisasi fiskal atau otonomi fiskal daerah, yang dapat diketahui melalui perhitungan kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total APBD serta kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa “sumber pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan pendapatan lain-lain yang sah”. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapakan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya.

Gambar

Tabel 3.1  Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel
Tabel 3.3 Sampel Penelitian Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.1 UPT di Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan untuk mencari apakah penerimaan atas pajak kendaraan bermotor dan pajak bea balik nama kendaraan bermotor di pemerintah Propinsi Kepulauan Riau tahun 2004

Secara serempak variabel Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan

Hasil pengujian hipotesis variabel secara bersama-sama (simultan) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan

perbandingan dari tahun ketahurr yang diberikan Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi

Penelitian hanya membahas kontribusi, Efektivitas Pemungutan, dan tingkat pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap variabel independen yaitu Jumlah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Jumlah Bea Balik Nama Kendaraan

181410142 dengan judul “Analisis Pengaruh Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,Dan Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Provinsi Banten”,

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH