• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 33-41)

Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap. Tindakan penilaian kembali ini dilakukan karena aktiva tetap yang didasarkan pada harga perolehan (historical cost), sehingga dianggap kurang mencerminkan nilai atau potensi nyata yang dimiliki oleh perusahaan, sebagai akibat adanya fluktuasi harga atau nilai tukar yang cukup tinggi.

Pemerintah menerbitkan PMK 191/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan bagi pemohon yang diajukan pada tahun 2015 & 2016, sebagaimana telah diubah dengan PMK 233/2015 atau lebih dikenal sebagai Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap. Secara garis besar, kebijakan ini adalah bentuk insentif perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak. Jika dibandingkan dengan tarif yang terdapat pada PMK 79/2008, tentunya tarif yang terdapat di PMK 191/2015 jauh lebih rendah. Tarif yang terdapat pada PMK 79/2008 adalah 10%, sedangkan tarif yang berlaku pada PMK 191/2015 berkisar antara 3% hingga 6%.

Dengan melakukan penilaian kembali aset tetap sesuai PMK 191/2015 dan PMK 233/2015, nilai aset tetap akan bertambah besar yang menyebabkan beban penyusutan pada tahun-tahun yang akan datang menjadi lebih besar dan mengurangi laba perusahaan, sehingga meminimalkan pajak terutang perusahaan dan tarif pajak yang akan dibayarkan atas selisih lebih penilaian aset lebih rendah.

Dengan pemanfaatan insentif ini wajib pajak dapat merestrukturisasi postur dan nilai aset yang tampak pada laporan keuangan termasuk laporan arus kas secara keseluruhan yaitu arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas

pendanaan perusahaan sehingga lebih wajar dan berguna untuk pembuatan keputusan keuangan perusahaan. Walaupun akan ada kas keluar dalam laporan arus kas perusahaan untuk pembayaran pajak atas revaluasi aset tetap.

2.7.1 Pengaruh Beban Pajak Penghasilan Terhadap Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

Melalui revaluasi suatu nilai aset tetap akan bertambah besar yang akan menyebabkan beban penyusutan pada tahun-tahun yang akan datang menjadi lebih besar dan secara langsung akan mengurangi laba perusahaan. Menurunnya laba perusahaan akan meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan, meskipun dengan melakukan revaluasi laba perusahaan menjadi berkurang sebenarnya kebijakan ini memiliki manfaat lain seperti laporan posisi keuangan akan menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang wajar sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang lebih akurat. “tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya”.

Menurut Waluyo (2013:191) “tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya”. Dengan dilakukannya revaluasi aset tetap, perusahaan dapat menyehatkan posisi keuangannya sehingga lebih mencerminkan kemampuan dan

nilai perusahaan yang sebenarnya, dan dapat menghemat pajak penghasilan terhutang. Dalam hal ini Pajak Penghasilan (PPh), penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap merupakan peluang untuk memperoleh penghematan pajak (tax

saving), atau keuntungan pajak (tax Benefit). Hal ini ditunjukan dengan beban

pajak (tax burden) yang dapat diminimalisasi melalui penyusutan aktiva tetap tersebut, dan kompensasi kerugian perusahaan (Ilyas & Wicaksono, 2015:141) H1 : Beban pajak penghasilan berpengaruh terhadap keikutsertaan revaluasi aktiva tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015).

2.7.2 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas, mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban yang berpengaruh pada penetapan laba rugi bersih. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk dapat melanjutkan usahanya. Nilai arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat mencerminkan bagaimana operasi perusahaan berjalan serta akan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi kewajibannya, memelihara kemampuan operasi, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

Menurut Cotter dan Zimmer (1995) (Firmansyah dan Sherlita, 2012) bahwa penilaian kembali atas aset tetap akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset jaminan perusahaan yang dapat membantu untuk meyakinkan

debtholders tentang kemampuan perusahaan untuk membayar utang melalui

potensi mewujudkan aset perusahaan lebih tinggi sesuai nilai pasar, sehingga revaluasi aset akan mengembalikan kapasitas pinjaman perusahaan.

Nilai suatu aset tetap akan bertambah bila dilakukan revaluasi aset tetap, hal tersebut akan berpengaruh pada arus kas operasi sesuai teori diatas dan juga akan membuat total aset yang dimiliki perusahaan lebih besar. Maka itu, perlu dilakukan pengukuran seberapa besar arus kas bersih dalam aktivitas operasi yang dihasilkan oleh perusahaan atas total aset yang tersedia. Bila arus kas bersih yang dihasilkan atas total aset juga bertambah besar, maka besar kemungkinan perusahaan untuk mengikuti revaluasi aset tetap karena dapat meningkatkan nilai total aset.

H2 : Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap keikutsertaan revaluasi aktiva tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015).

2.7.3 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

Arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dari aktiva tetap dan perolehan dari instrumen investasi lain. Aktivitas Investasi adalah aktivitas perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang yang mencakup penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap dan

pembelian kas untuk mesin produksi. Arus kas aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Informasi dari laporan arus kas aktivitas investasi digunakan investor untuk pengambilan keputusan investasinya.

Dalam arus kas aktivitas investasi penjualan berupa aset tetap akan memberikan arus kas masuk bagi perusahaan. Dengan sisa aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan berupa tanah, bangunan dan lainnya perusahaan dapat melakukan revaluasi aset tetap terutama terhadap aset tanah karena nilainya cukup signifikan, revaluasi tersebut akan meningkatkan arus kas masuk aktivitas investasi pada periode-periode yang akan datang dengan penjualan aset tetap tersebut. Oleh karena itu, bila adanya peningkatan arus kas masuk dari aktivitas investasi yang akan diperoleh pada periode selanjutnya, maka kemungkinan besar perusahaan akan melakukan revaluasi aset tetap.

H3: Arus kas masuk dari aktivitas investasi berpengaruh terhadap keikutsertaan revaluasi aktiva tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

2.7.4 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah akibat dari transaksi atau peristiwa penerimaan dan pengeluaran kas kepada para pemegang saham yang disebut juga sebagai pendanaan ekuitas, sedangkan penerimaan kas dan

pengeluaran kas kepada kreditor disebut sebagai pendanaan utang. Rasio aktivitas arus kas pendanaan terhadap aset tetap membantu memberikan informasi keuangan bagi para pengguna untuk mengevaluasi kebijakan pendanaan perusahaan, tingginya rasio mengindikasikan bahwa perusahaan belum memanfaatkan aset nya secara efektif. Sebaliknya, bila rasio rendah mengindikasikan aset telah dimanfaatkan secara efektif (Rujoub et al, 1995).

Revaluasi aset tetap penting untuk perusahaan yang membutuhkan pembiayaan, sebab bila revaluasi dilakukan maka nilai aset tetap menjadi lebih tinggi dan membuat perusahaan mampu menarik pendanaan lebih besar. Selain itu, bila nilai aset tetap bertambah maka pembanding untuk hutang dan ekuitas perusahaan akan semakin besar, sehingga rasio yang dihasilkan akan lebih kecil dan dapat memperlihatkan informasi keuangan yang dapat menarik para

shareholders untuk memberikan pendanaan bagi perusahaan. Total aset yang

bertambah besar pun menjadi pembanding yang dapat memperkecil rasio kebijakan pendanaan perusahaan, rasio yang semakin kecil mengindikasikan perusahaan telah memanfaatkan asetnya secara efektif.

H4 : Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap keikutsertaan revaluasi aktiva tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

2.7.5 Pengaruh Beban Pajak Penghasilan, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi dan Arus Kas Pendanaan Terhadap Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan setidaknya terdapat dua alasan perusahaan enggan mengikuti kebijakan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan yaitu terkendala kewajiban membayar beban PPh atas selisih lebih penilaian aset dan permasalahan cash flow dimana harus ada uang tunai yang keluar untuk membayar pajak, sedangkan revaluasi tidak ada uangnya namun nilai perusahaan akan naik.

Bila perusahaan melakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan maka ada kewajiban membayar pph final atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap tetapi revaluasi aset tetap akan menambah nilai aset secara signifikan, nilai aset yang naik dapat mengurangi beban pajak penghasilan terutang perusahaan pada periode-periode yang akan datang, karena pembayaran pph final tersebut dilakukan hanya sekali sedangkan manfaat berkurangnya beban pajak penghasilan terutang akan terasa selama beberapa tahun kedepan, sehingga kemungkinan besar perusahaan memilih untuk ikut serta dalam kebijakan ini.

Arus kas secara keseluruhan terdiri dari arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi dan arus kas aktivitas pendanaan. Dalam suatu bisnis, kas memiliki peranan krusial untuk menjaga operasional perusahaan berjalan dengan baik. Mengingat pentingnya peran kas bagi perusahaan, dibutuhkan manajemen kas yang dapat mengelola kas secara teratur dan efektif meningkatkan

kesejahteraan perusahaan. Manajemen Kas sangat erat keterkaitannya dengan mekanisme untuk mengoptimalkan penghimpunan dan pengeluaran kas untuk keputusan keuangan perusahaan (Ross, Westerfield, & Jordan, 2008).

Mengelola kas perusahaan penting untuk kesuksesan perusahaan baik dari segi operasional maupun finansial. Perusahaan dapat membuat keputusan keuangan untuk melakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan, karena bila penerimaan arus kas bersih yang dihasilkan oleh suatu aset tetap perusahaan besar, maka akan semakin besar pula penerimaan arus kas bersih di periode mendatang yang dihasilkan dari aset tetap perusahaan setelah dilakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan

H5 : Beban pajak penghasilan, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keikutsertaan revaluasi aktiva tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2015)

nkhjh

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran Beban Pajak

Penghasilan

Arus Kas Operasi

Arus Kas Investasi

Keikutsertaan Revaluasi Aktiva Tetap (PMK RI Nomor 191 dan Nomor 233

Tahun 2015)

Arus Kas Pendanaan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 33-41)

Dokumen terkait