• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan. Kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui dalam melihat hubungan antara berbagai variabel. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan bagi pemerintahan daerah dalam menciptakan infrastruktur daerah. PAD didapatkan dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Untuk itu dalam masa desentralisasi, pemerintah daerah dituntut agar bisa mengembangkan dan meningkatkan PAD nya masing-masing dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki, dengan tujuan bisa membiayai segala kegiatan penciptaan infrastruktur atau sarana prasarana daerah melalui alokasi Belanja Modal pada APBD (Hasudungan Pohan, 2018).

Dalam Agency Theory, hubungan kontraktual antara agen dan prinsipal dalam konteks Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari kemampuan dan tanggungjawab pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan publik yang baik serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja modal, yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai yang dibiayai dari

belanja modal yang dianggarkan setiap tahunnya, sedangkan belanja modal itu sendiri sumber pembiayaannya berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, Pemerintah daerah (agen) bertanggung jawab kepada masyarakat (prinsipal) karena masyarakat telah memberikan sebagian uangnya kepada pemerintah daerah melalui pajak, retribusi, dan lain-lain. Dengan demikian, ada hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal (Adyatma & Oktaviani, 2015).

Adanya tanggungjawab pemerintah dalam menggunakan sumber penerimaan yang diterima dari masyarakat tersebut diharapkan akan semakin mendorong pemerintah untuk melaksanakan mandat tersebut dalam membiayai kebutuhan belanja daerahnya. Oleh karena itu, Semakin banyak Pendapatan Asli Daerah yang diterima oleh pemerintah daerah, maka diharapkan akan semakin meningkat belanja modal daerahnya. Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh pada tingkat produktivitas masyarakatnya dan akan menarik calon investor untuk menanamkan modalnya pada daerah tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan PAD. Peningkatan PAD diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal oleh pemerintah. Hal ini diperkuat dengan beberapa penelitian terdahulu yang menemukan adanya pengaruh positif dari pendapatan asli daerah terhadap pengalokasian belanja modal, diantaranya adalah penelitian Mahargono (2017), Susanti & Fahlevi (2016), Husniyah (2019), Hasudungan Pohan (2018), dan Andrian & Samekto (2017).

2.3.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal

Dana Alokasi Umum merupakan salah satu dana perimbangan yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada daerah. Dana Alokasi Umum bersumber dari APBN pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi yang bertujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah (Siregar, 2017). Dana Alokasi Umum memiliki sifat block grant yaitu dana yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah digunakan sesuai dengan kewenangan daerah. Namun dalam pengelolaannya harus mengutamakan kebutuhan yang penting dan kebutuhan tersebut dapat meningkatkan pelayanan sektor publik kepada masyarakat (Halim A. , 2017).

Berdasarkan teori keagenan, pihak prinsipal yaitu pemerintah pusat memberikan bantuan dana berupa Dana Alokasi Umum kepada pemerintah daerah dalam menjalankan kinerjanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah daerah sebagai agen harus mengelola dana tersebut demi kepentingan masyarakat dengan menentukan belanja mana yang lebih penting. Semakin tinggi Dana Alokasi Umum, maka akan semakin besar pula alokasi pada belanja modal, karena daerah yang menerima DAU yang besar anggaran untuk belanja modal pun meningkat (Adyatma & Oktaviani, 2015). Transfer DAU dari pemerintah pusat dapat menunjang pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan publik melalui pembangunan infrastruktur serta sarana melalui alokasi anggaran Belanja Modal, dengan meningkatnya pelayanan publik diharapkan pula menunjang peningkatan pendapatan masyarakat (Hasudungan Pohan, 2018). Hal ini diperkuat dengan penelitian Mahargono (2017), Susanti & Fahlevi (2016), Okynawa & Mustikowati

(2018) yang menemukan bahwa dana alokasi umum berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal.

2.3.3 Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Belanja Modal

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas nasional. Tujuan DAK untuk mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah.

Pemanfaatan DAK diarahkan kepada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan publik dengan umur ekonomis panjang. Dengan diarahkannya pemanfaatan DAK untuk kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang direalisasikan dalam alokasi Belanja Modal. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa DAK merupakan salah satu sumber pendanaan untuk sebuah Belanja Modal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian dana transfer dari pemerintah pusat (DAK) dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui Belanja Modal (Hasudungan Pohan, 2018).

Berdasarkan teori keagenan, pemerintah daerah diberikan mandat berupa Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat untuk meningkatan sarana dan prasarana bagi masyarakat dan pemerintah daerah harus bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal dengan menjalankan kinerjanya dengan mengutamakan kepentingan fasilitas publik di daerahnya. Dengan dialokasikannya Dana Alokasi Khusus pada kegiatan pembangunan infrastruktur, maka dapat meningkatkan

belanja modal (Novianto & Hanafiah, 2015). Hal ini diperkuat dengan penelitian Wandira (2013), Hasudungan Pohan (2018) yang menemukan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal.

2.3.4 Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh), sedangkan dana yang bersumber dari sumber daya alam meliputi kehutanan, mineral dan batu bara, minyak bumi dan gas bumi, pengusahaan panas bumi dan perikanan. Tujuan Dana Bagi Hasil adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil.

Secara teoritis dengan melihat tujuan Dana Bagi Hasil, pemerintah daerah akan mampu menetapkan pengalokasian Belanja Modal yang semakin besar jika anggaran Dana Bagi Hasil semakin besar dan begitupun sebaliknya. Semakin besar Dana Bagi Hasil menjadikan pemerintah daerah mengalokasikan lebih banyak untuk Belanja Modal sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat (Hasudungan Pohan, 2018). Hal ini diperkuat dengan penelitian Wandira (2013), Susanti & Fahlevi (2016) yang menemukan bahwa dana bagi hasil berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal.

Berdasarkan penjelasan diatas, landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dokumen terkait