• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Bahan baku merupakan hal atau faktor yang sangat penting bagi

produksi sebuah industri atau perusahaan. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi ini semakin ketat, di mana fasilitas serta teknologi yang digunakan pun semakin canggih. Hal ini ditujukan agar dapat dihasilkan produk yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat beragam setiap saat.

Keberhasilan produksi yang dilakukan oleh suatu industri atau perusahaan ditentukan pula oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah kecukupan persediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi. Kekurangan persediaan bahan baku dapat menyebabkan produksi terhenti dan tidak terpenuhinya permintaan konsumen, hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Namun, kelebihan persediaan bahan baku pun dapat menimbulkan biaya produksi yaitu berupa biaya penyimpanan (holding cost) yang cukup besar, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dari proses produksi dan sistem manajemen perusahaan yang bersangkutan.

Pengendalian persediaan bahan baku di pabrik ban PT Goodyear Indonesia, Tbk. Bogor harus dilakukan mengingat bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi ban sangat beragam jenisnya sehingga harus ada sistem pengendalian yang tepat agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada waktunya.

Jenis bahan baku sangat beragam, berdasarkan asal produsennya dibagi ke dalam dua kelompok yaitu bahan baku lokal (dalam negeri) dan bahan baku impor (luar negeri). Kebijakan yang diterapkan oleh

perusahaan kepada dua kelompok bahan baku ini pun berbeda-beda sesuai dengan asal produsennya yaitu lokal dan impor.

Pada penelitian ini, mula-mula dilakukan pengamatan terhadap sistem pengendalian persediaan bahan baku impor yang telah diterapkan PT Goodyear Indonesia, Tbk. Kemudian dilakukan pengkajian dengan menggunakan metode-metode yang telah ditetapkan seperti analisis ABC. Analisis ABC adalah metode untuk mengelompokkan bahan baku, di mana bahan baku dibagi ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tingkat kepentingan yaitu kelompok A, B, dan C. Kelompok A adalah kelompok terdiri dari 20% bahan baku yang menyerap biaya sekitar 80% dari total biaya persediaan. Kelompok B adalah kelompok yang terdiri dari 30% bahan baku yang menyerap biaya sekitar 15% dari total biaya persediaan. Kelompok C adalah kelompok yang terdiri dari 50% bahan baku yang menyerap biaya 5% dari total biaya persediaan. Kemudian dilakukan uji sebaran normal terhadap data permintaan bahan baku impor yang tergolong ke dalam kelompok A.

Tahap selanjutnya adalah estimasi (perkiraan) permintaan, untuk melihat tingkat permintaan bahan baku dari waktu ke waktu dengan menggunakan teknik simulasi. Teknik simulasi yang dipilih yaitu teknik simulasi Monte Carlo. Pemilihan teknik simulasi ini dikarenakan teknik ini memang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi yaitu mengenai pengendalian persediaan bahan baku. Simulasi Monte Carlo sering digunakan untuk pemecahan pada masalah yang tidak terlalu kompleks serta tidak banyak variabel yang mempengaruhi. Selain itu, keistimewaan lain dari simulasi Monte Carlo apabila dibandingkan dengan simulasi lainnya adalah simulasi Monte Carlo mudah untuk dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Program yang digunakan untuk merancang program aplikasi adalah program Visual Basic 6.0. Visual Basic 6.0 merupakan sebuah bahasa pemprograman yang digunakan untuk membuat program aplikasi berbasis orientasi objek atau Object Oriented Program (OPP). Dengan Visual Basic 6.0, perancangan sebuah program akan lebih mudah dan

menyenangkan karena didukung oleh komponen-komponen pelengkap yang memiliki standar Windows.

Strategi pengendalian bahan baku mencakup pula strategi dalam menetapkan jumlah pemesanan untuk mengoptimalkan persediaan bahan baku, persediaan pengaman (safety stock) yang digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku, serta menentukkan titik pemesanan kembali atau yang sering disebut dengan Re-Order Point untuk mencegah terjadi kekurangan atau penumpukkan (kelebihan) bahan baku di dalam gudang.

Analisis pengendalian bahan baku ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menemukan sistem atau cara pengendalian yang efektif dan efisien agar tujuan perusahaan dapat tercapai serta proses produksi tidak terhambat karena persediaan bahan baku tersebut telah sesuai dengan sistem produksi. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Identifikasi pengaturan atau manajemen persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan termasuk

kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam sistem pengendalian bahan baku

Identifikasi bahan baku-bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ban

Identifikasi karakteristik dari bahan baku-bahan baku yang digunakan

Analisis manajemen persediaan bahan baku

Volume pemesanan BB pada suplier Volume pemakaian BB pada produksi ban/bulan Waktu pemesanan bahan baku Waktu penggunaan BB Biaya persediaan seperti biaya penyimpanan dan pemesanan

Analisis Pengendalian Persediaan

Metode yang digunakan atau yang telah diterapkan oleh perusahaan dalam analisis

persediaan bahan baku

Metode Analisis ABC

Data Permintaan (Pemakaian) Selama Satu Periode (Tahun)

Uji Sebaran Normal

Model Prakiraan Permintaan Bahan Baku dengan Simulasi Monte_Carlo

Validasi Model dengan Pendekatan Uji-T

Model Pengendalian Persediaan : Model EOQ, Persediaan Pengaman (Safety Stock),

Titik Pemesanan Kembali (Re-order Point)

Perbandingan antara metode simulasi dengan perusahaan

Tingkat Persediaan dan Metode Pengendalian Persediaan yang paling Optimal dan Efisien Pengendalian Persediaan Bahan Baku berdasarkan Metode Simulasi

Dat a yang diperlukan Tahap Pem ecahan Masalah Teknik yang digunakan B. PENDEKATAN BERENCANA

Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berencana. Menurut Thierauf dan Klenkamp (1975), dalam pendekatan berencana akan diawali dengan pengamatan atau meneliti permasalahan seperti pertentangan-pertentangan atau ketidaksesuaian secara objektif dan sebagainya. Setelah itu, metode yang dibentuk sebagai metode penyelesaian disesuaikan dengan tujuan, kebijaksanaan, batasan, serta asumsi dari alternatif solusi permasalahan yang tersedia.

Langkah-langkah dalam pendekatan berencana dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini :

Um pan Balik

Gambar 8. Tahapan Pendekatan Berencana (Thierauf dan Klekamp, 1975)

Fakt a, ide, pendapat , dan lain-lain

Observasi t erhadap gej ala perm asalahan dan m asalah yang

nyat a

Definisi perm asalahan yang sebenarnya at au nyat a

Pengem bangan alt ernat if penyelesaian berdasar kan fakt or-

fakt or yang m em pengaruhi perm asalahan I nform asi dari seluruh

sum ber yang dibut uhkan

Pem ilihan penyelesaian at au solusi opt im al berdasarkan analisa

alt ernat if- alt er nat if Dat a Em piris Cont oh

Verifikasi dar i solusi at au penyelesaian opt im al m elalui

t ahapan im plem ent asi Dat a Em piris

Pem buat an kendali yang sesuai yang digunakan unt uk m endet eksi

per ubahan yang dipengaruhi oleh solusi

Pengem bangan m odel m aksim isasi dan

m inim isasi Per alat an st andar ( m et ode, t eknik, dan

m odel)

Pada gambar tahapan pendekatan berencana seperti di atas, terdapat enam tahapan utama dalam menyelesaikan serta membuat solusi dari sebuah permasalahan. Di mana, solusi yang diberikan oleh sebuah pendekatan berencana adalah solusi yang bersifat operasional. Ke enam tahapan tersebut di antaranya yaitu :

1. Tahapan Observasi

Pada tahap ini akan dilakukan terlebih dahulu pengenalan terhadap berbagai jenis bahan baku yang digunakan atau dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan ban. Setelah itu, dilakukan observasi terhadap permasalahan mengenai pengendalian persediaan, observasi yang dilakukan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. 2. Definisi permasalahan yang sebenarnya atau nyata

Definisi permasalahan yang sebenarnya merupakan interaksi yang efektif dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (nyata). Menentukan faktor-faktor peubah yang akan mempengaruhi sistem atau kebijakan, tujuan, sasaran, dan batasan terhadap penyelesaian masalah mengenai pengendalian persediaan bahan baku. Kemudian memformulasikan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan atau nyata terjadi.

3. Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan

Pada tahapan ini, analisa data yang didapatkan kemudian dikembangkan alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi.

4. Pemilihan penyelesaian atau solusi optimal berdasarkan analisa alternatif- alternatif

Solusi-solusi pemecahan masalah tersebut yang telah dijabarkan satu per satu kemudian dipilih menjadi suatu solusi masalah yang optimal. Pemilihan solusi tersebut melalui tahapan analisa yang menggunakan model simulasi sistem persediaan. Kemudian merancang percobaan simulasi dari model simulasi yang terpilih.

5. Verifikasi dari solusi atau penyelesaian optimal melalui tahapan implementasi

Pada tahap ini, dibentuk penyelesaian optimum melalui tahapan implementasi, di mana penyelesaian atau solusi tersebut diuji melalui tahapan implementasi, sehingga didapatkan peubah-peubah kritis dan analisa hasil yang didapatkan.

6. Pembuatan kendali yang tepat dan sesuai

Pada tahap terakhir, dibuat pengendalian yang tepat dan sesuai untuk mendekati perubahan yang mungkin terjadi dan dapat mempengaruhi model penyelesaian. Dalam tahapan ini ketepatan serta kesesuaian dari formulasi permasalahan akan lengkap dengan memberikan umpan balik terhadap observasi permasalahan pengendalian persediaan pada tahap awal.

Dokumen terkait