• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 29-36)

2.3.1 Hubungan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan

Good corporate governance merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomi dengan kemampuan untuk mengurangi perampasan sumber daya bank selain itu dapat memfasilitasi penentuan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari perusahaan serta sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja perusahaan.

Menurut Belkhir (2006) menjelaskan didalam mekanisme good corporate governance pemegang saham bekerja sama untuk memberikan insentif kepada manajer sehingga mampu mengurangi masalah keagenan yang muncul antara pemegang saham dan manajer yang dihasilkan dari pemisahan antara kepemilikan dan pengawasan. Klapper dan Love (2002) dalam Purno dan Khafid (2013:4192) menemukann adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q. Sejalan dengan itu Hisamuddin dan Tirta (2012) juga menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan ROE. Dengan adanya mekanisme good corporate governance yang baik diharapkan mampu meningkatkan kinerja perbankan. Mekanisme good corporate governance meliputi indikator kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan auditor eksternal KAP Big Four.

2.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perbankan Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham yang mewakili presentase hak suara yang dimiliki oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, serta pemerintah baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator presentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

Kepemilikan saham institusional yang biasanya merupakan pemilik saham mayoritas akan memiliki kecenderungan untuk berkompromi dengan pihak manajemen dan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas.

Kepemilikian saham institusional yang semakin besar akan memberikan pengaruh adanya kontrol eksternal atau intervensi yang lebih besar di dalam suatu perusahaan sehingga kebijakan yang akan diambil cenderung mengikuti kebijakan dari pihak institusi eksternal. Hal ini akan berdampak pada penurunan kinerja para manajemen perusahaan..

Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Purno (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. Sejalan dengan itu penelitian Hartono dan Nugrahanti (2014) juga menemukan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan hal ini dimungkinkan karena keberadaan kepemilikan institusional yang besar dalam perusahaan akan memberikan intervensi berlebih terhadap kinerja manajemen sehingga manajemen merasa

terikat dang ruang gerak pengelola menjadi terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

H1: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan.

2.3.3 Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perbankan Kepemilikan manajerial merupakan jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Pada penelitian ini kepemilikan saham diukur dengan indikator presentase jumlah saham yang dimiliki dari pihak manajemen terhadap total keseluruhan modal saham perusahaan yang beredar. Dengan adanya kepemilikan manajerial ini akan memiliki dampak terhadap kinerja manajemen. Manajemen akan termotivasi dan berusaha dalam meningkatkan kinerja agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan agar keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan namun juga akan menanggung resiko apabila keputusan yang diambilnya salah. Jumlah proporsi kepemilikan saham dalam manajemen yang semakin besar pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha giat serta meningkatkan kinerjanya karena laba yang diperoleh akan kembali kepada pemegang saham yang tidak lain untuk dirinya sendiri.

. Penelitian yang dilakukan oleh Wedari (2004) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Colpan, Yoshikawa, Hikino dan Miyoshi (2007) dimana penelitian menyatakan bahwa

executive ownership yang selaras dengan kepentingan shareholder aan membawa keuntungan yang lebih tinggi karena eksekutif akan menjadi lebih berorientasi pada profitabilitas. Jika manajemen memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik maka konflik kepentingan antara agen dan pemilik akan berkurang.

Dengan berkurangnya konflik kepentingan maka akan terjalin kesinambungan dalam perusahaan yang akan berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan shareholder dan stakeholder. Hal ini juga sejalan dengan penelitian El-Chaarani (2014) yang menyatakan bahwa internal ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi good corporate governance dan kinerja perbankan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan

2.3.4 Hubungan Ukuran Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perbankan

Menurut Farida, Prasetyo dan Herwiyanti (2010) dalam Wijayanti dan Muthmainah (2012) menjelaskan bahwa dewan komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance (Fama dan Jensen, 1983 dalam Sari, 2010). Komisaris independen juga berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan serta bertujuan untuk menyeimbangkan dalam

pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait.

Beasley (1996) dalam Purno (2013) menyarankan bahwa masuknya dewan komisaris dari luar perusahaan akan meningkatkan efektivitas dalam proses pengawasan terhadap manajemen dalam kecurangan laporan keuangan. Barnhart

& Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004) melakukan penelitian mengenai

“Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance”, yang membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outsider director (komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut penelitian Wijayanti dan Muthmainah (2012) menemukan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini juga senada dengan penelitian Hisamuddin dan Tirta (2012) yang menyimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selain itu penelitian Muntiah (2014) juga menghasilkan kesimpulan yang sama dimana komisaris independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi efektivitas proses pengawasan manajemen yang berujung dalam proses menghasilkan laporan keuangan yang terintegritas. Selain itu komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan masukan kepada manajemen.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

H3: Ukuran Komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan.

2.3.5 Hubungan Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Perbankan Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan yang akan diterapkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ukuran dan komposisi dewan direksi dalam kegiatan perusahaan. Menurut penelitian Hisamuddin dan Tirta (2012) menyimpulkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan. Sejalan dengan itu Faisal (2005) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Selain itu juga dapat mempengaruhi hubungan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar ukuran dan komposisi dewan direksi akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Apabila struktur dewan direksi didominasi dari luar perusahaan maka akan berdampak pada kualitas pelaporan yang lebih baik karena dengan pertimbangan bahwa dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan dapat melakukan fungsi monitoring dengan lebih baik, pengambilan keputusan dan juga fungsi perbaikan atas kesalahan maupun kecurangan dalam pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H4: Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perbankan.

2.3.6 Hubungan Ukuran Komite Audit Terhadap Kinerja Perbankan

Komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia bahwa tugas komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Pada saat komite audit menjalankan tugasnya dengan baik maka tugas pengawasan menjadi lebih baik sehingga kinerja perbankan akan meningkat dan konflik keagenan dapat diminimalisasi.

Menurut Wilopo (2004) dalam Purno dan Khafid (2013) mengutarakan bahwa kehadiran komite audit mampu mempengaruhi secara negatif praktik manajemen laba di perusahaan. Ini dapat menandakan bahwa mekanisme good corporate governance diatas penting untuk menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil dan transparan. Berdasarkan dari uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut:

H5: Komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan.

2.3.7 Hubungan Ukuran Auditor Eksternal KAP Big Four Terhadap Kinerja Perbankan

Dalam rangka menjaga kredibilitas dan kepercayaan para pemegang saham maka diperlukan adanya pengungkapan informasi keuangan yang transparan serta penilaian kesehatan perbankan. Zulkafli dan Ahmad (2007) dalam

Sari (2010) menuturkan bahwa transparansi keuangan merupakan hal yang paling penting setelah terjadinya krisisnya ekonomi dan moneter karena dapat menetapkan jaminan yang kredibel dari aktivitas perbankan. Dalam penelitian Sari (2010) KAP big four menjukkan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dimana KAP Big Four yang dimaksud adalah auditor eksternal yang berstandarisasi internasional Big 4 diantaranya KPMG, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu, dan Pricewater House Coopers. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

H6: KAP Big Four berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 29-36)

Dokumen terkait