• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-42)

Pada dasarnya perusahaan adalah lemaga ekonomi yang didirikan oleh pemilik untuk mendapatkan keuntungan, dimana salah satu kepentingan pokok pemegang saham (shareholder) adalah bahwa perusahaan harus memupuk keuntungan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan keuntungan bagi para pemegang saham. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya, melakukan interaksi secara kelambagaan dengan pihak-pihak yang lain yang terkait dengan perusahaan, dimana dalam interaksi tersebut terdapat berbagai kepentinan yang mungkin dan seringkali tidak sejalan dengan kepentingan pokok pemegang saham, termasuk di antaranya kepentingan yang dimiliki karyawan, pemasok,

pelaggan, distributor, pesaing, pemerintah serta masyarakat yang ikut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dan yang ikut pula menanggung dampak dari kegiatan operasional perusahaan. Mereka adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan dalam kemakmuran perusahaan tersebut, sehingga perusahaan harus mengupayakan keseimbangan dengan memperhatikan tidak hanya kepentingan shareholder saja tetapi juga stakeholder untuk mempertahankan eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh entitas masyarakat.

Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Mekanisme internal adalah unsur yang diperlukan dalam mengelola perusahaan. Unsur-unsur good corporate governance yang berasal dari internal perusahaan adalah dewan direksi, komite audit, dan kepemilikan manajerial. Mekanisme eksternal adalah cara-cara mengendalikan perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal. Faktor eksternal dimaksudkan untuk mendisiplinkan perilaku pihak insider agar lebih transparan dalam mengelola korporasi. Kepemilikan institusional dan komisaris independen umunya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan Widyati (2013)

Investor mengandalkan laporan keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan sebagai dsar pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan suatu bentuk komunikasi antara manajemen dengan para stakeholder. Salah satu hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan adalah laporan keuangan yang memiliki laba yang tinggi.

Laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu. Namun, nilai riilnya ada pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen masa depan. Dari sudut pandang investor, peramalan masa depan adalah inti dari analisis keuangan yang sebenarnya, sementara itu dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi sebagai titik awal

untuk merencanakan tindakan-tindakan yang memperbaiki kinerja di masa depan (Brigham dan Houston, 2010)

Pengertian laporan keuangan menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam PSAK No.1 Revisi Tahun 2009 adalah :

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.”

Bagi para analis bisnis, analisis keuangan digunakan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan informasi laporan keangan. Investor akan menganalisis laporan keuangan tersebut dengan rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan. Ini merupakan hal yang penting bagi investor untuk dapat memprediksi kondisi perusahaan tersebut dimasa mendatang (Prasnanugraha, 2007)

Pengertian kinerja perusahaan menurut Zarkasyi (2008) adalah:

“Kinerja perusahaan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiris suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati”.

Rasio yang paling penting dalam mengukur kinerja keuangan adalah Return On Equity dan Return On Asset karena kedua rasio tersebut mampu menggambarkan keadan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kedua rasio tersebut bisa menggambarkan bagaimana tingkat laba bersih dan tingkat keuntungan perusahaan tersebut. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka peroleh. Jika Return On Equity tinggi, maka harga saham juga cenderung akan tinggi dan tindakan yang meningkatkan Return On Equity kemungkinan juga akan meningkatkan harga saham. (Brigham dan Houston, 2010).

Jika para manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor atas pengembalian investasi yang telah mereka tanamkan di perusahaan. Dengan demikian, secara umum apabila kepercayaan dari investor

terus menurun, maka akan mengakibatkan aliran masuk modal (capital inflows) ke suatu negara mengalami penurunan, sedangkan aliran modal keluar (capital outflows) atau penarikan dana atas investasi dari luar negeri akan mengalami kenaikan. Akibat dari capital outflows adalah menurunnya harga-harga saham perusahaan di suatu negara tersebut, sehingga pasar modalnya menjadi tidak berkembang dan berkurangnya cadangan devisa, serta efek lanjutan berupa fluktuasi yang cukup signifikan pada nilai tukar mata uang maupun penurunan ekonomi (Darmawati dkk, 2005)

Tindakan mementingkan diri sendiri manajemen merupakan suatu bentuk adanya agency conflict. Hal ini didasarkan pada teori agensi (agency theory) yang pertama kali dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Dalam teori ini dinyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Dalam hubungan keagenan ini sangat rentan terjadi konflik. Pemegang saham (prinsipal) mengharapkan manajer akan mengoptimalkan keuntungan perusahaan yang pada akhirnya akan menguntungkan pemegang saham, tetapi pada kenyataannya manajer sebagai manusia mempunyai kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham sehingga akan menimbulkan konflik kepentingan (Apriyanti, 2012)

Principal mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan dalam pengelolaan perusahaan perusahaan kapda agents. Agar agency problem tidak merugikan pemilik perusahaan , mekanisme yang ditempuh adalah meningkatkan monitoring dan control terhadap keputusan-keputusan manajemen. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi corporate governance. Penerapan konsep corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agent dalam mengelola kekayaan investor dan investor menjadi lebih yakin bahwa agent tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agent.

Penelitian tentang struktur kepemilikan sebagai salah satu mekanisme good corporate governance untuk mengurangi agency conflict dan asymmetric information telah banyak dilakukan oleh Andri Rachmawati dan Hanung

Triatmoko (2007), Arief Ujiyanto dan Bambang Agus Pramuka (2007) yang menggunakan mekanisme struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya control yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006 dalam Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko, 2007)

Peranan good corporate governance bermanfaat untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, meningkatkan nilai saham perusahaan serta menciptakan dukungan stakeholder terhadap perusahaan CGPI (2008)

Good corporate governance membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan di antara elemen dalam perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Dewan direksi bertugas untuk melaksanakan fungsi pengelolaan perusahaan mencakup 5 (lima) tugas utama, yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial (Zarkasyi, 2008). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting untuk memastikan bahwa : (1) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; (2) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik; (3) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku; dan (4) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (Zarkasyi, 2008). Komisaris independen pada dasarnya memiliki peran yang sama dengan dewan komisaris, yaitu menjamin pelaksanaan strategi dan mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Pada intinya, komisaris independen merupakan suatu mekanisme independen (netral) untuk mngeawasi dan memberikan petunjuk pada pengelola perusahaan (Saepudin, 2012).

Ada juga beberapa mekanisme good corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mangenai corporate governance yang bertujuan mengurangi agency problem, yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial. Menurut Widyati (2013), kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham oleh pihak manajemen secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Siregar dan Utama (2005) dalam Widyati (2013), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki.

Menurut tinjauan penelitian sebelumnya, diantaranya adalah oleh Like (2012), Apriyanti (2012), Saepudin (2012) dan Widyati (2013) yang menyatakan bahwa good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara teoritis penerapan good corporate governance dapat meningkatkan kinerja keuangan, karena dengan penerapan good corporate governance dapat mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh manajemen terkait dengan keputusan keputusan yang menguntungkan diri sendiri.

2.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perusahaan Agency Problem Corporate Governance Kinerja Perusahaan Dewan Direksi Mekanisme Corporate Governance

Komite Audit Komisaris Independen

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-42)

Dokumen terkait