• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Jeruk Keprok SoE 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam dokumen III. KERANGKA PEMIKIRAN (Halaman 34-46)

di mana:

Xk

E : elastistas dari input X

k

β

k

: koefisien estimasi dari input X X

k k dan Xj

n : jumlah variabel-variabel input yang berinteraksi : jumlah rata-rata penggunaan dari jenis input k dan j

3.2. Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Jeruk Keprok SoE 3.2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian terhadap efisiensi produksi di Indonesia sudah banyak dilakukan di bidang pertanian. Dari berbagai sumber pustaka diketahui bahwa pengkajian terhadap efisiensi tersebut paling banyak dilakukan pada subsektor

+ + = n k j kj k kk k k Xk X Xj X Y E ln ln ln ln : β β β

tanaman pangan terutama padi dan jagung yang merupakan tanaman semusim. Penelitian efisiensi teknis jeruk belum pernah dilakukan di Indonesia. Dari 141 hasil penelitian (baik nasional maupun internasional) yang telah direview pada Bab II, penulis hanya menemukan empat studi efisiensi yang berbasiskan komoditas jeruk dan semuanya di daerah subtropis. Pengkajian untuk pengembangan produktivitas dan perbaikan efisiensi jeruk keprok SoE sebagai komoditas andalan di provinsi NTT merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendasar untuk dilakukan.

Dari tinjauan teoritis dan telaahan studi terdahulu, penelitian yang telah dilakukan ini memfokuskan aspek kajiannya yang berbeda dengan penelitian sebelumnya pada beberapa hal berikut ini. Pertama, Studi terdahulu pada komoditas pertanian pada umumnya dan khusus pada jeruk menggunakan data sekunder dengan jenis data panel. Namun studi yang telah dilakukan ini merupakan terobosan baru dengan menggunakan data primer (on farm) dengan jenis data cross section. Keunggulan pendekatan data primer ini adalah pemberian rekomendasi kebijakan dapat secara langsung diarahkan kepada petani dan/atau stakeholders usahatani jeruk yang spesifik lokasi di mana penelitian tersebut dijalankan. Namun tidak menutup kemungkinan rekomendasi tersebut dapat digunakan di tempat usahatani jeruk lainnya di Indonesia. Kedua, Semua penelitian terdahulu tentang efisiensi produksi jeruk dilaksanakan di daerah subtropis. Penelitian ini merupakan suatu pengkajian efisiensi jeruk keprok di daerah lahan kering dengan iklim tropis. Ketiga, meskipun menggunakan pendekatan yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya, yakni production stochastic frontier, pendekatan primal dengan bentuk fungsi Cobb-Douglas, tetapi

penelitian ini menggunakan konsep pendugaan efisiensi teknis produksi secara bersama-sama (simultan) dengan pendugaan inefisiensi teknis dengan menggunakan Technical Efficiency Effect Model (TE Effect Model) dengan fungsi yang lebih fleksibel (translog). Keempat, penelitian ini menganalis efisiensi teknis produksi pada basis perbedaan zona agroklimat dan ukuran usahatani jeruk yang dipraktekkan oleh petani. Kelima, Perhitungan efisiensi teknis produksi jeruk keprok SoE dilakukan dengan menggunakan metode Maiximum Likelihood Estimation (MLE) dengan pendekatan stokastik frontier pada data cross section di daerah lahan kering; sekaligus melihat perbedaan tingkat efisiensi usahatani jeruk pada zona agroklimat ekstrim basah (dataran tinggi) dan ekstrim kering (dataran rendah) serta antar ukuran usahatani.

Dengan pendekatan seperti itu, maka permasalahan-permasalahan pokok studi terutama yang berkaitan dengan rendahnya produktivitas dan efisiensi sebagai akibat dari kemampuan manajerial petani yang kurang memadai, bisa dijelaskan. Usahatani jeruk keprok SoE dipusatkan pada dua zona agroklimat yakni zona dataran tinggi dan dataran rendah dan beroperasi pada ukuran usahatani yang beragam antar petani. Zona agroklimat dicirikan terutama oleh ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl) dan jumlah bulan basah-bulan kering. Zona dataran tinggi adalah daerah yang terletak di atas 500 m dpl dengan jumlah bulan basah lebih dari lima bulan dan jumlah bulan kering tidak lebih dari tujuh bulan dalam setahun. Sedangkan zona dataran rendah adalah daerah yang terletak ≤ 500 m dpl dengan jumlah bulan basah tidak lebih dari lima bulan dan jumlah bulan kering lebih dari tujuh bulan dalam setahun.

Dua zona tersebut dijadikan fokus dengan alasan untuk memperhitungkan heterogenitas daerah dalam hal sistem produksi, kondisi agroekologi, ukuran usahatani, tingkat persaingan usaha dan kelembagaan petani (Wollni, 2007) yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi usahatani. Selain itu, kebijakan pengembangan jeruk keprok SoE di TTS sejak lima tahun terakhir ditujukan pada daerah spesifik dataran tinggi dan dataran rendah. Kedua zona tersebut merupakan kawasan sentra pengembangan jeruk keprok SoE kabupaten TTS di provinsi NTT. Pertanyaan yang hendak dijawab adalah zona manakah yang dapat memberikan tingkat efisiensi yang tinggi dan faktor-faktor apa saja yang menentukan performansi efisiensi seperti itu.

Ukuran usahatani secara khusus dibedakan karena hal itu dapat merefleksikan kekayaan (harta) rumahtangga petani yang dapat memberikan pendapatan rutin kepada mereka. Besar-kecilnya ukuran usahatani mempengaruhi tingkat efisiensi (Wollni, 2007). Hal ini dapat dikaitkan dengan kemampuan petani untuk mengakses tenaga kerja, modal usaha dan input usahatani lainnya. Hal-hal tersebut akan menentukan ukuran usahatani yang dapat memberikan tingkat efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan ukuran usahatani lainnya (Binswanger dan Siller, 1983).

Ukuran usahatani yang dipakai di dalam penelitian ini adalah < 1 ha dan ≥ 1 ha. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten TTS tahun 2008 menunjukkan bahwa mayoritas (78%) petani jeruk keprok SoE di daerah itu memiliki luas usahatani sebesar < 1 ha. Pertanyaannya adalah apakah luasan usahatani seperti itu sudah memberikan efisiensi yang tinggi atau tidak, dan faktor-faktor apa saja yang menjadi determinannya.

Untuk mencapai tujuan penelitian yang sudah ditetapkan maka, data cross section pada jumlah input dan output produksi, faktor-faktor penentu inefisiensi teknis serta faktor-faktor eksternal yang relevan perlu dikumpulkan. Dari berbagai teori yang telah dipelajari, efisiensi teknis usahatani dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor internal yakni alokasi penggunaan input-input produksi seperti luas areal panen, jumlah tanaman produktif, bibit, pupuk buatan (Urea, TSP, NPK, KCL), pupuk kandang (kompos), obat-obatan (pestisida, fungisida, herbisida), tenaga kerja (dalam dan luar keluarga), populasi tanaman, pemangkasan dan penjarangan buah. Namun, realitas usahatani di lapangan menunjukkan bahwa para petani responden menggunakan input produksi seperti jumlah pohon produktif, umur tanaman produktif, kompos, tenaga kerja dan bibit tanaman. Tingkat pengetahuan petani terhadap faktor-faktor produksi ini menentukan fungsi produksi jeruk keprok SoE. Coelli et al. (1998) menunjukkan bahwa pengetahuan diringkaskan atau dipresentasikan dalam bentuk fungsi produksi suatu komoditas pertanian.

Tanaman jeruk yang berumur 5 sampai dengan lebih dari 20 tahun dikategorikan tanaman yang produktif. Jeruk mulai berproduksi pertama sejak berumur 5 tahun dan produksinya mulai menurun setelah berumur lebih besar dari 20 tahun setelah tanam. Semakin banyak jumlah tanaman jeruk yang produktif yang diusahakan petani, maka tingkat efisiensi semakin tinggi (berdampak positif). Hal yang sama juga untuk umur tanaman produktif, di mana diharapkan bahwa semakin bertambah umur tanaman jeruk, maka tingkat produktivitasnya semakin menurun dan berdampak negatif terhadap efisiensi teknisnya. Informasi dari kedua variabel ini juga akan mendorong petani apakah sudah saatnya untuk

melakukan penanaman kembali (replanting) atau peremajaan atau tidak pada musim berikutnya.

Para petani responden di daerah penelitian sebagian besar tidak menggunakan input usahatani modern seperti pupuk dan pestisida kimia. Petani menggunakan kompos untuk mendukung proktivitas usahatani jeruk mereka. Input ini diharapkan dapat berdampak positif pada produksi jeruk keprok SoE. Demikianpun terhadap efisiensi teknisnya.

Input produksi tenaga kerja yang digunakan petani adalah tenaga kerja keluarga saja. Variabel ini juga diharapkan berpengaruh positif terhadap produksi jeruk keprok SoE di daerah penelitian ini.

Beberapa variabel dummy perlu dimasukkan di dalam model fungsi produksi jeruk dengan tujuan agar dapat menghasilkan spesifikasi model yang lebih akurat. Perlu juga dicatat bahwa variabel dummy untuk bibit merefleksikan investasi petani dengan menggunakan bibit yang lebih cepat berproduksi (okulasi, cangkokan, tempelan) dibandingkan dengan bibit yang diperoleh dengan menggunakan biji. Varibel ini bernilai satu jika petani menggunakan bibit okulasi untuk tanaman produktif mereka dan diharapkan berdampak positif terhadap produksi jeruk. Variabel-variabel dummy seperti irigasi, pemangkasan dan penjarangan buah tidak diaplikasikan oleh sebagian besar petani responden sehingga tidak digunakan di dalam analisis penelitian ini. Variabel zona merefleksikan perbedaan dalam hal sistem produksi, kondisi agroekologi, tingkat persaingan usaha dan kelembagaan petani. Sedangkan ukuran usahatani mencerminkan kekayaan petani dan akses mereka terhadap input-input produksi.

Sedangkan faktor-faktor eksternal berupa curah hujan, angin, suhu, kelembaban, radiasi matahari, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), fluktuasi harga, produk impor atau produk saingan lainnya, juga turut mempengaruhi tingkat efisiensi dan atau inefisiensi usahatani jeruk keprok SoE. Faktor-faktor eksternal tersebut tidak dapat dikontrol oleh petani dan diasumsikan berkontribusi pada produksi jeruk keprok SoE melalui variabel pengganggu.

Tinggi-rendahnya produktivitas dan efisiensi suatu perusahaan pertanian juga disebabkan oleh adanya faktor-faktor internal yang berkaitan dengan kemampuan manajerial petani pengelola usahatani atau disebut juga faktor-faktor inefisiensi. Secara teoritis dan bersumberkan data hasil penelitian ini, maka faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Formal

Secara teoritis tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani akan menentukan kemampuan mereka untuk menerapkan tehnologi yang ada, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin baik kemampuan mereka untuk berproduksi secara efisien. Diharapkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan manajerial petani dan dengan demikian juga terhadap efisiensi.

2. Pengalaman Berusahatani

Petani dengan pengalaman berusahatani yang lebih lama diharapkan bisa lebih terampil di dalam mengelola usahatani jeruk yang akan berdampak positif terhadap efisiensi teknis produksi usahatani.

3. Kontak dengan Petugas Pertanian Lapangan

Petugas pertanian lapangan yang berkaitan dengan usahatani jeruk keprok SoE adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Petugas Pengamat Hama Tanaman (PPHT). Kontak dengan petugas-petugas tersebut dapat dilakukan dua arah, petani mengunjungi penyuluh atau sebaliknya. Keberadaan petugas penyuluh dan intensitas pertemuan dengan para penyuluh yang dilakukan dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman jeruk. Semakin intensif penyuluhan yang dilakukan maka petani jeruk semakin memahami tehnik budidaya, panen atau pasca panen yang baik dan petani diharapkan menghasilkan jeruk dengan tingkat produktivitas tinggi dan berproduksi lebih efisien (berdampak positif).

4. Umur Petani

Variabel ini merefleksikan struktur tenaga kerja petani pengelola usahatani jeruk dan tingkat produktivitas mereka. Masalah keengganan pemuda untuk bertani yang dialami oleh hampir semua daerah di NTT merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam pembangunan pertanian daerah lahan kering. Umur petani menjadi faktor penting dalam kaitannya dengan efisiensi produksi karena persoalan regenerasi pengelola dan produktivitas tenaga kerja usahatani jeruk keprok. Secara alamiah, semakin tua seorang pekerja, maka kemampuan kerjanya semakin menurun dan berdampak negatif terhadap efisiensi. Jika generasi muda enggan bertani, maka pengelolaan usahatani akan didominasi oleh tenaga kerja non produktif. Hal ini akan berdampak negatif pada tingkat efisiensi usahatani jeruk. Variabel kuadrat umur petani juga digunakan di dalam analisis penelitian ini untuk mengakomodasi hubungan antara kemampuan kerja petani dengan

produksi jeruk keprok SoE. Diasumsikan bahwa setelah mencapai suatu tingkatan umur tertentu kemampuan kerja petani akan menurun yakni setelah mencapai produktivitas kerja maksimumnya. Dampaknya adalah penambahan produksi yang semakin berkurang.

5. Sumber Pendapatan Lain

Petani yang memiliki sumber pendapatan lain diluar usahatani jeruk cenderung tidak berproduksi secara efisien (berpengaruh negatif) karena mereka tidak begitu takut akan resiko kegagalan produksi atau karena kekurangan tenaga kerja untuk mengelola kebun dengan baik sehingga menyebabkan inefisiensi. Tetapi jika pendapatan yang diperoleh dari luar usahatani tersebut dipakai untuk membeli input-input produksi, sehingga produksi meningkat, maka pengaruhnya terhadap efisiensi adalah positif. Pengaruh positif ini juga dapat diakibatkan oleh adanya informasi yang lebih baik yang didapat selama petani tersebut berkeja di luar usahataninya. Sebaliknya petani yang tidak memiliki sumber pendapatan lain, akan berupaya untuk mengelola usahataninya sebaik mungkin karena kegagalan dalam berproduksi akan membuat mereka tidak memiliki pendapatan.

6. Metode Penjualan

Penjualan jeruk keprok SoE pada tahun 2009-2010 dilakukan petani dengan beberapa metode yakni penjualan per kg saat panen, penjualan di muka sebelum musim panen tiba (ijon), penjualan borongan per pohon atau borongan per kebun. Pada penjualan dengan sistem ijon dan borongan, petani tidak memanen sendiri jeruknya dan pedagang pemberi ijon atau pembeli borongan sering meninggalkan sisa buah jeruk yang berkualitas rendah di pohon sampai

musim berbunga jeruk lewat. Selain itu, pembeli sering tidak mempraktekkan teknik panen yang benar. Hal-hal ini mengurangi tingkat produktivitas dan efisiensi teknis produksi jeruk keprok SoE pada musim produksi tahun berikutnya (berpengaruh negatif terhadap efisiensi). Sistem penjualan per kg pada saat panen akan meningkatkan keuntungan petani karena harganya lebih tinggi dibandingkan dengan sistem penjualan lainnya. Petani termotivasi untuk membeli input-input produksi yang dapat berpengaruh positif terhadap efisiensi. Sistem penjualan individu yang sering dipraktekkan oleh petani dapat mengurangi keuntungan petani karena mereka sering mendapatkan harga yang lebih rendah pada saat panen raya tiba.

7. Keanggotaan Kelompok Tani

Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas jeruk dan atau informasi pasar dibandingkan dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Diharapkan pula bahwa petani yang menjadi anggota kelompok tani memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai sumberdaya yang dibutuhkan di dalam pengelolaan usahatani jeruk. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi usaha (berpengaruh positif).

Awalnya, penelitian ini merencanakan untuk melakukan analisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Namun persyaratan untuk melakukan analisis efisiensi alokatif dan ekonomis tidak terpenuhi (seperti yang sudah dibahas pada Bab I tentang keterbatasan dari penelitian ini). Seperti yang diilustrasikan Gambar 29 bahwa faktor-faktor internal dan eksternal menentukan tingkat produktivitas, efisiensi dan inefisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE di daerah penelitian ini.

Gambar 29. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi dan Efisiensi Jeruk Keprok SoE

Usahatani Jeruk Keprok SoE di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dataran Tinggi (Zona A) Dataran Rendah (Zona B)

Skala Usaha: 1, 2, & Pooled A Skala Usaha 1 (Pooled B)

Produksi Efisiensi

Faktor Internal:

Alokasi Penggunaan Input

1. Jumlah pohon produktif (pohon) 2. Umur tanaman produktif (tahun) 3. Tenaga kerja (HOK)

4. Kompos (kg)

5. Bibit okulasi (Dummy)

Faktor Eksternal:

1. Iklim (curah hujan, angin, radiasi matahari, suhu) 2. Serangan OPT 3. Fluktuasi produksi 4. Fluktuasi harga 5. Infrastruktur 6. Produk impor

7. Peraturan dan kebijakan

Faktor Internal:

Sumber-Sumber Efisiensi Teknis

1. Pendidikan formal (tahun) 2. Pengalaman usahatani jeruk

(tahun)

3. Kontak dengan penyuluh (skor) 4. Umur petani (tahun)

5. Sumber pendapatan lain (Dummy)

6. Metode penjualan (Dummy) 7. Keanggotaan kelompok tani

(Dummy)

A. Output: (1) model fungsi produksi stokastik frontier untuk tanaman tahunan daerah lahan kering, (2) nilai efisiensi teknis, (3) faktor-faktor penentu produksi dan efisiensi/inefisiensi teknis jeruk keprok SoE, dan (4) rumusan kebijakan peningkatan produksi dan efisiensi produksi jeruk keprok SoE

B. Implikasi: (1) sumber pertumbuhan produktivitas dan efisiensi, (2) peningkatan

kemampuan dan perbaikan kelembagaan petani dalam pengelolaan usahatani jeruk, dan (3) pengembangan metode stokastik frontier untuk tanaman tahunan.

Pertumbuhan ekonomi regional, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan petani

Metode estimasi: Parametrik,Translog Fungsi Produksi Stokastik Frontier, Maximum Likelihood Estimation, simultan

Alokasi penggunaan input-input produksi yang tidak optimal menyebabkan tingginya inefisiensi atau rendahnya efisiensi secara teknis di dalam kelompok analisis yang sama di dalam pengelolaan usahatani pada kelompok tersebut. Sedangkan tinggi rendahnya tingkat inefisiensi dapat disebabkan oleh berbagai sumber, terutama yang terkait dengan faktor-faktor sosial ekonomi dan kemampuan manajerial petani sebagai pengelola usahatani jeruk keprok SoE tersebut.

Faktor-faktor eksternal tidak dimodelkan secara eksplisit di dalam penelitian ini. Pengaruh faktor-faktor eksternal ini dapat dijelaskan berdasarkan nilai kesalahan pengganggu (error term) yang terdiri dari dua efek yakni efek inefisiensi dan efek faktor eksternal. Efek inefisiensi dapat diketahui dengan nilai gamma dan sisanya adalah efek faktor-faktor eksternal (seperti beberapa contoh pada gambar di atas) yang berada di luar kendali pengelola usahatani jeruk keprok SoE di daerah penelitian ini.

Setelah data cross section dikumpulkan, maka pendekatan analisis stokastik frontier dengan metode estimasi Maximum Likelihood diaplikasikan pada fungsi produksi translog. Output penelitian berupa nilai TE, determinan-deteterminan produktivitas, efisiensi dan inefisiensi produksi dapat digunakan untuk merekomendasikan berbagai strategi untuk memperbaiki pertumbuhan produktivitas dan efisiensi jeruk; meningkatkan kapabilitas petani dalam pengelolaan usahatani jeruk di masa datang; dan memperkaya kepustakaan produksi stokastik frontier tanaman tahunan khas daerah lahan kering. Hal-hal ini diharapkan akan dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional, penyediaan lapangan kerja dan kesejahteraan petani jeruk keprok SoE.

3.2.2. Hipotesis

Hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah:

1. Produktivitas usahatani jeruk keprok SoE diduga dipengaruhi oleh jumlah pohon produktif, jumlah input produksi, inefisiensi teknis, zona agroklimat dan ukuran usahatani.

2. Efisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE diduga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kontak dengan petugas pertanian lapangan, umur petani, sumber pendapatan lain, metode penjualan dan keanggotaan kelompok tani.

3. Semakin luas ukuran usahatani jeruk keprok SoE, maka tingkat efisiensi teknisnya semakin tinggi.

4. Kelompok umur tanaman produktif yang berbeda menunjukkan tingkat pencapaian produktivitas dan efisiensi teknis yang berbeda.

Dalam dokumen III. KERANGKA PEMIKIRAN (Halaman 34-46)

Dokumen terkait