• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Konseptual

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH RISVAN WIJAYA (Halaman 50-105)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018, yang kemudian dianalisis dengan Model Altman Z-Score, Zmijewski dan Springate untuk mengetahui potensi terjadinya Kebangkrutan.

Hasil akhir penelitian akan terlihat apakah perusahaan food and beverage mengalami kebangkrutan atau tidak dan melihat model mana yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Beberapa model prediksi kebangkrutan perusahaan dikembangkan dan ditemukan dengan formulasi data keuangan, namun setiap model prediksi memiliki tingkat akurasinya sendiri pada sektor tertentu. Seperti halnya model Altman, Altman (1968) menggunakan model step-wise Multivariate Discriminant Analysis (MDA) dalam penelitiannya. Seperti regresi logistik, teknik statistika ini juga biasa digunakan untuk membuat model dimana variabel dependennya merupakan variabel kualitatif. Output dari teknik MDA adalah persamaan linear yang bisa membedakan antara dua keadaan variabel dependen.

Zmijewski berhasil menemukan model analisis kebangkrutan setelah melakukan studi kebangkrutan selama 20 tahun. Zmijewski menggunakan sampel 75 perusahaan yang bangkrut dan 73 perusahaan yang sehat selama tahun 1970 sampai tahun 1978. Perbedaan yang signifikan antara perusahaan sehat dan tidak sehat ditunjukan oleh indikator F-test terhadap rasio-rasio kelompok. Penelitian ini menghasilkan 3 rasio keuangan yang paling berpengaruh terhadap potensi

Springate (1978) telah melakukan penelitian dan menghasilkan model prediksi kebangkrutan yang dibuat mengikuti prosedur model altman. Model Springate menggunakan 4 rasio keuangan untuk memprediksi adanya potensi kesulitan keuangan dalam suatu perusahaan. Model Springate ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang menyimpulkan bahwa model Springate adalah model yang paling sesuai diterapkan untuk perusahaan transportasi di Indonesia, karena tingkat keakuratannya tinggi dan tingkat kesalahannya rendah dibandingkan model prediksi lainnya.

Penelitian ini akan membandingkan ketiga model prediksi yaitu Altman, Zmijewski dan Springate untuk melihat perbedaan skor dan tingkat akurasi pada masing-masing model prediksi dan mendapatkan satu model prediksi dengan tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan food and beverage di BEI periode 2015-2018.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Penelitian

Model Altman Z-score dalam menghitung potensi kebangkrutan perusahaan menggunakan variabel Working Capital to Total Asset, Retained Earings to Total Asset, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Debt, dan Sales to Total Assets.

Zmijewski menghitung prediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan variabel Return on Asset, Debt Ratio, dan Current Ratio. Sedangkan Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan variabel Working Capital to Total Asset, Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, Earning Before Taxes to Current Liabilities, dan Total Sales to Total Assets. Dalam menentukan klasifikasi mana perusahaan yang dikatakan bangkrut atau tidak

ketiga metode di atas juga memiliki pengelompokan yang berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditentukan untuk hipotesis pertama yaitu:

H1: Terdapat perbedaan antara model Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.

Telah banyak dilakukan penelitian tentang prediksi kebangkrutan perusahaan khususnya melakukan perbandingan dua atau lebih model perhitungan untuk menentukan mana yang paling akurat dalam memprediksinya. Seperti hasil penelitian Prabowo & Wibowo (2017) yang menyatakan model Altman Z-score merupakan model perhitungan terbaik dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Penelitian Supriati, dkk (2019) menunjukkan model Springate merupakan prediktor terbaik dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dari ketiga model perhitungan yang digunakan yaitu Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate model yang paling terbaru adalah Zmijewski yaitu di tahun 1984, Springate di tahun 1978, dan Altman di tahun 1968. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditentukan untuk hipotesis kedua yaitu:

H2: Model Zmijewski merupakan prediktor kebangkrutan terbaik pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan adalah jenis penelitian komparatif.

Menurut (Arikunto, 2005) Penelitian komparatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua hal atau lebih.

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil analisis kebangkrutan yang dihitung dengan model Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan media internet. Data didapat dari situs www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2018.

3.3. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional di dalam penelitian ini adalah:

1. Model analisis kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate. Dimana variabel-variabel bebas yang terdapat dalam ketiga model tersebut antara lain: Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of

Debt, Sales to Total Assets, Return On Assets, Debt Ratio, Current Ratio, Earning Before Taxes to Current Liabilities. Sedangkan variabel terikatnya adalah Potensi Kebangkrutan Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 sampai dengan 2018.

2. Penggunaan model analisis kebangkrutan Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan, bukan sebagai penentu kepastian kebangkrutan.

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang memuat cara mengukur variabel bebas dan terikat agar dapat dioperasikan. Definisi variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam 4 bagian.

3.4.1. Definisi Operasional Altman Z-score

1. Working Capital to Total Assets (X1) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu dengan membandingan aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total kativa lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva.

2. Retained Earnings to Total Assets (X2) mengukur kemampulabaan kumulatif perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, maka semakin sedikit waktu

yang dimiliki untuk membangun laba kumulatif. Biasanya yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih berumur ini tidak mengherankan karena pemberian tingkat kegagalan yang tinggi kepada perusahaan yang lebih muda merupakan hal yang wajar. Bila perusahaan sudah mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai menurun.

Bagi banyak perusahaan, nilai laba ditahan dan rasio X2 menjadi negatif.

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (X3) mengukur kemampulabaan perusahaan memperoleh tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Jika rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari Bunga pinjaman.

4. Market Value of Equity to Total Liabilities (X4) merupakan kebalikan dari rasio utang per modal. Nilai modal yang dimaksud adalah nilai pasar modal, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.

5. Sales to Total Assets (X5) mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.

6. Prediksi kebangkrutan yang digunakan adalah metode Z-score, dengan rumus:

Z-Score = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Perusahaan food and beverage dikategorikan berpotensi mengalami kebangkrutan apabila nilai Z-score yang didapat < 1,80. Berpotensi mengalami kebangkrutan dalam 2 tahun ke depan jika nilai Z-score nya diantara 1,80 – 2,70. Terdapat kondisi keuangan di suatu bagian yang membutuhkan perhatian khusus jika Z-scorenya diantara 2,70 – 2,99. Perusahaan dikatakan tidak berpotensi mengalami kebangkrutan ketika Z-score nya > 2.99

6.1.1. Definisi Operasional Zmijewski

1. Return on Assets – ROA (X1) mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Return on Assets diukur dengan membandingkan net income terhadap total assets.

2. Debt Ratio (X2) mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Kreditur lebih senang apabila debt ratio rendah, semakin rendah rasio semakin terlindungi kreditur dari kemungkinan kerugian (likuidasi).

3. Current Ratio (X3) mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia. Current ratio dihitung dengan membandingkan aktiva lancar (current assets) terhadap hutang lancar (current liabilities). Aktiva lancar terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas. Apabila hutang lancar lebih besar daripada aktiva lancar, current ratio akan semakin rendah.

4. Prediksi kebangkrutan dengan metode Zmijewski dinyatakan dengan rumus:

Z = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Perusahaan food and beverage dikategorikan bangkrut apabila nilai Z yang dihasilkan bernilai positif. Sedangkan semakin negatif nilai Z perusahaan food and beverage maka semakin jauh perusahaan dari potensi mengalami kebangkrutan.

6.1.2. Definisi Operasional Springate

1. Working Capital to Total Assets (A) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likud bersih atau modal kerja didefiniskan sebagai total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva.

2. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (B) mengukur kemampulabaan perusahaan untuk memperoleh tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun.

3. Earnings Before Taxes to Curent Liabilities © mengukur produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari bunga pinjaman.

4. Sales to Total Assets (D) mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.

5. Prediksi kebangkrutan yang digunakan Springate dinyatakan dengan rumus:

S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D

Perusahaan food and beverage dikategorikan bangkrut apabila nilai S yang dihasilkan < 0,862. Perusahaan food and beverage dikategorikan sehat jika nilai S yang dihasilkan > 0,862.

Tabel 3.1

Definisi Operasonal, Indikator Variabel, dan Pengukuran Variabel Altman Z-score

No Varibale Definisi Indikator Skala

Ukur 1 Working Capital

to Total Assets

6 Prediksi

Definisi Operasional, Indikator Variabel, dan Pengukuran Variabel Zmijewski

No Variabel Definisi Indikator Skala Ukur

1 Return on Asset Mengukur

3 Current Ratio Mengukur kemampuan

pendek, dengan

Definisi Operasional, Indikator Variabel, dan Pengukuran Variabel Springate

No Variabel Definisi Indikator Skala Ukur

1 Working Capital to Total Assets

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah populasi perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI berjumlah 18 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria sampel yang digunakan yakni:

1. Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI dalam periode 2015-2018

2. Perusahaan food and beverage yang menerbitkan laporan keuangan lengkap dan telah diaudit dalam periode 2015-2018

3. Perusahaan food and beverage yang memiliki data laporan keuangan yang lengkap untuk digunakan sebagai variabel penelitian.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 12 perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian dengan waktu pengamatan selama 4 tahun.

Tabel 3.4

Daftar Perusahaan Food and Beverage yang Menjadi Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

Kriteria Penentuan

Sampel Sampel 1 2 3

1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA X X -

2 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO Sampel 1

3 Campina Ice Cream Industri Tbk CAMP X X - 4 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA Sampel 2

5 Sariguna Primatirta Tbk CLEO X X -

7 Buyung Poetra Sembada Tbk HOKI X X - 8 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP Sampel 4 9 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF Sampel 5 10 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI Sampel 6

11 Mayora Indah Tbk MYOR Sampel 7

12 Prima Cakrawala Abadi Tbk PCAR X X -

13 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN Sampel 8 14 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI Sampel 9

15 Sekar Bumi Tbk SBKM Sampel 10

16 Sekar Laut Tbk SKLT Sampel 11

17 Siantar Top Tbk STTP X X -

18 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

ULTJ Sampel 12

3.6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa data sekunder yang meliputi data laporan keuangan perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI, buku-buku referensi, jurnal-jurnal serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan studi pustaka. Menurut (Arikunto, 2002) metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda tertulis. Metode ini diterapkan dengan mempelajari data-data yang berhubungan dengan objek penelitian dan mencatatnya untuk dijadikan objek penelitian. Data yang diambil adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI. Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan memahami literatur, membaca buku-buku, dan sumber

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan Multiple Discriminant Analysis (MDA) sebagai berikut:

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data dikumpulkan, diklarifikasikan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang dibahas.

3.8.2. Uji Normalitas

Data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas.

Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas, salah satunya adalah uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Untuk mendeteksi apakah sampel diambel dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dalam alat uji ini, dapat dilihat dari nilai Asymp.

Sig. (2-tailed).

3.8.3. Multiple Discriminant Analysis (MDA)

Multiple Discrimnant Analysis (MDA) adalah salah satu model statistik yang dapat membantu untuk menginterpretasikan rasio keuangan dan menggunakannya dalam pengambilan keputusan. MDA digunakan untuk

mengetahui variabel-variabel penciri yang membedakan kelompok populasi yang ada, serta dapat dipergunakan sebagai kriteria pengelompokkan. MDA dilakukan berdasarkan pada perhitungan statistik terhadap pengelompokkan yang terlebih dahulu diketahui secara jelas.

1. Analisis Model Altman Z-score

Z-Score = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5 Keterangan:

X1 : Working Capital/Total Assets X2 : Retained Earnings/Total Assets

X3 : Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets X4 : Market Value of Equity/Total Liabilities

X5 : Sales/Total Assets 2. Analisis Model Zmijewski

Z = -4,4 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3 Keterangan:

X1 : Net Income/Total Assets X2 : Total Debt/Total Assets

X3 : Current Assets/Current Liabilities 3. Analisis Model Springate

S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Keterangan:

A : Working Capital/Total Assets

B : Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets

C : Earnings Before Taxes/Current Liabilities D : Sales/Total Assets

3.9. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan uji statistic non-parametrik yakni Independent-Sample Test (Uji K Sampel Independen). K-Independent-Sample Test digunakan untuk membandingkan distribusi dua atau lebih group independent dari suatu variabel. Dalam penelitian ini K-Independent-Sample Test ini yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis H.

Uji Kruskal-Wallis H merupakan pengembangan dari metode pengujian Mann-Whitney (U Test). Metode ini digunakan untuk menguji beberapa sampel yang sifatnya independent dan memiliki populasi yang sama. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil SPSS menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan potensi kebangkrutan dengan model Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate pada industry food and beverage yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.

Namun apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan potensi kebangkrutan dengan model Altman Z-score, Zmijewski, dan Springate.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI. Profil masing-masing perusahaan perusahaan food and beverage adalah sebagai berikut:

1. Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)

PT. Tri Banyan Tirta Tbk merupakan produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merk ALTO, TOTAL dan produk air kali dengan merk Total 8+. TBT juga merupakan produsen OEM untuk AMDK merk VIT, produk dari Danone—

Aqua, dan untuk minuman energy merk Panther, produk dari KINOCARE.

Perusahaan yang didirikan pada 03 Juni 1997 ini telah mendapatkan sertifikasi dan uji kelayakan sebagai produsen AMDK, yaitu SNI 01-3553-2996, lulus pemeriksaan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Asia and Middle East Bottled Water Association (ABWA), Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) serta Sertifikasi Halal. Fasilitas produksi perusahaan bersertifikat ISO 9001 : 2008, HACCP.

2. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA)

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang industry pengolahan minyak nabati dan minyak nabati spesialitas yang digunakan untuk industry makanan dan minuman. Produk yang dihasilkan yaitu minyak kelapa sawit beserta produk-produk turunannya, biji tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati spesialitas. Selain itu juga

bergerak dalam usaha bidang perdagangan lokal, ekspor, impor; perdagangan hasil bumi, hasil hutan; melakukan perdagangan barang-barang keperluan sehari-hari; bertindak sebagai grosir, distributor, leveransir, eceran dan lainnya. Pada tahun 1996 menjadi perusahaan public dengan nama PT Cahaya Kalbar Tbk. Pada tahun 2013 Perusahaan berganti naman menjadi PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

3. Delta Djakarta Tbk (DLTA)

PT Delta Djakarta Tbk didirikan pertama kali di Indonesia pada tahun 1932 sebagai perusahaan produksi bir Jerman bernama ―Archipel Brouwerij, NV.‖

Perseroan kemudia dibeli oleh Perusahaan Belanda dan berganti nama menjadi NV De Oranje Brouwerij. Perseroan resmi menggunakan nama PT Delta Djakarta sejak tahun 1970. Di tahun 1984, PT Delta menjadi salah satu perusahaan Indonesia pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), mengukuhkan statusnya sebagai pemain utama industry bir dalam negeri.

4. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

Cikal bakal ICBP berawal dari Grup Produk Konsumen Bermerek (Consumer Branded Product atau ―CBP‖) perusahaan induknya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (―Indofood‖). Kegiatan usaha Grup CBP ini dimulai dengan bisnis di bidang mi instan pada tahun 1982. Di tahun 1985, Grup CBP memulai kegiatan usaha di bidang nutrisi dan makanan khusus, dan di tahun 1990 mengembangkan kegiatan usahanya ke bidang makanan ringan melalui kerja sama dengan Fritolay Netherlands Holding B.V., afiliasi dari PepsiCo. Kegiatan usaha di bidang

penyedap makanan dibentuk pada tahun 1991, sedangkan unit usaha di bidang biskuit di tahun 2005. Kegiatan usaha di bidang dairy dimulai di tahun 2008 melalui akuisisi Drayton Pte. Ltd., yang merupakan pemegang saham mayoritas dari PT Indolakto (―Indolakto‖). Di tahun 2009, Indofood melakukan restrukturisasi berbagai kegiatan usaha produk konsumen bermerek di bawah Grup CBP untuk membentuk ICBP. Sejak pendirian ICBP sebagai entitas terpisah, Perseroan terus mengembangkan usahanya dan memperkuat kepemimpinannya di berbagai segmen pasar.

5. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk menurut Anggaran Dasar bergerak di bidang industri, perdagangan, agribisnis, dan jasa. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perseroan meliputi antara lain, industri penggilingan gandum menjadi tepung terigu yang terintegrasi dengan kegiatan usaha anak perusahaan di bidang industry konsumen bermerek, industri agribisnis yang terdiri dari perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dan tanaman lainnya, serta distribusi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan mengganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur tahun 1994.

6. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi minuman beralkohol (golongan A) dan minuman non-alkohol yang berdiri pada 3 Juni 1929 di Medan dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrowerijen.

Pada 30 November 2007, dilakukan merger antara Bursa Efek Surabaya dan

Bursa Efek Jakarta menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sejak itu, saham Perseroan diperdagangkan di BEI, dengan kode MLBI.

7. Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1990 dengan target market; konsumen Asean. Kemudian melebarkan pangsa pasarnya ke negara negara di Asia. Saat ini produk Perseroan telah tersebar di 5 benua di dunia. Bahkan pada tahun 2017 kembang gula Kopiko telah dibawa oleh awak stasiun luar angkasa internasional saat mengorbit bumi. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha Perseroan diantaranya adalah dalam bidang industri.

Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. dan entitas anak memproduksi dan secara umum mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya kedalam 2 (dua kategori) yaitu makanan dan minuman olahan, yang meliputi 6 (enam) divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi : Biskuit, Kembang Gula, Wafer, Coklat, Kopi, dan Makanan Kesehatan.

Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. dan entitas anak memproduksi dan secara umum mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya kedalam 2 (dua kategori) yaitu makanan dan minuman olahan, yang meliputi 6 (enam) divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi : Biskuit, Kembang Gula, Wafer, Coklat, Kopi, dan Makanan Kesehatan.

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH RISVAN WIJAYA (Halaman 50-105)

Dokumen terkait