• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas hidup seseorang pada masa dewasa merupakan hasil dari investasi sejak masa dini kehidupannya. Demikian pula dengan status gizi seorang dewasa biasanya merupakan hasil akhir dari pertumbuhannya selama di dalam kandungan, selama masa bayi, anak-anak, serta pada masa remaja. Berat badan bayi pada waktu lahir yang merupakan indikasi kurangnya usia kehamilan atau hambatan pertumbuhan di dalam kandungan banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang pada masa dewasanya. Berbagai penelitian di negara berkembang menunjukan bahwa separuh dari penyebab tingginya kasus BBLR adalah status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan.

Pada penelitian ini, berat dan panjang bayi lahir ditentukan oleh status gizi ibu selama kehamilan yang meliputi status KEK dan status besi. Kemudian, status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh perawatan kehamilan yang berdasarkan Sokisno (1998) perawatan kehamilan tersebut terbagi ke dalam tiga aspek yaitu konsumsi pangan, perawatan individu, dan pemeriksaan kesehatan. Namun, dalam penelitian ini perawatan kehamilan hanya terbagi menjadi dua aspek yakni (1) konsumsi pangan yang meliputi densitas zat gizi, tingkat konsumsi gizi, dan keragaman konsumsi pangan serta (2) pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan di unit pelayanan kesehatan dan perawatan individu). Pemeriksaan kesehatan di unit pelayanan kesehatan merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di unit pelayanan kesehatan, yang meliputi 10 kegiatan (10T) yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, LILA, dan tinggi fundus uteri, pemberian Tablet Tambah Darah/TTD, imunisasi TT, pemeriksaan laboratorium, konseling pra persalinan, serta konseling pasca persalinan. Perawatan individu merupakan perawatan kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil seperti perawatan payudara, serta konsumsi suplemen dan susu.

Perawatan kehamilan dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga, serta karakterisktik ibu hamil yang meliputi usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat kesehatan, dan riwayat persalinan. Selain mempengaruhi perawatan kehamilan, karakteristik sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi gaya hidup (merokok dan konsumsi alkohol). Selanjutnya, gaya hidup akan mempengaruhi keluhan kesehatan dan akhirnya akan mempengaruhi status gizi ibu hamil serta berat dan panjang bayi yang dilahirkan.

Perawatan kehamilan, khususnya pemeriksaan kesehatan tidak terlepas dari tersedianya fasilitas kesehatan pada unit pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan (10 T) sehingga dapat dilihat sejauh mana pelaksanaan pemeriksaan kesehatan terkait dengan fasilitas yang tersedia di tempat pemeriksaan dalam hal ini unit pelayanan kesehatan. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu (pertambahan berat badan ibu hamil), penyakit/infeksi, pengetahuan gizi, psikologis ibu hamil, dan faktor janin. Ringkasan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Pemeriksaan Kesehatan: 1. Pemeriksaan Kesehatan di Unit

Pelayanan Kesehatan: - Kualitas pemeriksaan kesehatan - Persepsi TTD - Konsumsi TTD 2. Perawatan individu Konsumsi Pangan:

- Densitas zat gizi - Tingkat konsumsi gizi - Keragaman konsumsi

pangan

Gaya Hidup: - Merokok

- Konsumsi Alkohol

Status Gizi Ibu Hamil: - Status KEK

- Status Besi

Berat dan Panjang Bayi Lahir

- Berat bayi lahir - Panjang bayi lahir

Fasilitas Kesehatan - Sarana pemeriksan kesehatan 10T Keluhan Kesehatan - Jenis keluhan kesehatan Karakteristik Sosial Ekonomi

Keluarga: - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Besar keluarga

Karakteristik Ibu Hamil: - Usia ibu hamil - Paritas

- Jarak kelahiran - Riwayat kesehatan - Riwayat persalinan

n = (zα 2pq) /d2

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pengukuran langsung oleh peneliti terhadap keluhan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan, serta berat dan panjang bayi lahir. Karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik ibu hamil, gaya hidup, konsumsi pangan, dan status gizi ibu hamil diamati menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data yang diperoleh dari penelitian SEAFAST Center-IPB

yang berjudul “Status Gizi dan Konsumsi Pangan pada Wanita Usia Subur, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui”. Wawancara dan pengukuran untuk data sekunder tersebut dilakukan di Kota Bogor pada bulan November 2010-Januari 2011, sedangkan pengumpulan data primer dilakukan pada bulan April 2011-Juni 2011.

Cara Penarikan Sampel

Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 38 ibu hamil di Kota Bogor dengan kriteria inklusi yaitu: wanita berusia 20-40 tahun yang telah melahirkan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Berdasarkan rumus Sastroasmoro dan Ismael (2008), jumlah sampel minimal yang digunakan dalam penelitian yakni sebagai berikut:

n = (1,962 x 0,111 x 0,889)/0,10 2 = (3,842 x 0,099)/0,01

= 38 0rang Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

p = perkiraan proporsi, yaitu 11,1% untuk BBLR (Depkes 2010a) q = 1-p

z = nilai pada distribusi normal (pada α = 0,05; Z-a = 1,96)

Berdasarkan jumlah sampel minimal tersebut kemudian diambil 45 orang sampel secara purposive dalam kegiatan penelitian. Sampel yang digunakan tersebut merupakan ibu hamil yang telah melakukan uji darah dari total 200 ibu hamil yang menjadi sampel pada penelitian SEAFAST Center-IPB.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi keluhan kesehatan, perawatan individu, pemeriksaan kesehatan serta berat dan panjang bayi lahir. Selain itu, dilakukan pula pengumpulan data mengenai fasilitas pemeriksaan kesehatan yang tersedia di unit pelayanan kesehatan guna mendukung kegiatan 10 T, yang dikumpulkan melalui wawancara langsung di unit pelayanan kesehatan yang digunakan ibu hamil selama melakukan pemeriksaan kesehatan. Data sekunder meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik ibu hamil, gaya hidup, konsumsi pangan, dan status gizi ibu hamil. Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari penelitian SEAFAST center-IPB melalui wawancara dan pengukuran langsung oleh fresh graduate gizi masyarakat sebagai enumerator.

Pengukuran langsung yang dilakukan pada data sekunder yakni pengukuran status gizi meliputi status KEK dan status besi. Status KEK ditentukan melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan menggunakan pita LILA sebagai alat ukur. Status besi ditentukan dengan tes laboratorium (pengukuran Hemoglobin dan serum feritin) Pengukuran Hemoglobin (Hb) menggunakan metode sianmethemoglobin, sedangkan pengukuran serum feritin dilakukan dengan metode immunochemiluminescence (ICMA) menggunakan alat IMMULITE 2000 yang dilakukan di Laboratorium Prodia. Jenis variabel dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis variabel dan cara pengumpulan data

Jenis Data Cara pengumpulan

Data Primer:

1. Keluhan Kesehatan 2. Fasilitas Kesehatan 3. Pemeriksaan Kesehatan

a. Pemeriksaan di unit pelayanan kesehatan

- Kualitas pemeriksaan kesehatan - Persepsi TTD

- Konsumsi TTD b. Perawatan individu 4. Berat dan Panjang Bayi Lahir

Wawancara langsung oleh peneliti

Data Sekunder:

1. Karakteristik sosial-ekonomi keluarga - Pendidikan

- Pekerjaan - Pendapatan - Besar keluarga 2. Karakteristik ibu hamil

- Usia ibu hamil - Paritas - Jarak kelahiran - Riwayat kesehatan - Riwayat persalinan 3. Gaya Hidup - Merokok - Konsumsi alkohol 4. Konsumsi Pangan - Densitas zat gizi - Tingkat konsumsi gizi

- Keragaman konsumsi pangan 5. Status Gizi Ibu Hamil:

- Status KEK - Status Besi

Wawancara dan pengukuran langung oleh

SEAFAST Center-IPB

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan kategori-kategori pengukuran, kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer Microsoft Excel dan SPSS 17.00 for Windows. Tahapan analisis dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, bivariat, dan multivariat. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji seluruh variabel dalam penelitian seperti karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik ibu hamil, gaya hidup, keluhan kesehatan ibu hamil, konsumsi ibu hamil (densitas zat gizi, tingkat konsumsi gizi, dan keragaman konsumsi pangan), fasilitas kesehatan, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil (kualitas pemeriksaan kesehatan di unit pelayanan

kesehatan, persepsi TTD, konsumsi TTD, dan perawatan individu), status gizi ibu hamil (status KEK dan status besi), serta berat dan panjang badan bayi lahir dengan menggunakan tabulasi frekuensi.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga yang dianalisis meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh ibu hamil, berdasarkan wajib belajar minimal 9 tahun maka kategori pendidikan meliputi tidak tamat SMA dan tamat SMA. Pekerjaan diukur berdasarkan ada/tidaknya kegiatan yang dilakukan ibu sejak sebelum hingga saat kehamilan yang diukur berdasarkan kategori tidak bekerja dan bekerja. Pendapatan merupakan penghasilan keluarga yang diperoleh dari pekerjaan suami, pekerjaan istri, dan sumber lainnya dalam satu bulan yang diukur berdasarkan garis kemiskinan. Menurut BPS (2010), garis kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp 256.414. Sementara itu, besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga inti dan angggota keluarga lain yang tinggal bersama ibu hamil dan secara ekonomi menjadi tanggungan keluarga ibu hamil.

Karakteristik ibu hamil yang dianalisis meliputi paritas dan jarak kelahiran, riwayat kesehatan, serta riwayat persalinan. Berdasarkan Depkes (2005), paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukan baik kelahiran hidup maupun kelahiran mati yang diukur berdasarkan kategori paritas rendah (1-3 kali) dan paritas tinggi (> 3 kali). Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kehamilan sebelumnya hingga kehamilan saat ini. Jarak kelahiran yang dianggap aman

untuk ibu hamil adalah ≥ 2 tahun (24 bulan). Riwayat kesehatan diukur

berdasarkan ada tidaknya penyakit infeksi atau non infeksi yang dialami ibu sebelum kehamilan. Riwayat persalinan diukur berdasarkan ada tidaknya komplikasi selama persalinan terdahulu (kehamilan sebelumnya) seperti perdarahan, partus lama, demam/infeksi, dan preeklamsia/eklamsia.

Gaya hidup meliputi merokok dan konsumsi alkohol. Merokok diukur dengan kategori merokok dan tidak merokok, sementara jumlah konsumsi rokok diukur berdasarkan jumlah (batang) rokok per hari, yaitu > 20 batang/hari, 10-20 batang/hari, dan < 10 batang/hari (Chiolero, Bovet, dan Paccaud 2005). Konsumsi alkohol diukur berdasarkan konsumsi atau tidak konsumsi alcohol, sementara frekuensi konsumsi alkohol diukur berdasarkan jumlah (kali) konsumsi dalam minggu atau bulan. Menurut Albertesen et al (2004), kategori sering (1-3 kali/minggu), jarang (4-6 kali/bulan), dan kadang-kadang (2-3 kali/bulan).

Keluhan kesehatan adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang diukur berdasarkan ada/tidaknya keluhan atau gangguan selama kehamilan. Keluhan kesehatan dinyatakan baik, jika ibu hamil tidak mengalami keluhan/gangguan dan tidak baik, jika mengalami keluhan/gangguan selama kehamilan.

Konsumsi pangan dikumpulkan melalui recall 2 x 24 jam, dimana analisis yang dilakukan meliputi densitas zat gizi, tingkat konsumsi gizi, dan keragaman konsumsi pangan. Densitas zat gizi adalah rasio antara kalori standar dengan asupan kalori yang dikonsumsi, kemudian dikalikan dengan kandungan zat gizi tertentu. Zat gizi yang diukur dalam penelitian ini adalah protein, zat besi (Fe), vitamin C, dan vitamin A. Sebagai pembanding digunakan kalori, menurut FAO standar untuk energi yang digunakan adalah 1000 kkal (Drewnowski 2005). Pengukuran densitas zat gizi menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Konsumsi Gizi diukur dengan menghitung jumlah konsumsi gizi (energi, protein, zet besi, vitamin A, dan vitamin C) dibagi angka kecukupan gizi, kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004, kategori untuk tingkat konsumsi gizi yaitu baik, jika konsumsi

gizi ≥ 90% AKG; cukup, jika konsumsi gizi 80-89% AKG; kurang, jika konsumsi gizi 70-70% AKG; dan buruk, jika konsumsi gizi <70% AKG.

Keragaman konsumsi pangan merupakan keanekaragaman jenis dan kesesuaian jumlah pangan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Keragaman jenis pangan didasarkan atas 12 kelompok pangan menurut Individual Dietary Diversity Score (IDDS) yaitu, serealia, umbi-umbian, sayuran, buah, daging/ayam, telur, ikan dan hasil laut, kacang-kacangan dan olahannya, susu dan olahannya, minyak, gula/madu, serta lain-lain (Swindale dan Bilinsky 2006), yang dirumuskan ke dalam konsep “Triguna Makanan” (Depkes 2002). Berdasarkan konsep triguna makanan, konsumsi pangan dinyatakan beragam secara minimal apabila mengkonsumsi setidaknya satu bahan pangan sumber zat tenaga, satu bahan pangan sumber zat pembangun, dan satu bahan pangan sumber zat pengatur. Sementara itu, FAO (2007) mengklasifikasikan keragaman jenis pangan, yakni beragam rendah, jika mengkonsumsi ≤ 3 bahan pangan; sedang, jika mengkonsumsi 4-5 bahan pangan, dan tinggi, jika mengkonsumsi

≥ 6 bahan pangan. Mengadaptasi konsep triguna makanan dan klasifikasi FAO

2007, penentuan skor keragaman jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 4, dimana masing-masing kelompok bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsinya dan setiap fungsi memiliki skor maksimal 2, sehingga total skor keragaman jenis adalah 6.Kesesuaian jumlah didasarkan atas konsumsi pangan ibu hamil dalam satuan kalori. Pada Tabel 4, diketahui terdapat 6 tingkat konsumsi energi dengan skor minimal 1 untuk konsumsi energi < 70 % AKE dan skor maksimal 6 untuk konsumsi energi 110-119 % AKE. Keragaman pangan merupakan penjumlahan antara keragaman jenis dan kesesuaian jumlah pangan. Keragaman pangan sudah dapat dikatakan baik apabila memiliki skor lebih dari 6, yakni keragaman jenis memiliki skor 3 dengan minimal satu sumber zat tenaga, satu sumber zat pembangun, dan satu sumber zat pengatur, serta kesesuaian jumlah memiliki skor minimal 4 (90-99% AKE), sehingga dapat dikategorikan yaitu keragaman pangan rendah, jika skor ≤ 6; keragaman pangan sedang, jika skor 6<x<11; dan keragaman pangan tinggi, jika skor ≥ 11.

Tabel 4. Penentuan skor keragaman jenis dan kesesuaian jumlah

Keragaman Jenis Kesesuaian Jumlah

Bahan Pangan Skor Jumlah Energi (kkal) Skor

(1) Sumber zat tenaga: - Karbohidrat - Lemak Total

(2) Sumber zat pembangun: - Protein hewani - Protein nabati Total

(3) Sumber zat pengatur: - Buah-buahan - Sayuran Total 1 1 2 1 1 2 1 1 2 (1) 110-119 % AKE (2) 100-109 % AKE (3) 90-99 % AKE (4) 80-89 % AKE (5) 70-79 % AKE (6) < 70 % AKE 6 5 4 3 2 1

Total Skor 6 Total Skor 6

Ket: Sumber Depkes 2002 dan WKNPG 2004

Fasilitas pemeriksaan kesehatan yang dikaji meliputi unit pelayanan kesehatan yang digunakan ibu hamil dalam pemeriksaan kesehatan dan sarana pemeriksaan kesehatan yang tersedia di Unit Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan. Setiap ibu hamil ditanyakan mengenai Unit Pelayanan Kesehatan yang digunakan, kemudian wawancara dilakukan langsung di Unit Pelayanan Kesehatan yang besangkutan. Fasilitas kesehatan di Unit Pelayanan Kesehatan dikatakan baik, apabila setidaknya telah memenuhi pelayanan kesehatan dasar 5 T untuk ibu hamil seperti penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, imunisasi TT, dan pemberian TTD.

Pemeriksaan kesehatan yang dianalisis meliputi pemeriksaan kesehatan di unit pelayanan kesehatan dan perawatan individu. Pemeriksaan kesehatan di unit pelayanan kesehatan terbagi atas kualitas pemeriksaan kesehatan, persepsi TTD, dan konsumsi TTD. Kualitas pemeriksaan kesehatan diperoleh dengan menjumlahkan skor kelengkapan jenis pemeriksaan dan frekuensi kunjungan pemeriksaan kesehatan (Anwar 2005):

Konsumsi TTD diukur dengan menanyakan waktu (bulan) konsumsi awal TTD dan berhenti konsumsi TTD. Konsumsi TTD ibu hamil dinyatakan baik, apabila konsumsi dilakukan selama 3 bulan berturut-turut atau ≥ 90 hari dengan frekuensi konsumsi 1 kali/hari dan dinyatakan tidak baik, jika ibu hamil tidak mengkonsumsi TTD selama 3 bulan berturut-turut atau < 90 hari. Persepsi TTD diukur dengan meminta penilaian ibu hamil mengenai atribut atau karakteristik TTD. Dalam hal ini, setiap ibu hamil diminta untuk mengkonsumsi TTD yang diberikan saat wawancara kemudian diminta untuk memberikan penilaian secara langsung mengenai atribut fisik dan atribut konsumsi TTD. Penialaian tersebut merupakan penilaian berdasarkan hasil tangkapan seluruh indera, pengetahuan, dan pengalaman konsumsi TTD yang dilakukan dengan menggunakan Skala Likert dengan lima skala. Penilaian untuk karakteristik atau atribut fisik TTD seperti kemasan, bentuk, ukuran, aroma, dan rasa yaitu: (1) Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, (3) Cukup Suka, (4) Suka, (5) Sangat Suka. Sementara itu, penilaian untuk konsumsi TTD yang meliputi alasan, manfaat, frekuensi, dosis, dan efek samping yaitu: (1) Tidak Tahu, (2) Sangat Tidak Setuju, (3) Tidak Setuju, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju. Tingkat persepsi ditentukan berdasarkan kelas interval dari total skor persepsi. Adapun penentuan kelas interval persepsi adalah sebagai berikut (Nauli 2006):

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square (X²), untuk melihat hubungan antara dua variabel yakni variabel dependen dan independen. Variabel dependen yang digunakan yakni konsumsi pangan, pemeriksaan kesehatan, status gizi ibu hamil, serta berat dan panjang bayi lahir. Kualitas Pemeriksaan Kesehatan = Frekuensi Kunjungan + Kelengkapan Pemeriksaan

Sedangkan, analisis mutivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap status gizi ibu hamil serta berat dan panjang bayi lahir dengan menggunakan metode regresi logistik. Uji tersebut dipilih karena variabel dependen dan independen merupakan kategori dikotom dengan skala ordinal. Menurut Agresti dan Finlay (1999), persamaan yang digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik sosial ekonomi keluarga serta karakteristik, gaya hidup, dan keluhan kesehatan ibu hamil terhadap konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan yaitu:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 1-F

Dimana:

Y1,2 = Konsumsi pangan/Pemeriksaan kesehatan

a = Konstanta (intercept)

β1…6 = Koefisien regresi

X1 = Pendidikan ibu hamil X2 = Pekerjaan ibu hamil X3 = Jumlak anggota keluarga X4 = Pendapatan

X5 = Jarak kehamilan X6 = Riwayat persalinan

Berdasarkan Agresti dan Finlay (1999), persamaan untuk melihat pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap status gizi ibu hamil (status KEK) yaitu:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + …. + β8X8 1-F Dimana: Y1,2 = Status KEK a = Konstanta (intercept) β1…8 = Koefisien regresi

X1 = Tingkat konsumsi energi X2 = Tingkat konsumsi protein X3 = Densitas protein

X4 = Kualitas pemeriksaan kesehatan X5 = Perawatan individu

X6 = Persepsi TTD X7 = Konsumsi TTD X8 = Merokok

Sedangkan, persamaan untuk melihat pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap status gizi ibu hamil (status besi) adalah sebagai berikut:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + …. + β11X11

1-F Dimana:

Y1,2 = Status besi (Hb/feritin)

a = Konstanta (intercept)

β1…11 = Koefisien regresi

X1 = Tingkat konsumsi zat besi X2 = Tingkat konsumsi vitamin A X3 = Tingkat konsumsi vitamin C X4 = Densitas zat besi

X5 = Densitas vitamin A X6 = Densitas vitamin C

X7 = Kualitas pemeriksaan kesehatan X8 = Perawatan individu

X9 = Persepsi TTD X10 = Konsumsi TTD X11 = Merokok

Menurut Agresti dan Finlay (1999), persamaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap berat dan panjang bayi lahir adalah sebagai berikut:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + …. + β17X17

1-F Dimana:

Y1,2 = Berat/panjang bayi lahir

a = Konstanta (intercept)

X1 = Status KEK X2 = Status Hb X3 = Status feritin

X4 = Tingkat konsumsi energi X5 = Tingkat konsumsi protein X6 = Tingkat konsumsi zat besi X7 = Tingkat konsumsi vitamin A X8 = Tingkat konsumsi vitamin C X9 = Densitas protein

X10 = Densitas zat besi X11 = Densitas vitamin A X12 = Densitas vitamin C

X13 = Kualitas pemeriksaan kesehatan X14 = Perawatan individu

X15 = Persepsi TTD X16 = Konsumsi TTD X17 = Merokok

Definisi Operasional

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh keluarga, yaitu semua keterangan mengenai keluarga seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.

Pendidikan adalahpendidikan formal yangpernah dijalani ibu sampai pada saat kehamilan. Berdasarkan pendidikan minimal wajib belajar sembilan tahun maka pendidikan dapat dikategorikan menjadi tidak tamat SMP dan tamat SMP (Stalker 2008).

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu dalam kurun waktu sebelum kehamilan hingga saat kehamilan yang diukur dengan kategori tidak bekerja dan bekerja.

Pendapatan adalah penghasilan yang diterima keluarga per bulan yang diperoleh melalui pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau pemberian orang lain yang dinilai dalam rupiah. Berdasarkan BPS (2010), garis kemiskinan Kota Bogor Rp 256.414 maka pendapatan dikategorikan Miskin, jika pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan (< Rp 256.414) dan Tidak Miskin, jika pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan (> Rp 256.414).

Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti dan keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah dengan ibu hamil dan secara ekonomi menjadi

tanggungan keluarga ibu hamil yang diukur dengan kategori yaitu ≤ 4 orang

untuk keluarga kecil dan > 4 orang untuk keluarga besar (Astuti 2008).

Karakteristik Ibu Hamil adalahsifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh ibu hamil, yaitu semua keterangan mengenai ibu hamil seperti usia ibu hamil, paritas, jarak kelahiran, riwayat kesehatan, dan riwayat persalinan.

Usia Ibu Hamil adalah perhitungan usia ibu saat berlangsungnya kehamilan, dikategorikan tidak berisiko, jika usia ibu saat kehamilan 20-34 tahun. Sedangkan berisiko, jika saat kehamilan usia ibu ≥ 35 tahun (Kusumawati 2006).

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukan, baik untuk kelahiran hidup maupun kelahiran mati yang dapat diukur berdasarkan kategori rendah apabila mengalami 1-3 kali persalinan, dan tinggi utnuk > 3 kali persalinan (Depkes 2005).

Jarak Kelahiran adalah rentang waktu antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan terakhir yang diukur menggunakan kategori tidak aman, jika jarak kelahiran < 24 bulan dan aman untuk jarak kelahiran ≥ 24 bulan (Depkes 2005).

Riwayat Kesehatan adalah kondisi kesehatan ibu hamil yang dapat dikukur berdasarkan ada/tidaknya penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi sebelum kehamilan. Riwayat kesehatan dinyatakan tidak baik, jika ibu menderita penyakit sebelum kehamilan. Sedangkan riwayat kesehatan baik, jika ibu tidak menderita penyakit sebelum kehamilan (Anwar 2005).

Riwayat Persalinan adalah proses persalinan terdahulu (kehamilan sebelumnya) meliputi tempat persalinan/tenaga penolong persalinan, cara persalinan, dan ada/tidaknya komplikasi persalinan seperti perdarahan, partus lama, demam/infeksi, dan preeklamsia/eklamsia. Riwayat persalinan diukur dengan kategori tidak baik, jika dalam persalinan terdapat komplikasi. Sedangkan dikategorikan baik, jika dalam persalinan tidak terdapat komplikasi.

Gaya Hidup adalah perilaku ibu hamil selama kehamilan yang ditunjukan dengan aktivitas atau minat sehingga membentuk pola perilaku tertentu, seperti merokok dan konsumsi alkohol.

Merokok adalah konsumsi dan frekuensi merokok pada ibu hamil selama periode kehamilan. Merokok diukur dengan kategori merokok dan tidak merokok. Sedangkan, jumlah konsumsi rokok per hari diukur melalui jumlah (batang) rokok yang dikonsumsi per hari: (1) > 20 batang/hari, (2) 10-20 batang/hari, (3) < 10 batang/hari (Chiolero, Bovet, dan Paccaud 2005).

Konsumsi Alkohol adalah konsumsi dan frekuensi konsumsi alkohol pada ibu hamil selama hamil. Konsumsi alkohol diukur dengan kategori yaitu konsumsi alkohol dan tidak konsumsi alkohol. Sedangkan, frekuensi konsumsi alkohol diukur melalui jumlah (kali) konsumsi dalam minggu atau bulan. Kategori dalam pengukurannya terbagi atas (1) Sering, jika 1-3 kali/minggu, (2) Jarang, jika 4-6 kali/bulan, dan (3) Kadang-kadang, jika 2-3 kali/bulan (Albertsen et al 2004).

Keluhan Kesehatan adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang diukur berdasarkan ada atau tidaknya keluhan atau gangguan selama kehamilan seperti

Dokumen terkait