• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu harga saham. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu price earning ratio, return on asset, risiko sistematis, inflasi, tingkat suku bunga dan harga minyak dunia sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham.

2.3.1 Pengaruh priceearning ratio terhadap harga saham

Bagi para investor semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Banyak pembahasan dunia nyata tentang penilaian pasar saham yang berfokus pada pengali harga terhadap laba perusahaan. Price earning ratio sebenarnya merupakan cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Rasio priceearning ratio digunakan seorang analisis untuk harus memutuskan apakah ia lebih optimis atau

lebih tidak optimis dibandingkan pasar. Lebih optimis, maka mereka akan merekomendasikan untuk membeli saham.

Gitman (2006) dalam Hadianto (2008:164) dikutip oleh Suharno (2016) rasio ini mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Perusahaan yang diharapkan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dan biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan memiliki pertumbuhan yang rendah, akan mempunyai PER yang rendah juga (Hanafi, 2013:43). Menurut hasil penelitian Safitri (2013) dan Suharno (2016) price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian dari kepentingan pembeli saham akan lebih menguntungkan untuk membeli saham yang memiliki PER yang rendah, karena akan mengalami kenaikan harga saham sebaliknya jika PER yang tinggi maka saatnya investor untuk menjual saham yang dimilikinya.

2.3.2 Pengaruh return on asset terhadap harga saham

Return On Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan (Agus Sartono, 2008:123). Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Menurut hasil penelitian Suharno (2016) return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Semakin besar return on asset menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila return on asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan kerugian, maka minat investor terhadap saham perusahaan tersebut akan berkurang dan harga sahamnya akan rendah.

2.3.3 Pengaruh risiko sistematisterhadap harga saham

Risiko sistematis (systematic risk) atau beta saham yaitu adalah risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, maka investor akan mempertimbangan untuk berspekulasi dalam menanamkan saham ke perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan harga saham perusahaan yang turun. Sebaliknya, semakin rendah risiko yang dihadapi perusahaan, maka investor akan tertarik untuk menanamkan saham ke perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan harga saham perusahaan yang meningkat.

Hasil penelitian Amanda dan Pratomo (2013) memperkuat hal tersebut bahwa beta berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dengan demikian semakin besar beta maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan kata lain, semakin berisiko suatu investasi semakin rendah harga sahamnya.

2.3.4 Pengaruh inflasi terhadap harga saham

Inflasi adalah peningkatan harga-harga umum barang dan jasa yang membuat daya beli menurun dengan begitu biaya kehidupan meningkat, inflasi bisa terjadi disebabkan karna nilai mata uang menurun yang berdampak krisis. Dapat disimpulkan Inflasi yang tinggi mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen (masyarakat). Sehingga menurunnya daya beli pada produk mengakibatkan penurunan penjualan atau pendapatan pada perusahaan yang mengakibatkan penurunan harga saham yang. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian Kewal (2012) dan Amin (2012) bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2.3.5 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham

Tingkat suku bunga (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank indonesia yang

diumumkan kepada publik. Pergerakan BI rate menjadi tolok ukur bagi tingkat suku bunga lainnya, sehingga kenaikan BI rate ini dengan sendirinya mendorong kenaikan suku bunga pinjaman di bank-bank komersial. Tingkat suku bunga yang tinggi memberikan dampak yang buruk bagi harga saham, karena kenaikan tingkat suku bunga dapat memberikan pengaruh terhadap investor untuk memindahkan dana dengan berinvestasi berupa deposito. Hal ini mempengaruhi harga saham. Penelitian terdahulu Amin (2012) mendapatkan hasil bahwa tingkat suku bunga (BI rate) berpengaruh positif terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian Kewal (2012) yang hasil penelitiannya suku bunga (BI rate) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2.3.6 Pengaruh harga minyak dunia terhadap harga saham

Minyak mentah atau yang juga dikenal sebagai Crude Oil merupakan komoditas dan kebutuhan utama dunia saat ini. Sejak peristiwa bersejarah bangkrutnya Lehman Brothers yang mempercepat terjadinya krisis ekonomi global pada 2008, korelasi positif yang kuat terus tampak antara harga minyak dan bursa saham secara global termasuk bursa saham di Indonesia (Sidarta, 2010). Hal ini terjadi karena investor pasar modal menganggap bahwa naiknya harga energi merupakan pertanda meningkatnya permintaan global, yang berarti membaiknya pemulihan ekonomi global pasca krisis dan sebaliknya. Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan otomatis harga saham akan ikut naik. Hasil penelitian Syarofi (2014) memperkuat hal tersebut bahwa harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap harga saham.

Eksternal Internal Pasar Modal Investor Kondisi Makro Ekonomi Kinerja Keuangan

Inflasi Harga Minyak Dunia

PER ROA BETA Tingkat Suku Bunga

Harga Saham

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini juga dapat disajikan dalam bentuk gambar berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis 2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Berikut adalah hipotesis yang diajukan dalama penelitian ini :

H1 : Priceearning ratio berpengaruh terhadap harga saham H2 : Return on asset berpengaruh terhadap harga saham H3 : Risiko sistematis berpengaruh terhadap harga saham H4 : Inflasi berpengaruh terhadap harga saham

H5 : Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham H6 : Harga minyak dunia berpengaruh terhadap harga saham

Dokumen terkait