APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK
(STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA)
SKRIPSI
EKO BUDI SUGIARTO 130803075
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK
(STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
EKO BUDI SUGIARTO 130803075
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Aplikasi Metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam Optimalisasi Persediaan Produk
( Studi Kasus: UD. Sinar Jaya )
Kategori : Skripsi
Nama : Eko Budi Sugiarto
Nomor Induk Mahasiswa : 130803075
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Diluluskan di Medan, 2017
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc. Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si
NIP. 196103181987112001 NIP. 194604041971071001
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU KETUA,
Dr. Suyanto, M. Kom NIP. 195908131986011002
iii
PERNYATAAN
APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK
(STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA)
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 2017
EKO BUDI SUGIARTO 130803075
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Aplikasi Metode Economic Order Quantity ( EOQ ) dalam Optimalisasi Persediaan Produk ( Studi Kasus: UD.
Sinar Jaya )” guna melengkapi syarat memperoleh gelar S1 Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing 2 atas segala waktu dan arahan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si dan Bapak Dr. Syahriol Sitorus, M.IT selaku Dosen Pembanding atas segala saran dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suyanto, M. Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.
4. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan FMIPA USU serta semua Wakil Dekan FMIPA USU.
5. Semua Dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU dan pegawai di FMIPA USU
6. Seluruh teman jurusan Matematika khususnya stambuk 2013, adik-adik junior stambuk 2014, stambuk 2015, stambuk 2016 serta Abang dan Kakak allumni.
7. Ayahanda Injoe An Bin, Ibunda In Nie, adik penulis Novia Reswita Sugiarto dan Jeffry Kusnadi, serta keluarga penulis atas doa dan nasihat yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Maka dari itu, diperlukan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini.
Medan,2017 Penulis
Eko Budi Sugiarto
v
APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK
(STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan manajemen persediaan di bidang distribusi UD. Sinar Jaya Rantau Prapat. Kebijakan yang diterapkan belum memberikan biaya persediaan yang optimal. Hal ini diketahui melalui jumlah frekuensi pemesanan produk per tahun yang cukup banyak, sehingga menyebabkan biaya persediaan tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan alternatif kebijakan manajemen persediaan dengan menggunakan metode EOQ, menentukan safety stock dan menentukan nilai ReOrder Point.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan dengan kebijakan perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp. 38.677.180,-, tahun 2015 sebesar Rp. 37.690.120,-, tahun 2016 sebesar Rp. 36.576.140,- sedangkan total biaya persediaan dengan kebijakan EOQ pada tahun 2014 sebesar Rp. 4.752.371,-, pada tahun 2015 sebesar Rp. 4.835.052,-, dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 4.621.073,-. Bila diterapkan metode EOQ, maka terdapat penghematan total biaya persediaan sebesar Rp. 33.924.809,- pada tahun 2014, Rp.
32.855.068,- pada tahun 2015, dan Rp. 31.955.067,- pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa metode EOQ merupakan metode yang lebih baik digunakan karena dapat mengoptimalkan biaya persediaan, baik biaya pesanan maupun biaya penyimpanan.
Kata kunci : pengendalian persediaan, jumlah pesanan optimal ( EOQ ), total biaya persediaan, titik pemesanan kembali, frekuensi pesanan, dan metode EOQ.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK
(STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA)
ABSTRACT
This study aimed to evaluate the policy of inventory management in distribution UD. Sinar Jaya Rantau Prapat. Policies are not applied to provide optimal inventory costs. It is known through a number of frequencies ordering products per year which is pretty much, causing the cost of inventories is not optimal. The purpose of this study is to provide an alternative inventory management policy by using the EOQ method, determine safety stock and determine the value of ReOrder Point. Based on the survey results revealed that the total cost of inventory to corporate policies in 2014 amounted to Rp. 38.67718 million, -, 2015 amounted to Rp. 37.69012 million, -, 2016 amounted to Rp. 36.57614 million, - while the total cost of inventory with EOQ policy in 2014 amounted to Rp. 4,752,371, -, 2015 amounted to Rp. 4,835,052, -, and in 2016 amounted to Rp. 4,621,073, -. If applied EOQ method, then there is a total saving of inventory cost Rp. 33,924,809, - in 2014, Rp.
32,855,068, - in 2015, and Rp. 31,955,067, - in 2016. This suggests that the EOQ method is a better method to use because it can optimize inventory cost, the cost of the order and the cost of storage.
Keywords : inventory control, the optimal order quantity (EOQ), the total cost of inventory, reorder point, order frequency, and EOQ method.
vii DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Kerangka Pemikiran 4 1.7. Metodologi Penelitian 5 Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Persediaan 6
2.1.1. Pengertian Persediaan 6
2.1.2. Fungsi Persediaan 7
2.1.3. Jenis Persediaan 8
2.1.4. Biaya-Biaya Persediaan 10
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan 12
2.1.6. Model Persediaan 13
2.1.7. Tujuan Persediaan 14
2.2. Pengendalian Persediaan 15 2.2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan 15
2.2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan 15
2.3. Metode EOQ ( Economic Order Quantity ) 16 2.3.1. Pengertian Metode EOQ ( Economic Order Quantity ) 16
2.3.2. Penentuan EOQ ( Economic Order Quantity ) 18
2.3.3. Persediaan Pengaman ( Safety Stock ) 21
2.3.4. Titik Pesanan Kembali ( Re Order Point ) 22 Bab 3. Metode Penelitian 3.1. Rancangan Penelitian 24
3.2. Tempat dan Waktu 24
3.3. Populasi dan Sampel 24 3.3.1. Populasi 24 3.3.2. Sampel 24 3.4. Jenis dan Sumber Data 24
3.4.1. Jenis Data 24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4.2. Sumber Data 25
3.5. Teknik Pengumpulan Data 25
3.6. Metode Analisis 25
Bab 4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 29
4.2. Permintaan Produk 29
4.3. Pengadaan Produk 30
4.4. Waktu Tunggu ( Lead Time ) Pengadaan Produk 32
4.5. Biaya Persediaan Produk 32
4.6. Analisis Pengendalian Persediaan Produk Aktual Perusahaan 33 4.7. Analisis Pengendalian Persediaan dengan Metode EOQ 34
4.7.1. Metode EOQ 34
4.7.2. Frekuensi Pesanan Optimal 36
4.7.3. Total Biaya Persediaan Produk 37
4.7.4. Safety Stock 38
4.7.5. Re-Order Point 41
4.8. Perbandingan Biaya Persediaan Produk 42
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 44
5.2. Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Permintaan Asam Gelugur Tahun 2014-2016 29
4.2 Pengadaan Asam Gelugur Tahun 2014-2016 30
4.3 Komponen Biaya Pesanan Tahun 2014-2016 33
4.4 Komponen Biaya Penyimpanan Tahun 2014-2016 33
4.5 Komponen Total Biaya Persediaan 34
4.6 Total Biaya Persediaan Produk Aktual Tahun 2014-2016 34 4.7 Biaya Pesanan/Tahun, Frekuensi Pesanan, dan Biaya Pesanan/Sekali Pesan 35 4.8 Biaya Penyimpanan/Tahun, Total Pengadaan Produk/Tahun, Biaya Penyimpanan 35
/Kg
4.9 Permintaan/Tahun, Biaya Pesanan/Sekali Pesan, Biaya Penyimpanan/Kg 35 4.10 Komponen Total Biaya Persediaan berdasarkan Metode EOQ 37 4.11 Total Biaya Persediaan Produk berdasarkan Metode EOQ Tahun 2014-2016 38
4.12 Komponen Standar Deviasi Tahun 2014 38
4.13 Komponen Standar Deviasi Tahun 2015 39
4.14 Komponen Standar Deviasi Tahun 2016 40
4.15 Safety Stock Tahun 2014-2016 41
4.16 Re Order Point Tahun 2014-2016 42
4.17 Perbandingan Biaya Persediaan Produk Tahun 2014-2016 42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran 4
2.1 Biaya Persediaan Metode EOQ 18
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lamp
1 Rincian Jumlah Permintaan Asam Gelugur Bulan Januari 2014 -
Desember 2016
2 Rincian Jumlah Pengadaan Asam Gelugur Bulan Januari 2014 - Desember 2016
3 Rincian Biaya Pemesanan Tahun 2014 - 2016 4 Rincian Biaya Penyimpanan Tahun 2014 - 2016 5 Rincian Biaya Persediaan Tahun 2014 - 2016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini persaingan pasar di bidang industri semakin kompetitif sehingga perusahaan diharuskan memiliki kemampuan pengelolaan yang baik agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang bergerak di bidang yang sama. Kemampuan pengelolaan tersebut antara lain adalah kemampuan untuk mengoptimumkan biaya persediaan produk. Hal ini agar dapat meminimumkan biaya persediaan produk sehingga dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Dalam menentukan biaya persediaan produk yang optimum, hal yang harus diperhatikan adalah total biaya pemesanan produk, total biaya penyimpanan produk, frekuensi pemesanan produk dan sebagainya.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari : Persediaan bahan baku, Bahan pembantu, Barang dalam proses (WIP), Barang jadi dan Persediaan suku cadang.
Dalam sebuah organisasi, seperti perusahaan dalam dunia bisnis transportasi kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan.
Dalam sebuah perusahaan yang baik harus dapat mempertahankan persediaan produk sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen.
Seharusnya dengan adanya kebijakan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam perusahaan, biaya persediaan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk meminimumkan biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis “Economic Order Quantity”(EOQ).
Economic Order Quantity (EOQ) adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian (Prawirosentono,2001:49). Metode Economic Order Quantity (EOQ) berusaha mencapai tingkat persediaan yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam suatu perusahaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efisiensi persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan. Selain itu dengan adanya penerapan metode
2
Economic Order Quantity (EOQ) perusahaan akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik untuk ruangan gudang dan ruangan kerja, menyelesaikan masalah- masalah yang timbul dari banyaknya persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang dapat timbul. Analisis Economic Order Quantity (EOQ) ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk merencanakan berapa kali suatu produk dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian.
Bisnis penjualan asam gelugur merupakan langkah awal dari UD. Sinar Jaya dalam dunia bisnis eksportir. UD. Sinar Jaya didirikan pada awal tahun 1996 yang berlokasi di kota Rantau Prapat.
Permasalahan pada perusahaan ini adalah sulitnya mengoptimumkan biaya persediaan produk. Hal tersebut mengakibatkan UD. Sinar Jaya mengalami kelebihan biaya persediaan produk yang dapat menyebabkan keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.
Biaya persediaan produk yang tidak menentu menjadi masalah bagi perusahaan yaitu timbulnya ketidakpastian dalam menentukan biaya persediaan produk sehingga dibutuhkan suatu cara untuk mengoptimumkan biaya persediaan produk tersebut. Salah satu cara untuk mengoptimumkan biaya persediaan produk yaitu dengan menggunakan metode Economic Order Quantitiy (EOQ). Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu teknik matematika yang digunakan untuk mengoptimumkan biaya persediaan produk.
Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) diharapkan agar dapat diperoleh total biaya persediaan produk yang optimum, Safety Stock dan Re-Order Point yang tepat. Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi UD. Sinar Jaya dalam menentukan biaya persediaan produk yang optimum.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk menentukan biaya persediaan produk yang optimum pada UD. Sinar Jaya. Dan penulis mendiskripsikan melalui karya tulis ini dengan mengambil judul : “ APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ ) DALAM OPTIMALISASI PERSEDIAAN PRODUK (STUDI KASUS : UD. SINAR JAYA) ”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengoptimalkan persediaan produk UD. Sinar Jaya dengan metode Economic Order Quantitiy (EOQ) ?
2. Berapa besar frekuensi pemesanan produk dalam satu periode dilakukan, bila perusahaan UD. Sinar Jaya menetapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) ? 3. Berapa total biaya persediaan produk bila perusahaan menetapkan kebijakan
Economic Order Quantity (EOQ) ?
4. Berapakah Safety Stock dan Re-Order Point UD. Sinar Jaya pada perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ) ?
5. Bagaimanakah total biaya persediaan produk menggunakan kebijakan perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) ?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang digunakan adalah data sekunder.
2. Penelitian difokuskan hanya pada masalah faktor – faktor yang mempengaruhi
biaya persediaan produk yaitu total jumlah permintaan produk, total biaya pemesanan produk, total biaya penyimpanan produk, frekuensi pemesanan produk, dan waktu tunggu pemesanan produk (Lead Time),
3. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian yaitu data dari bulan Januari - Desember tahun 2014 - 2016.
4. Metode yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh :
1. Frekuensi pembelian produk dan jumlah kebutuhan produk yang optimal pada UD.
Sinar Jaya.
2. Total biaya persediaan yang optimum di UD. Sinar Jaya.
3. Safety Stock dan Re-Order Point pada UD. Sinar Jaya dengan perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ).
4. Perbandingan antara total biaya persediaan menggunakan kebijakan perusahaan dengan kebijakan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
4
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pengendalian persediaan produk di perusahaan.
2. Bagi Pembaca
Memberikan informasi, menambah pengetahuan, dan sebagai bahan referensi khususnya mahasiswa yang melakukan penelitian serupa.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan keterampilan dalam meneliti dan menulis demi peningkatan kualitas diri.
1.6 Kerangka Pemikiran
Gambaran secara sistematis mengenai konsep-konsep penelitian disajikan pada Gambar 1.1 berikut ini:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pembelian Produk
Perusahaan
Kebijakan Pembelian Produk dengan metode EOQ
Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan
Penentuan Safety Stock dan Re- Order Point
Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan
Perbandingan Total Biaya Persediaan Antara Kebijakan
Perusahaan dengan EOQ
Perhitungan dengan Metode EOQ Perhitungan dengan Kebijakan
Perusahaan
Pemilihan Kebijakan Persediaan Produk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang merupakan penerapan persediaan dari Prinsip manajemen persediaan, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya, penelitian dilakukan pada UD. Sinar Jaya.
1.7.2 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek dan lokasi penelitian dilakukan di UD. Sinar Jaya yang merupakan distributor dan salah satu perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis eksportir. Perusahaan berlokasi di Jl.
Gatot Subroto No. 32 Rantau Prapat.
1.7.3 Studi Pendahuluan
Pada tahap ini, penulis mengumpulkan dan mempelajari berbagai bahan referensi berupa buku-buku, jurnal dan situs internet mengenai aplikasi dari metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam optimalisasi persediaan produk.
1.7.4 Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data sekunder UD. Sinar Jaya. Data - data yang dikumpulkan antara lain :
1. Data jumlah permintaan asam gelugur tahun 2016.
2. Data jumlah biaya pemesanan asam gelugur tahun 2016.
3. Data jumlah biaya penyimpanan asam gelugur tahun 2016.
1.7.5 Analisis dan Pengolahan Data
1. Membuat deskripsi atau paparan secara sistematis dan akurat yang berkaitan erat dengan persediaan produk di UD. Sinar Jaya.
2. Menyelesaikan masalah persediaan dengan bantuan software Ms. Excel di UD. Sinar Jaya.
3. Membuat kesimpulan.
4. Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (ide resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, Arman Hakim, 2003:103).
Persediaan atau sumber daya menganggur dalam suatu sistem mempunyai tujuan tertentu. Alasan utamanya karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan sehingga untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.
Adapun alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan adalah karena : 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan
produk dari suatu tingkat ke tingkat proses lain, yang disebut persediaan dalam proses pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasionalnya secara bebas, tidak tergantung dari bahan lainnya.
Menurut Schroeder (1995:4) persediaan adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Sedangkan menurut Rangkuti (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu pengunaannya dalam suatu proses produksi.
Chase dan Aquilano (1997:546) mengemukakan bahwa persediaan adalah stock dari beberapa item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Persediaan meliputi :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Raw materials (bahan mentah)
b. Finished products (produk akhir / barang jadi)
c. Component parts / supplies (bahan-bahan pembantu / pelengkap) d. Work in process (barang dalam proses)
Menurut Handoko (2000:333) persediaan adalah segala sesuatu atau sumber-sumber daya dari sumber organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Buffa (1997:241-244) mengemukakan bahwa persediaan adalah sumber daya dan dana yang menganggur atau idle resource. Oleh karena itu, persediaan harus dikendalikan dengan baik, untuk menjaga kontinuitas dalam proses produksi yang menyangkut sejumlah biaya-biaya yang terikat pada persediaan tersebut. Walaupun begitu, persediaan bahan dan barang perlu ada karena selain dibeli dari luar perusahaan yang tentu saja tidak setiap waktu dibeli dengan mudah, juga untuk menjamin kontinuitas produksi. Jadi penyediaan bahan itu harus ada, tetapi sifat kegiatan itu haruslah dengan tujuan untuk menghasilkan kegunaan yang lain. Hal itu disebabkan, untuk dapat mengadakan persediaan, diperlukan sejumlah biaya yang berarti ada sejumlah uang yang terikat sebagai barang persediaan.
Beberapa penulis mendefinisikan persediaan sebagai suatu sumber daya yang menganggur dari berbagai jenis yang memiliki nilai ekonomis yang potensial. Definisi ini memungkinkan seseorang untuk menganggap peralatan atau pekerja-pekerja yang menganggur sebagai persediaan, tetapi kita menganggap semua sumber daya yang menganggur selain dari pada bahan sebagai kapasitas.
2.1.2 Fungsi Persediaan
Persediaan mempunyai fungsi utama yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Ginting (2007:46) membagi persediaan dalam beberapa kategori berdasarkan fungsinya sebagai berikut :
a. Persediaan dalam Lot Size
Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replenishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan
8
ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transport.
b. Persediaan Cadangan
Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Waktu siklus produksi (lead time) mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.
c. Persediaan Antisipasi
Persediaan dapat timbul untuk mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.
d. Persediaan Pipeline
Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran di antara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut adalah persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan tersebut disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline.
Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus dikendalikan.
e. Persediaan Lebih
Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi.
2.1.3 Jenis Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2010:82) untuk mengakomodasi fungsi persediaan yang ada, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan yaitu :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Persediaan bahan baku
Bahan baku pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses pabriksasi.
b. Persediaan barang setengah jadi
Bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai atau belum menjadi produk jadi.
c. MRO (Maintenance Repair Operating)
Persediaan yang diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan, perbaikan atau operasi yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan.
d. Persediaan Barang Jadi
Adalah produk akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen.
Dilihat dari fungsinya persediaan menurut Assauri (2004:170) adalah sebagai berikut : 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena adanya operasi atau “production run” yang lebih lama.
c. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan ermintaan yang meningkat.
Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi menurut Assauri (2004:171) dapat dibedakan sebagai berikut:
10
1. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies Stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished good stock) yaitu barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
2.1.4 Biaya-biaya persediaan
Menurut Siswanto (2007:122) biaya-biaya yang digunakan dalam analisis persediaan, yaitu : a. Biaya Pesan (Ordering Cost)
Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pesanan suatu barang. Biaya-biaya pembuatan surat, telepon, fax, dan biaya-biaya overhead lainnya yang secara proposional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan barang adalah contoh biaya pesan.
b. Biaya Simpan (Carrying Cost atau Holding Cost)
Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang. Sewa gudang, premi asuransi, biaya keamanan, dan biaya-biaya overhead lain yang relevan atau timbul karena proses penyimpanan suatu barang adalah contoh biaya simpan. Dalam hal ini, jelas sekali bahwa biaya-biaya yang tetap muncul meskipun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
persediaan tidak ada adalah bukan termasuk dalam kategori biaya simpan.
c. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)
Biaya kehabisan persediaan timbul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia.
Termasuk dalam kategori biaya ini adalah kerugian karena mesin berhenti atau karyawan tidak bekerja. Peluang yang hilang untuk memperoleh keuntungan.
d. Biaya Pembelian (Purchase Cost)
Biaya pembelian timbul pada saat pembelian suatu barang. Secara sederhana biaya- biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pembelian persediaan.
Menurut Schroeder (1995:8) banyak keputusan persoalan-persoalan dapat dipecahkan dengan penggunaan kriteria ekonomi. Namun satu dari prasyarat yang paling penting adalah suatu pemahaman tentang struktur biaya. Struktur biaya persediaan menggabungkan empat tipe biaya berikut :
a. Biaya satuan produksi (item cost). Biaya ini merupakan biaya membeli atau memproduksi satuan barang persediaan secara individu. Biaya satuan barang ini biasanya diungkapkan sebagai suatu biaya per unit yang digandakan oleh kuantitas yang diperoleh atau diproduksi. Kadang-kadang biaya satuan dipotong jika cukup unit yang dibeli pada satu waktu.
b. Biaya pesanan atau biaya persiapan (ordering or setup cost). Biaya pesanan dihubungkan dengan pesanan suatu tumpukan atau partai dari satuan-satuan barang.
Biaya pesanan tidak tergantung pada jumlah satuan yang dipesan; biaya ini dibebankan ke seluruh tumpukan. Biaya ini termasuk pengetikan pesanan pembelian, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya.
c. Biaya pengadaan atau penyimpanan (carrying or holding cost). Biaya pengadaan atau penyimpanan berhubungan dengan penyimpanan satu-satuan barang dalam persediaan untuk suatu periode waktu. Biaya pengadaan biasanya terdiri dari tiga komponen :
1. Biaya modal. Apabila satuan-satuan barang diadakan dalam persediaan, modal yang ditanamkan tidak dapat digunakan untuk maksud lainnya. Hal ini menunjukkan suatu biaya dari peluang yang hilang untuk investasi lain, yang digunakan untuk persediaan sebagai suatu biaya peluang.
12
2. Biaya penyimpanan. Biaya ini mencakup biaya variabel, asuransi, dan pajak.
Dalam beberapa kasus, sebagian dari biaya penyimpanan adalah tetap, misalnya jika suatu gudang dimiliki dan tidak dapat digunakan untuk maksud lain. Biaya tetap demikian seharusnya tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan persediaan. Sebaliknya, pajak dan asuransi harus dimasukkan hanya jika bervariansi sesuai dengan tingkat persediaan.
3. Biaya keuangan, kemerosotan, dan kehilangan. Biaya keusangan harus ditempatkan ke satuan-satuan barang yang memiliki risiko tinggi untuk menjadi usang. Semakin tinggi risiko semakin tinggi biayanya. Produk-produk yang mudah rusak harus dibebani dengan biaya kemerosotan jika satuan barang merosot sepanjang waktu, misalnya makanan dan darah. Biaya kehilangan memasukkan biaya kecurian dan kerusakan yang dikaitkan dengan penyimpanan satuan-satuan barang dalam persediaan.
d. Biaya kehabisan stok (stockout cost). Biaya kehabisan stok mencerminkan konsekuensi ekonomi atas habisnya stok.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan
Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun perusahaan tetap hati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan. Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, di mana perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam persediaan dengan cara yang seefektif mungkin.
Menurut Prawirosentono (2001:71) faktor yang memPengaruhi jumlah persediaan adalah :
1. Perkiraan pemakaian bahan baku
Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode produksi tertentu.
2. Harga bahan baku
Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat memengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Biaya persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pesanan (order) dan biaya penyimpanan bahan di gudang.
4. Waktu menunggu pesanan (Lead Time)
Adalah waktu antara tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang.
Menurut Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang direncanakan.
3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan datang.
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
6. Harga pembelian bahan mentah.
7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.
8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
2.1.6 Model Persediaan
Model persediaan menurut Heizer dan Render (2010:90) yaitu : a. Permintaan bebas vs terikat
Model pengendalian persediaan menganggap bahwa permintaan untuk sebuah barang mungkin bebas (independent) atau terikat (dependent) dengan permintaan barang lain.
b. Biaya penyimpanan, pesanan dan penyetelan
Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang berhubungan dengan
14
penyimpanan atau membawa persediaan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga meliputi biaya barang yang menjadi usang dan biaya yang berkaitan dengan gudang seperti asuransi, karyawan tambahan dan pembayaran bunga.
Biaya pesanan (ordering cost) adalah biaya yang timbul dari proses pesanan. Biaya pesanan mencakup biaya persediaan formulir, proses pesanan, pekerjaan administrasi pendukung, dan sebagainya. Ketika pesanan diproduksi, maka terdapat biaya pesanan, tetapi biaya pesanan ini menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai biaya setup.
Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk menyiapkan mesin atau proses untuk memproduksi sebuah pesanan. Proses ini meliputi waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan ddan mengganti perkakas atau alat bantu. Para manajer operasi dapat menurunkan biaya pesanan dengan mengurangi biaya setup dan menggunakan prosedur yang efisien seperti pesanan dan pembayaran elektronik.
2.1.7 Tujuan Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut.
Beberapa hal yang menyangkut tujuan menyelenggarakan persediaan bahan baku adalah : 1. Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan tersebut
tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.
2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan membawa kerugian bagi perusahaan.
3. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka suatu perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan bahan baku dalam jumalh besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan yang semakin besar pula. Besarnya biaya yang semakin besar ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, risiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya besar.
2.2 Pengendalian persediaan
2.2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Menurut pendapat Handoko (2000:333), pengendalian persediaan adalah fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar.
Menurut Rangkuti (2004:25), pengendalian persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapkan metode kuantitatif.
Sedangkan menurut Assauri (2004:176), pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas, maupun biayanya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas untuk menetapkan besarnya persediaan dengan memerhatikan keseimbangan antara besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkannya.
2.2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Assauri (2004:177), tujuan pengendalian persediaan secara terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
16
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan terlalu besar.
Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
2.3 Metode EOQ (Economic Order Quantity)
2.3.1 Pengertian Metode EOQ (Economic Order Quantity)
Pada era globalisasi saat ini setiap perusahaan selalu berusaha untuk menentukan kebijakan penyediaan bahan dasar yang tepat, dalam arti tidak mengganggu proses produksi dan biaya yang ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan itu, terdapat suatu metode yang disebut metode EOQ (Economic Order Quantity).
Menurut Handoko (1999:113), metode EOQ (Economic Order Quantity) dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Metode EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang-barang yang dibeli, sedangkan ELS (economic lot size) digunakan untuk barang-barang yang diproduksi secara internal.
Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya pemesanan (ordering cost) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirim ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin (setup cost) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Menurut Gitosudarmo (2002:101), EOQ (Economic Order Quantity) sebenarnya adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu, maka dapat diperhitungkan pemenuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal.
EOQ (Economic Order Quantity) menurut Riyanto (2001:78) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2010:92), EOQ adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.
Tingkat pesanan yang meminimasi biaya persediaan keseluruhan dikenal sebagai model EOQ. (Kusuma, 2001:136).
Model EOQ (Economic Order Quantity) di atas hanya dapat dibenarkan apabila asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi menurut Petty, William, Scott dan David (2005:278) yaitu :
a. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic Order Quantity) mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya mungkin bervariasi dari hari kehari.
b. Harga per unit konstan memasukkan variabel harga yang timbul dari diskon kuantitas dapat ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi model awal, mendefinisikan kembali biaya total dan menentukan kuantitas pesanan yang optimal.
c. Biaya penyimpanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin bervariasi sangat besar ketika besarnya persediaan meningkat.
d. Biaya pesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan asumsi dapat diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order Quantity) awal dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk harga per unit variabel.
e. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan kasus umum, maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi dengan cara memesan stok pengaman.
18
f. Pesanan yang independen, jika multi pesanan menghasilkan penghematan biaya dengan mengurangi biaya administrasi dan transportasi maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.
Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic Order Quantity) dasar serta cara bagaimana model tersebut dimodifikasi. Memahami keterbatasan dan asumsi model EOQ (Economic Order Quantity) menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat keputusan tentang persediaan.
2.3.2 Penentuan EOQ (Economic Order Quantity)
Ada 3 cara penentuan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) menurut Assauri (2004:182) yaitu : a. Pendekatan Tabel (Tabular Approach)
Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular Approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun.
b. Pendekatan Grafik (Graphical Approach)
Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical Approach dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying costs dan total costs dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun, sumbu vertikal besarnya biaya dari ordering costs, carrying costs dan total costs.
Gambar 2.1
Biaya Persediaan Metode EOQ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Pendekatan Rumus (Formula Approach)
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan di dalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memerhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum diperoleh, jika ordering costs sama dengan carrying costs.
Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya total dengan asumsi yang tadi dijelaskan. Dalam menerapkan metode EOQ ada beberapa biaya yang harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah pembelian atau keuntungan, di antaranya :
a. Biaya Pesanan
Biaya pesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesanan berfluktuasi bukan dengan jumlah yang dipesan, tetapi dengan frekuensi pesanan. Biaya pesanan tidak hanya terdiri dari biaya yang eksplisit, tetapi juga biaya kesempatan (Opportunity Cost).
Sebagai misal, waktu yang terbuang untuk memproses pesanan, menjalankan administrasi pesanan dan sebagainya.
Beberapa contoh biaya pesanan antara lain :
1) Biaya persiapan 3) Biaya pengiriman 2) Biaya telepon 4) Biaya pembuatan faktur
Rumus biaya pemesanan menurut Heizer dan Render (2010:94) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
D = Permintaan barang persediaan, dalam unit per tahun.
Q = Jumlah barang setiap pesan.
S = Biaya pesanan untuk setiap kali pesanan.
Biaya Pesanan = 𝐷𝑄×𝑆
20
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan dalam perusahaan. Biaya simpan akan berfluktuasi dengan persediaan. Beberapa contoh biaya penyimpanan antara lain :
1) Biaya pemeliharaan 4) Biaya sewa gedung
2) Biaya asuransi 4) Biaya fasilitas penyimpanan 3) Biaya kerusakan dalam penyimpanan
Menurut Heizer dan Render (2010:95) biaya penyimpanan dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Q = Jumlah barang setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit (satuan) per tahun
Sehingga dalam menentukan biaya persediaan ada 2 jenis biaya yang berubah-ubah dan harus dipertimbangkan. Pertama berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan yaitu biaya pesan. Kedua biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besar kecilnya persediaan yaitu biaya penyimpanan. Selanjutnya menentukan total biaya persediaan (TC) dengan menjumlah biaya pesan dan biaya simpan. Adapun rumusnya sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:97) :
Keterangan :
TC = Total biaya persediaan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit per tahun Q = Jumlah barang setiap pesanan
S = Biaya pesanan untuk setiap kali melakukan pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
Biaya Penyimpanan = 𝑄2×𝐻
𝑇𝐶 = 𝐷 𝑄𝑆 + 𝑄
2𝐻
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah dengan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:95) :
Keterangan :
𝑄∗ = Jumlah pesanan yang ekonomis
D = Jumlah kebutuhan dalam satuan (unit) per tahun S = Biaya pesanan untuk sekali pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.3.3 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock ou). Akibat pengadaan persediaan pengaman terhadap biaya pemisahan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya Stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost (Assauri, 1998:198).
Besarnya pengurangan biaya atau kerugian perusahaan adalah sebesar perkalian antar jumlah persediaan pengaman yang diadakan untuk menghadapi stock out dengan biaya stock out per unit. Pengadaan persediaan pengaman oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost serendah mungkin. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu penggunaan bahan baku, faktor waktu, dan biaya-biaya yang digunakan. Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara
𝑄∗= √2𝐷𝑆 𝐻
22
perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.
Adapun rumus standar deviasi menurut Purwanto dan Suharyadi (2007:136) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
𝑆𝐷 = Standar deviasi
𝑥 = Pemakaian sesungguhnya 𝑥̅ = Perkiraan pemakaian 𝑁= Jumlah data
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah sebagai berikut :
Keterangan :
SS = Persediaan pengaman (Safety Stock) SD = Standar Deviasi
Z = Faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan 2.3.4 Titik Pesanan Kembali (Re Order Point)
Menurut Assauri (1998:199), ROP (Re Order Point) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu ssaat di mana pesanan harus diadakan kembali.
Pengertian Re Order Point (ROP) menurut Rangkuti (2004:83) adalah strategi operasi persediaan merupakan titik pesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya Leat Time dan Safety Stock.
𝑆𝐷 = √Ʃ(𝑥 − 𝑥̅)2 𝑁
𝑆𝑆 = 𝑆𝐷 ×𝑍
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan Menurut Heizer dan Render (2010:99), ROP adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pesanan harus segera dilakukan.
Menurut Riyanto (2001:83), faktor untuk menentukan ROP adalah :
a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time)
b. Besarnya Safety Stock
Re Order Point = (Lead Time x Penggunaan per hari) + Safety Stock
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan riset lapangan dan riset kepustakaan. Jenis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di UD. Sinar Jaya pada bulan Januari 2017.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah asam gelugur yang dimiliki perusahaan UD. Sinar Jaya di kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhanbatu.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam-asam gelugur yang sangat bagus, cukup bagus dan tidak bagus yang terdata pada perusahaan UD. Sinar Jaya.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari :
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka- angka mengenai jumlah permintaan barang, biaya-biaya terkait persediaan, dan data-data terkait lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka, yaitu informasi mengenai metode persediaan yang digunakan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada obyek penelitian yakni pada perusahaan UD. Sinar Jaya yang berada di kabupaten Labuhanbatu untuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bentuk penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen atau arsip-arsip perusahaan yang berhubungan dengan masalah persediaan.
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu obyek yang akan diteliti.
a. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)
26
EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimalkan total biaya persediaan, sehingga perhitungan biaya hanya didasarkan pada biaya yang memengaruhi pemesanan dan pembelian yaitu total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:97) :
Keterangan :
𝑄∗ = Jumlah pesanan yang ekonomis
D = Jumlah kebutuhan dalam satuan (unit) per tahun S = Biaya pesanan untuk sekali pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
b. Menentukan total biaya persediaan
Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan dan biaya pesan.
Total biaya persediaan minimum akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat total biaya persediaan minimum, maka jumlah pesanan tersebut dapat dikatakan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ).
Untuk menentukan total biaya persediaan digunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010:95) :
Keterangan :
TC = Total biaya persediaan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit per tahun Q = Jumlah barang setiap pesanan
S = Biaya pesanan untuk setiap kali melakukan pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
𝑄∗= √2𝐷𝑆 𝐻
𝑇𝐶 = 𝐷 𝑄𝑆 + 𝑄
2𝐻
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Menentukan Safety Stock
Penentuan biaya persediaan pengaman menggunakan analisa statistik, yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya, sehingga diketahui standar deviasinya. Adapun rumus standar deviasi menurut Purwanto dan Suharyadi (2007:136) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
𝑆𝐷 = Standar deviasi
𝑥 = Pemakaian sesungguhnya 𝑥̅ = Perkiraan pemakaian 𝑁= Jumlah data
Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan 5% penyimpangan serta menggunakan satu sisi dari kurva normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar = 1.65), maka perhitungan Safety Stock adalah sebagai berikut :
Keterangan :
SS = Persediaan pengaman (Safety Stock) SD = Standar Deviasi
d. Re Order Point
Re Order Point dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengamanan (Safety Stock). Jadi, Re Order Point dapat dihitung dengan rumus (Heizer dan Render, 2010:100) :
𝑆𝐷 = √Ʃ(𝑥 − 𝑥̅)2 𝑁
𝑆𝑆 = 𝑆𝐷 ×𝑍
28
Keterangan :
ROP = Re Order Point
d = Tingkat kebutuhan per periode L = Lead Time
SS = Safety Stock
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑𝐿) + 𝑆𝑆
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
UD. Sinar Jaya berdiri sejak tahun 2007. Didirikan oleh Ibu Tan Beng Cu yang menjabat sebagai pemilik pada perusahaan UD. Sinar Jaya. Perusahaan ini berlokasi di daerah perkotaan, tepatnya di Jalan Gatot Subroto Kota Rantau Prapat Kabupaten Labuhanbatu.
Perusahaan ini bergerak dibidang eksportir. Lebih spesifik UD. Sinar Jaya mengekspor asam gelugur ke luar negeri.
UD. Sinar Jaya memiliki kerja sama dengan beberapa perusahaan di provinsi Sumatera Utara. Kegiatan UD. Sinar Jaya adalah memasok asam glugur dari beberapa rekan perusahaan di Sumatera Utara. Kemudian UD. Sinar Jaya akan memilah asam gelugur menjadi 3 bagian yaitu asam gelugur kelas I, kelas II dan kelas III. Di mana hanya asam gelugur kelas I dan kelas II yang akan diekspor ke luar negeri sedangkan asam gelugur kelas III akan dijual di dalam negeri. UD. Sinar Jaya mendistribusikan asam gelugur dengan menggunakan transportasi darat dari gudang menuju ke pelabuhan kemudian akan diekspor ke luar negeri melalui transportasi laut.
Sistem pengendaliaan persediaan yang digunakan UD. Sinar Jaya sekarang ini hanya sistem biasa di mana perusahaan memasok asam gelugur untuk memenuhi permintaan konsumen yang akan diekspor ke luar negeri setiap bulannya.
4.2 Permintaan Produk
Data yang diperoleh dari perusahaan tentang jumlah permintaan asam gelugur pada tahun 2014-2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.1 Permintaan asam gelugur tahun 2014-2016
BULAN Produk Asam Gelugur (Kg)
2014 2015 2016
Januari 5270 3344 4009
Februari 4092 4737 3796
Maret 3759 4631 2835
30
April 3005 2910 3911
Mei 4068 3330 3108
Juni 4029 4311 3201
Juli 4465 4114 3980
Agustus 4797 5205 3410
September 3211 3842 2534
Oktober 2883 2695 4824
November 5260 3824 4154
Desember 4435 4253 4584
Total 49274 47196 44346
Rata-rata/Bulan 4106.167 3933 3695.5
Rata-rata/hari 136.872 131.1 123.183
Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel di atas, permintaan asam gelugur perusahaan UD. Sinar Jaya bervariasi setiap waktunya. Permintaan asam gelugur terbesar terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 5270 kg, bulan Agustus 2015 sebesar 5205 kg, dan bulan Oktober 2016 sebesar 4824 kg. Sementara itu, permintaan asam gelugur terkecil terjadi pada bulan Oktober 2014 sebesar 2883 kg, bulan Oktober 2015 sebesar 2695 kg, dan bulan September 2016 sebesar 2534 kg.
4.3 Pengadaan Produk
UD. Sinar Jaya melakukan pengadaan produk dengan pemesanan 2 sampai 3 kali per bulan dari supplier di kabupaten labuhanbatu yang telah menjadi rekanan selama ini. Pengadaan bahan baku selama tahun 2014-2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Pengadaan Asam Gelugur Tahun 2014-2016
BULAN 2014 2015 2016
Januari
1653
5327
1324
3408
1594
3915
2349 2084 2321
1325 - -
Februari
2358
4067
1623
4683
1685
3839
1709 2195 2154
- 865 -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maret
1425
3848
1442
4676
1454
2948
2423 2228 1494
- 1006 -
April
1768
2984
1698
2883
1249
3795
1216 1185 1204
- - 1342
Mei
1347
3995
1558
3357
1390
3017
1886 1799 1627
762 - -
Juni
1476
4104
2116
4288
1864
3139
1524 2172 1275
1104 - -
Juli
1376
4378
1348
4186
1344
4034
2128 1527 1463
874 1311 1227
Agustus
2287
4827
2348
5165
2317
3365
1042 2164 1048
1498 653 -
September
1846
3186
1954
3928
1585
2625
1340 1974 1040
- - -
Oktober
1674
2938
1643
2588
1946
4855
1264 945 1256
- - 1653
November
2057
5226
1264
3794
1168
4178
1113 1392 1648
2056 1138 1362
Desember
2349
4463
2413
4306
1470
4529
1485 1893 1386
829 - 1673
Total 31 kali 49343 29 kali 47262 29 kali 44239
Rata-rata/bulan 4111.917 3938.5 3686.583
32
Rata-rata/Hari 137.064 131.283 122.886
Rata-rata/pesanan 1591.709 1629.724 1525.483
Frekuensi pembelian setiap tahun berbeda-beda. Perusahaan melakukan 31 kali pesanan pada tahun 2014, 29 kali pada tahun 2015, dan 29 kali pada tahun 2016. Perbedaan ini didasarkan pada tingkat permintaan yang juga berfluktuasi setiap tahunnya. Pembelian terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 5327 kg untuk tahun 2014, bulan Agustus sebesar 5165 kg untuk tahun 2015, dan bulan Oktober sebesar 4855 kg untuk tahun 2016. Sementara itu pembelian paling sedikit terjadi pada bulan Oktober sebesar 2938 kg untuk tahun 2014, bulan Oktober sebesar 2588 kg untuk tahun 2015, dan bulan September sebesar 2625 kg untuk tahun 2016. Total kuantitas pembelian asam gelugur pada tahun 2014 sebesar 49343 kg, tahun 2015 sebesar 47262 kg, dan tahun 2016 sebesar 44239 kg.
4.4 Waktu Tunggu (Lead Time) Pengadaan Produk
Waktu tunggu pengadaan produk adalah waktu yang dibutuhkan sejak produk dipesan sampai dengan produk tersebut sampai di perusahaan. Berdasarkan keterangan dari pihak perusahaan, waktu tunggu untuk produk adalah 1,5 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu produk konstan yaitu 1,5 hari.
4.5 Biaya Persediaan Produk
Secara umum, total biaya persediaan produk pada perusahaan terdiri atas biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesanan berfluktuasi bukan dengan jumlah yang dipesan, tetapi dengan frekuensi pesanan. Total biaya pesanan setahun diperoleh dengan mengalikan biaya pesanan setiap kali melakukan pesanan dengan frekuensi pesanan selama setahun. Komponen biaya pesanan produk meliputi biaya telepon, biaya administrasi, biaya bongkar muat dan biaya pengiriman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3 Komponen Biaya Pesanan Tahun 2014-2016
Komponen Biaya Tahun
2014 2015 2016
Biaya Telepon Rp. 50.000,- Rp. 50.000,- Rp. 50.000,- Biaya Administrasi Rp. 15.000,- Rp. 15.000,- Rp. 15.000,-
Biaya Pengiriman Rp. 14.629.180,- Rp. 14.088.120,- Rp. 13.302.140,- Total Rp. 14.694.180,- Rp. 14.153.120,- Rp. 13.367.140,-
2. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya produk yang disimpan di dalam perusahaan. Biaya simpan akan berfluktuasi dengan tingkat persediaan. Biaya ini merupakan perkalian antara biaya penyimpanan produk per tahun dengan tingkat persediaan produk rata- rata per tahun yang disimpan. Komponen biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik gudang, biaya buruh gudang, dan biaya pemeliharaan gudang
Tabel 4.4 Komponen Biaya Penyimpanan Tahun 2014-2016
Komponen biaya Tahun
2014 2015 2016
Biaya Listrik Gudang Rp. 2.582.000 Rp. 2.473.000,- Rp. 2.516.000,- Biaya Buruh Gudang Rp. 16.875.000,- Rp. 16.626.000,- Rp. 16.358.000,-
Biaya Pemeliharaan Rp. 4.526.000,- Rp. 4.438.000,- Rp. 4.335.000,- Total Rp. 23.983.000,- Rp. 23.537.000,- Rp. 23.209.000,-
4.6 Analisis Pengendalian Persedian Produk Aktual Perusahaan
Perhitungan total biaya persediaan produk aktual selama tahun 2014-2016 secara rinci disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6