Bab 1. Pendahuluan
2.3.3. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock ou). Akibat pengadaan persediaan pengaman terhadap biaya pemisahan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya Stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost (Assauri, 1998:198).
Besarnya pengurangan biaya atau kerugian perusahaan adalah sebesar perkalian antar jumlah persediaan pengaman yang diadakan untuk menghadapi stock out dengan biaya stock out per unit. Pengadaan persediaan pengaman oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost serendah mungkin. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu penggunaan bahan baku, faktor waktu, dan biaya-biaya yang digunakan. Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara
πβ= β2π·π π»
22
perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.
Adapun rumus standar deviasi menurut Purwanto dan Suharyadi (2007:136) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
ππ· = Standar deviasi
π₯ = Pemakaian sesungguhnya π₯Μ = Perkiraan pemakaian π= Jumlah data
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah sebagai berikut :
Keterangan :
SS = Persediaan pengaman (Safety Stock) SD = Standar Deviasi
Z = Faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan 2.3.4 Titik Pesanan Kembali (Re Order Point)
Menurut Assauri (1998:199), ROP (Re Order Point) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu ssaat di mana pesanan harus diadakan kembali.
Pengertian Re Order Point (ROP) menurut Rangkuti (2004:83) adalah strategi operasi persediaan merupakan titik pesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya Leat Time dan Safety Stock.
ππ· = βΖ©(π₯ β π₯Μ )2 π
ππ = ππ· Γπ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan Menurut Heizer dan Render (2010:99), ROP adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pesanan harus segera dilakukan.
Menurut Riyanto (2001:83), faktor untuk menentukan ROP adalah :
a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time)
b. Besarnya Safety Stock
Re Order Point = (Lead Time x Penggunaan per hari) + Safety Stock
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan riset lapangan dan riset kepustakaan. Jenis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di UD. Sinar Jaya pada bulan Januari 2017.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah asam gelugur yang dimiliki perusahaan UD. Sinar Jaya di kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhanbatu.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam-asam gelugur yang sangat bagus, cukup bagus dan tidak bagus yang terdata pada perusahaan UD. Sinar Jaya.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari :
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka mengenai jumlah permintaan barang, biaya-biaya terkait persediaan, dan data-data terkait lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka, yaitu informasi mengenai metode persediaan yang digunakan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada obyek penelitian yakni pada perusahaan UD. Sinar Jaya yang berada di kabupaten Labuhanbatu untuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bentuk penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen atau arsip-arsip perusahaan yang berhubungan dengan masalah persediaan.
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu obyek yang akan diteliti.
a. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)
26
EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimalkan total biaya persediaan, sehingga perhitungan biaya hanya didasarkan pada biaya yang memengaruhi pemesanan dan pembelian yaitu total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:97) :
Keterangan :
πβ = Jumlah pesanan yang ekonomis
D = Jumlah kebutuhan dalam satuan (unit) per tahun S = Biaya pesanan untuk sekali pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
b. Menentukan total biaya persediaan
Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan dan biaya pesan.
Total biaya persediaan minimum akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat total biaya persediaan minimum, maka jumlah pesanan tersebut dapat dikatakan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ).
Untuk menentukan total biaya persediaan digunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:95) :
Keterangan :
TC = Total biaya persediaan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit per tahun Q = Jumlah barang setiap pesanan
S = Biaya pesanan untuk setiap kali melakukan pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
πβ= β2π·π π»
ππΆ = π· ππ + π
2π»
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Menentukan Safety Stock
Penentuan biaya persediaan pengaman menggunakan analisa statistik, yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya, sehingga diketahui standar deviasinya. Adapun rumus standar deviasi menurut Purwanto dan Suharyadi (2007:136) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
ππ· = Standar deviasi
π₯ = Pemakaian sesungguhnya π₯Μ = Perkiraan pemakaian π= Jumlah data
Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan 5% penyimpangan serta menggunakan satu sisi dari kurva normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar = 1.65), maka perhitungan Safety Stock adalah sebagai berikut :
Keterangan :
SS = Persediaan pengaman (Safety Stock) SD = Standar Deviasi
d. Re Order Point
Re Order Point dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengamanan (Safety Stock). Jadi, Re Order Point dapat dihitung dengan rumus (Heizer dan Render, 2010:100) :
ππ· = βΖ©(π₯ β π₯Μ )2 π
ππ = ππ· Γπ
28
Keterangan :
ROP = Re Order Point
d = Tingkat kebutuhan per periode L = Lead Time
SS = Safety Stock
π ππ = (ππΏ) + ππ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
UD. Sinar Jaya berdiri sejak tahun 2007. Didirikan oleh Ibu Tan Beng Cu yang menjabat sebagai pemilik pada perusahaan UD. Sinar Jaya. Perusahaan ini berlokasi di daerah perkotaan, tepatnya di Jalan Gatot Subroto Kota Rantau Prapat Kabupaten Labuhanbatu.
Perusahaan ini bergerak dibidang eksportir. Lebih spesifik UD. Sinar Jaya mengekspor asam gelugur ke luar negeri.
UD. Sinar Jaya memiliki kerja sama dengan beberapa perusahaan di provinsi Sumatera Utara. Kegiatan UD. Sinar Jaya adalah memasok asam glugur dari beberapa rekan perusahaan di Sumatera Utara. Kemudian UD. Sinar Jaya akan memilah asam gelugur menjadi 3 bagian yaitu asam gelugur kelas I, kelas II dan kelas III. Di mana hanya asam gelugur kelas I dan kelas II yang akan diekspor ke luar negeri sedangkan asam gelugur kelas III akan dijual di dalam negeri. UD. Sinar Jaya mendistribusikan asam gelugur dengan menggunakan transportasi darat dari gudang menuju ke pelabuhan kemudian akan diekspor ke luar negeri melalui transportasi laut.
Sistem pengendaliaan persediaan yang digunakan UD. Sinar Jaya sekarang ini hanya sistem biasa di mana perusahaan memasok asam gelugur untuk memenuhi permintaan konsumen yang akan diekspor ke luar negeri setiap bulannya.
4.2 Permintaan Produk
Data yang diperoleh dari perusahaan tentang jumlah permintaan asam gelugur pada tahun 2014-2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.1 Permintaan asam gelugur tahun 2014-2016
BULAN Produk Asam Gelugur (Kg)
2014 2015 2016
Januari 5270 3344 4009
Februari 4092 4737 3796
Maret 3759 4631 2835
30
Rata-rata/Bulan 4106.167 3933 3695.5
Rata-rata/hari 136.872 131.1 123.183
Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel di atas, permintaan asam gelugur perusahaan UD. Sinar Jaya bervariasi setiap waktunya. Permintaan asam gelugur terbesar terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 5270 kg, bulan Agustus 2015 sebesar 5205 kg, dan bulan Oktober 2016 sebesar 4824 kg. Sementara itu, permintaan asam gelugur terkecil terjadi pada bulan Oktober 2014 sebesar 2883 kg, bulan Oktober 2015 sebesar 2695 kg, dan bulan September 2016 sebesar 2534 kg.
4.3 Pengadaan Produk
UD. Sinar Jaya melakukan pengadaan produk dengan pemesanan 2 sampai 3 kali per bulan dari supplier di kabupaten labuhanbatu yang telah menjadi rekanan selama ini. Pengadaan bahan baku selama tahun 2014-2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Pengadaan Asam Gelugur Tahun 2014-2016
BULAN 2014 2015 2016
Maret
Rata-rata/bulan 4111.917 3938.5 3686.583
32
Rata-rata/Hari 137.064 131.283 122.886
Rata-rata/pesanan 1591.709 1629.724 1525.483
Frekuensi pembelian setiap tahun berbeda-beda. Perusahaan melakukan 31 kali pesanan pada tahun 2014, 29 kali pada tahun 2015, dan 29 kali pada tahun 2016. Perbedaan ini didasarkan pada tingkat permintaan yang juga berfluktuasi setiap tahunnya. Pembelian terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 5327 kg untuk tahun 2014, bulan Agustus sebesar 5165 kg untuk tahun 2015, dan bulan Oktober sebesar 4855 kg untuk tahun 2016. Sementara itu pembelian paling sedikit terjadi pada bulan Oktober sebesar 2938 kg untuk tahun 2014, bulan Oktober sebesar 2588 kg untuk tahun 2015, dan bulan September sebesar 2625 kg untuk tahun 2016. Total kuantitas pembelian asam gelugur pada tahun 2014 sebesar 49343 kg, tahun 2015 sebesar 47262 kg, dan tahun 2016 sebesar 44239 kg.
4.4 Waktu Tunggu (Lead Time) Pengadaan Produk
Waktu tunggu pengadaan produk adalah waktu yang dibutuhkan sejak produk dipesan sampai dengan produk tersebut sampai di perusahaan. Berdasarkan keterangan dari pihak perusahaan, waktu tunggu untuk produk adalah 1,5 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu produk konstan yaitu 1,5 hari.
4.5 Biaya Persediaan Produk
Secara umum, total biaya persediaan produk pada perusahaan terdiri atas biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesanan berfluktuasi bukan dengan jumlah yang dipesan, tetapi dengan frekuensi pesanan. Total biaya pesanan setahun diperoleh dengan mengalikan biaya pesanan setiap kali melakukan pesanan dengan frekuensi pesanan selama setahun. Komponen biaya pesanan produk meliputi biaya telepon, biaya administrasi, biaya bongkar muat dan biaya pengiriman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3 Komponen Biaya Pesanan Tahun 2014-2016
Komponen Biaya Tahun
2014 2015 2016
Biaya Telepon Rp. 50.000,- Rp. 50.000,- Rp. 50.000,- Biaya Administrasi Rp. 15.000,- Rp. 15.000,- Rp. 15.000,-
Biaya Pengiriman Rp. 14.629.180,- Rp. 14.088.120,- Rp. 13.302.140,- Total Rp. 14.694.180,- Rp. 14.153.120,- Rp. 13.367.140,-
2. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya produk yang disimpan di dalam perusahaan. Biaya simpan akan berfluktuasi dengan tingkat persediaan. Biaya ini merupakan perkalian antara biaya penyimpanan produk per tahun dengan tingkat persediaan produk rata-rata per tahun yang disimpan. Komponen biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik gudang, biaya buruh gudang, dan biaya pemeliharaan gudang
Tabel 4.4 Komponen Biaya Penyimpanan Tahun 2014-2016
Komponen biaya Tahun
2014 2015 2016
Biaya Listrik Gudang Rp. 2.582.000 Rp. 2.473.000,- Rp. 2.516.000,- Biaya Buruh Gudang Rp. 16.875.000,- Rp. 16.626.000,- Rp. 16.358.000,-
Biaya Pemeliharaan Rp. 4.526.000,- Rp. 4.438.000,- Rp. 4.335.000,- Total Rp. 23.983.000,- Rp. 23.537.000,- Rp. 23.209.000,-
4.6 Analisis Pengendalian Persedian Produk Aktual Perusahaan
Perhitungan total biaya persediaan produk aktual selama tahun 2014-2016 secara rinci disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6
34
Tabel 4.5 Komponen Total Biaya Persediaan
Tahun Biaya Pesanan / Tahun
Biaya penyimpanan / tahun
2014 Rp. 14.694.180,- Rp. 23.983.000,- 2015 Rp. 14.153.120,- Rp. 23.537.000,- 2016 Rp. 13.367.140,- Rp. 23.209.000,-
Tabel 4.6 Total Biaya Persediaan Produk Aktual Tahun 2014-2016
Tahun Biaya Pesanan Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan 2014 Rp. 14.694.180,- Rp. 23.983.000,- Rp. 38.677.180,- 2015 Rp. 14.153.120,- Rp. 23.537.000,- Rp. 37.690.120,- 2016 Rp. 13.367.140,- Rp. 23.209.000,- Rp. 36.576.140,-
4.7 Analisis Pengendalian Persediaan Produk dengan Metode EOQ
Perhitungan analisis pengendalian persediaan produk dapat digunakan dengan metode EOQ.
Hal ini dapat dilakukan karena terpenuhinya semua asumsi kondisi, karakteristik, serta kebutuhan perusahaan. Perusahaan memiliki data permintaan yang diketahui tetap dan bebas.
Selain itu, lead time konstan, penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap, tidak ada diskon karena kuantitas tidak memungkinkan, biaya variabel yang ada hanyalah biaya pesanan dan biaya penyimpanan, serta kosongnya persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
4.7.1 Metode EOQ
Metode EOQ memungkinkan perusahaan untuk menentukan jumlah kuantitas pesanan produk yang paling ekonomis dengan jumlah permintaan dan lead time yang konstan.
Perhitungan kuantitas pesanan produk yang optimal selama 2014-2016 secara rinci disajikan pada tabel 4.7 , 4.8 dan 4.9.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.7 Biaya Pesanan / tahun, Frekuensi Pesanan, dan Biaya Pesanan / Sekali Pesan
Tahun Biaya Penyimpanan / tahun (a)
Tabel 4.9 Permintaan / tahun, Biaya Pesanan / Sekali Pesan, Biaya Penyimpanan / Kg
Tahun Permintaan / tahun (D)
36
- 2016
πΈππ = β2Γ44346ΓRp. 460.936
π π. 525 = 8824,353284 ππ
Berdasarkan data hasil perhitungan EOQ di atas, diketahui bahwa kuantitas pesanan produk yang optimal adalah sebesar 9803,873351 kg pada tahun 2014, 9617,898443 kg pada tahun 2015, 8824,353284 kg pada tahun 2016 untuk setiap kali pesanan.
4.7.2 Frekuensi Pesanan Optimal
Setelah mengetahui kuantitas pesanan bahan baku yang optimal, frekuensi pesanan baru dapat dihitung. Jumlah frekuensi pesanan dihitung dari pembagian antara permintaan selama tahun yang bersangkutan dengan kuantitas pesanan produk yang optimal atau dengan rumus D/EOQ. Perhitungan frekuensi pesanan/pembelian produk disajikan sebagai berikut.
- 2014
Frekuensi pesanan = Permintaan selama setahun / EOQ = 49274 kg / 9803,873351 kg = 5,026 ~ 5 kali
- 2015
Frekuensi pesanan = Permintaan selama setahun / EOQ = 47196 kg / 9617,898443 kg = 4,907 ~ 5 kali
- 2016
Frekuensi pesanan = Permintaan selama setahun / EOQ = 44346 kg / 8824,353284 kg = 5,025 ~ 5 kali
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frekuensi pesanan produk berdasarkan metode EOQ lebih sedikit atau lebih jarang bila dibandingkan dengan frekuensi pesanan aktual yang telah dilakukan perusahaan.
Frekuensi pesanan produk asam gelugur dengan metode perusahaan dilakukan 31 kali pada tahun 2014, 29 kali pada tahun 2015, dan 29 kali pada tahun 2016 sedangkan frekuensi pesanan dengan metode EOQ dilakukan sebanyak 5 kali pada tahun 2014, 5 kali pada tahun 2015 dan 5 kali pada tahun 2016. Semakin kecil frekuensi pesanan, semakin kecil pula biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pesanan, namun biaya penyimpanan akan semakin besar. Namun, biaya pesanan saja tidak cukup untuk dapat membandingkan 2 metode persediaan untuk mencari metode persediaan yang paling efisien. Hal ini disebabkan karena masih ada satu komponen biaya lagi yang mempengaruhi total biaya persediaan secara keseluruhan, yaitu biaya penyimpanan yang mana dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan di gudang.
4.7.3 Total Biaya Persediaan Produk
Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pesanan dan total biaya penyimpanan per tahunnya. Biaya pesanan diperoleh dari banyaknya pesanan dikali biaya pesanan setiap kali pesan. Biaya penyimpanan diperoleh dengan mengalikan biaya penyimpanan per kg per tahun dengan tingkat persediaan produk rata-rata per tahun yang disimpan. Jumlah persediaan yang disimpan di gudang merupakan jumlah persediaan rata-rata yang diperoleh dari penjumlahan persediaan awal dan persediaan akhir dibagi dua.
Semakin besar jumlah persediaan yang disimpan di gudang, semakin besar pula biaya penyimpanannya. Begitu pula dengan biaya pesanan, semakin besar frekuensi pesanan yang dilakukan perusahaan semakin besar pula biaya pesanannya. Perhitungan biaya persediaan produk berdasarkan metode EOQ selama 2014-2016 secara rinci ditunjukkan pada tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4.10 Komponen Total Biaya Persediaan berdasarkan Metode EOQ
Tahun Biaya Pesanan / tahun Frekuensi Pesanan optimal
38
Tabel 4.11 Total Biaya Persediaan Produk berdasarkan Metode EOQ tahun 2014-2016
Tahun Biaya Penyimpanan Biaya Pesanan Total Biaya Persediaan
Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kelangsungan distribusi dari kemungkinan terjadinya kurangnya permintaan produk. Dalam memperhitungkan persediaan pengaman digunakan metode statistik dengan membandingkan rata-rata produk dengan pemakaian produk yang sesungguhnya kemudian dicari penyimpangannya. Perhitungan standar deviasi tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel 4.12, 4.13, dan 4.14.
Tabel 4.12 Komponen Standar Deviasi Tahun 2014
BULAN
Agustus 4797 4827 -30 900
September 3211 3186 25 625
Oktober 2883 2938 -55 3025
November 5260 5226 34 1156
Desember 4435 4463 -28 784
Total 49274 49343 -69 37249
ππ· = β37249
31 = 34,66382329 ππ Tabel 4.13 Komponen Standar Deviasi Tahun 2015
BULAN
Permintaan Sesungguhnya
(π₯)
Perkiraan
Permintaan (π₯Μ) (π₯ β π₯Μ) (π₯ β π₯Μ)2
Januari 3344 3408 -64 4096
Februari 4737 4683 54 2916
Maret 4631 4676 -45 2025
April 2910 2883 27 729
Mei 3330 3357 -27 729
Juni 4311 4288 23 529
Juli 4114 4186 -72 5184
Agustus 5205 5165 40 1600
September 3842 3928 -86 7396
Oktober 2695 2588 107 11449
November 3824 3794 30 900
Desember 4253 4306 -53 2809
Total 47196 47262 -66 40362
ππ· = β40362
29 = 37,3067434 ππ
40
Tabel 4.14 Komponen Standar Deviasi Tahun 2016
BULAN
Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5% di mana management mengharapkan dari 100 kali order yang diterima, hanya boleh 5 kali terjadi stock out, maka diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar dari rata-rata.
- 2014
Safety Stock = Z x SD
= 1,65Γ34,66382329 = 57,19530843 kg
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- 2015
Safety Stock = Z x SD
= 1,65Γ37,3067434 = 61,55612661 kg - 2016
Safety Stock = Z x SD
= 1,65Γ48,00107757 = 79,20177799 kg Tabel 4.15 Safety Stock Tahun 2014-2016
Tahun Standar Deviasi Standar
Penyimpangan Safety Stock
2014 34,66382329 1,65 57,19530843 kg
2015 37,3067434 1,65 61,55612661 kg
2016 48,00107757 1,65 79,20177799 kg
Adapun Safety Stock pada tahun 2014 sebesar 57,19530843 kg, tahun 2015 sebesar 61,55612661 kg, dan tahun 2016 sebesar 79,20177799 kg.
4.7.5 Re-Order Point
Re-Order Point merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada di gudang saat pesanan harus diadakan kembali. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pesanan. Re-Order Point dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan produk selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengamanan (Safety Stock). Waktu tunggu yang muncul akibat menunggu tibanya produk di gudang perusahaan adalah selama 1,5 hari.
42
Tabel 4.16 Re Order Point Tahun 2014-2016
Tahun
2014 1,5 136.872 205,308 57,19530843 262,5033084
2015 1,5 131.1 196,65 61,55612661 258,2061266
2016 1,5 123.183 184,7745 79,20177799 263,976278
Rata-rata permintaan didapatkan dari hasil bagi dari tingkat permintaan selama setahun dengan jumlah hari kerja selama setahun yaitu 360 hari. Jumlah hari kerja diasumsikan sama dengan jumlah hari dalam setahun. Sesuai dengan data di atas, perusahaan harus segera melakukan pesanan kembali pada saat persediaan yang ada di gudang sebesar 262,5033084 kg pada tahun 2014, 258,2061266 kg pada tahun 2015, dan 263,976278 kg pada tahun 2016.
4.8 Perbandingan Biaya Persediaan Produk
Metode yang telah dilakukan oleh perusahaan secara aktual dapat dibandingkan dengan metode EOQ. Dengan mengetahui hasil perbandingannya, maka perusahaan akan mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya paling optimal dan lebih efektif bagi perusahaan bila diterapkan dan akan menghasilkan keuntungan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.17
Tabel 4.17 Perbandingan Biaya Persediaan Produk Tahun 2014-2016
Uraian 2014
Penghematan
Aktual EOQ
1.Biaya
Penyimpanan Rp. 23.983.000,- Rp. 2.382.341,- Rp. 21.600.659,- 2.Biaya Pesanan Rp. 14.694.180,- Rp. 2.370.030,- Rp. 12.324.150,- 3.Biaya Persediaan Rp. 38.677.180,- Rp. 4.752.371,- Rp. 33.924.809,-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uraian 2015
Penghematan
Aktual EOQ
1.Biaya
Penyimpanan Rp. 23.537.000,- Rp. 2.394.857,- Rp. 21.142.143 2.Biaya Pesanan Rp. 14.153.120,- Rp. 2.440.195,- Rp. 11.712.925,- 3.Biaya Persediaan Rp. 37.690.120,- Rp. 4.835.052,- Rp. 32.855.068,-
Uraian 2016
Penghematan
Aktual EOQ
1.Biaya
Penyimpanan Rp. 23.209.000,- Rp. 2.316.393,- Rp. 20.892.607,- 2.Biaya Pesanan Rp. 13.367.140,- Rp. 2.304.680,- Rp. 11.062.460,- 3.Biaya Persediaan Rp. 36.576.140,- Rp. 4.621.073,- Rp. 31.955.067,-
Data di atas menjelaskan bahwa metode EOQ memberikan manfaat bagi perusahaan dengan adanya penghematan, baik dari sisi biaya penyimpanan maupun dari biaya pesanan.
Total penghematan biaya persediaan sebesar Rp. 33.924.809,- pada tahun 2014, Rp.
32.855.068,- pada tahun 2015, dan Rp. 31.955.067,- pada tahun 2016.
Terjadinya penghematan biaya yang begitu besar dengan menggunakan metode EOQ dikarenakan frekuensi pemesanan produk yang awal mulanya 29-31 kali per tahun menjadi 5 kali per tahun. Hal ini didukung oleh adanya jumlah pesanan optimal, Safety Stock, dan ReOrder Point yang merupakan faktor pendukung yang membuat frekuensi pemesanan produk menjadi lebih kecil dan mengakibatkan terjadinya penghematan biaya pemesanan sebanyak 24 β 26 kali per tahun baik biaya telepon, biaya administrasi maupun biaya pengiriman.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan terhadap penerapan model EOQ pada UD. Sinar Jaya yaitu :
a. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah pesanan produk yang optimal pada UD.
Sinar Jaya adalah sebesar 9803,873351 kg pada tahun 2014, 9617,898443 kg pada tahun 2015, 8824,353284 kg pada tahun 2016 untuk setiap kali pesanan.
b. Perusahaan harus melakukan pesanan sebanyak 5 kali pada tahun 2014, 5 kali pada tahun 2015, dan 5 kali pada tahun 2016.
c. Dari hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan produk yang dikeluarkan perusahaan jika menerapkan kebijakan EOQ adalah sebesar Rp. 4.752.371,-, pada tahun 2015 sebesar Rp. 4.835.052,-, dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 4.621.073,-.
d. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Safety Stock perusahaan pada tahun 2014 adalah sebesar 57,19530843 kg, tahun 2015 sebesar 61,55612661 kg, dan tahun 2016 sebesar 79,20177799 kg.
e. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan harus melakukan pesanan kembali pada tingkat persediaan pada tahun 2014 sebesar 262,5033084 kg, tahun 2015 sebesar 258,2061266 kg, dan tahun 2016 sebesar 263,976278 kg.
f. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan dengan kebijakan perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp. 38.677.180,-, tahun 2015 sebesar Rp.
37.690.120,-, tahun 2016 sebesar Rp. 36.576.140,- sedangkan total biaya persediaan dengan kebijakan EOQ adalah sebesar Rp. 4.752.371,-, pada tahun 2015 sebesar Rp.
4.835.052,-, dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 4.621.073,-. Bila diterapkan metode EOQ, maka terdapat penghematan total biaya persediaan sebesar Rp. 33.924.809,- pada tahun 2014, Rp. 32.855.068,- pada tahun 2015, dan Rp. 31.955.067,- pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa metode EOQ merupakan metode yang lebih baik digunakan karena dapat mengoptimalkan biaya persediaan, baik biaya pesanan maupun biaya penyimpanan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran kepada pihak UD. Sinar Jaya yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan persediaan. Adapun saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), karena dengan metode EOQ maka biaya persediaan menjadi lebih optimal.
b. Perusahaan sebaiknya melakukan proses pengendalian persediaan agar hal-hal yang dapat menghambat jalannya proses distribusi dapat segera di atasi.
b. Perusahaan sebaiknya melakukan proses pengendalian persediaan agar hal-hal yang dapat menghambat jalannya proses distribusi dapat segera di atasi.