• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Kegiatan pembangunan peternakan, khususnya usaha peternakan sapi perah, telah memberi dampak positif dalam memperkuat mata rantai pembangunan masyarakat Indonesia. Sumberdaya manusia memiliki peranan penting dalam tingkat keberhasilan subsektor peternakan, manusia selalu dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas kerjanya demi kelangsungan perusahaan. Tiap perusahaan mempunyai SDM, manusialah yang mengelola perusahaan, mengerjakan tugas-tugas perusahaan dan manusia jugalah yang memberikan pengetahuan yang perusahaan gunakan untuk tumbuh dan berkembang.

Para karyawan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam kehidupan kerjanya tak terlepas dari berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi adalah suatu proses, karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Kemampuan karyawan dalam berkomunikasi memiliki karakteristik komunikasi yang berbeda-berbeda baik dari karakteristik individu, yang internal maupun eksternal.

Karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasikan informasi tersebut dan informasi apa yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti: umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama bekerja dan spesialisasi pekerjaan.

Pembentukan, perubahan sikap karyawan tentang pelaksanaan dan kinerja perusahaan peternakan sapi perah tidak hanya ditinjau dari karakteristik individu, melainkan dapat dilihat pula dari segi karakteristik eksternal karyawan itu sendiri. Dalam studi ini karakteristik eksternal yang indikator pengamatannya berupa: (a) komunikasi media massa, (b) interaksi sesama karyawan, (c) interaksi karyawan dengan atasan dan (d) pengakuan kerja. Kedua karakteristik ini diduga berhubungan dengan sikap karyawan, yang nantinya berdampak pada produktivitas perusahaan peternakan sapi perah RPJ.

Karakteristik karyawan yang berbeda berhubungan dengan persepsi karyawan perusahaan peternakan RPJ tentang pelaksanaan dan kinerja, yang selanjutnya memunculkan suatu bentuk, yaitu sikap. Dengan adanya suatu sikap dapat diketahui

perasaan, tanggapan dan penilaian karyawan yang bersifat positif, netral dan negatif dan memberikan arah untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya Adapun indikator sikap berupa: (a) sikap karyawan tehadap aspek tujuan perusahaan, (b) sikap karyawan terhadap aspek tanggungjawab dan (c) sikap karyawan terhadap aspek kegiatan perusahaan. Indikator sikap ini berhubungan nyata dengan peningkatan produktivitas perusahaan yang dalam studi tidak diamati.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada Gambar 1 kerangka berpikir hubungan antara peubah karakteristik individu (internal dan eksternal) dengan sikap karyawan perusahaan peternakan RPJ.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis-hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik internal berhubungan nyata dengan sikap karyawan perusahaan peternakan sapi perah Rian Puspita Jaya. .

2. Karakteristik eksternal berhubungan nyata dengan sikap karyawan perusahaan peternakan sapi perah Rian Puspita Jaya.

Peubah bebas Peubah terikat

keterangan : Peubah yang diteliti Peubah yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Karakteristik Individu dengan Sikap Karyawan Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Karakteristik Internal Karyawan (X)

X1 Umur

X2 Tingkat pendidikan X3 Tingkat pendapatan X4 Lama bekerja

X5 Spesialisasi pekerjaan

Karakteristik Eksternal Karyawan (X6) X6.1 komunikasi media massa X6.2 interaksi sesama karyawan X6.3 interaksi karyawan dengan atasan X6.4 pengakuan kerja

Sikap Karyawan (Y)

Y1.1 terhadap tujuan perusahaan Y1.2 terhadap tanggungjawab Y1.3 terhadap kegiatan perusahaan

Produktivitas perusaha

25 DEFINISI ISTILAH

Karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola bersikap dan pola bertindak terhadap lingkungan hidupnya, berupa karakteristik internal dan eksternal.

Karakteristik internal merupakan ciri dan sifat yang melekat pada diri karyawan. Karakteristik eksternal merupakan kondisi, situasi dan lingkungan yang menunjang karyawan dalam bekerja di perusahaan peternakan RPJ yang

Sumberdaya manusia adalah individu yang dapat mengelola, mengatur, mengurus suatu pekerjaan sehingga dapat berfungsi secara produktif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sikap karyawan adalah tanggapan secara verbal, baik positif maupun negatif, yang meliputi aspek afektif karyawan terhadap pelaksanaan dan kinerja perusahaan.

Usaha peternakan sapi perah adalah mengembangkan, memelihara dan memproduksi usaha beternak sapi perah dalam meningkatkan lapangan kerja, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan.

Perusahaan peternakan adalah peternakan sapi perah yang mempunyai izin usaha atau yang tidak memiliki izin usaha akan tetapi memiliki 10 ekor atau lebih.

26 TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Sapi Perah

Peternakan sapi perah sudah dimulai sejak abad ke-19, yaitu dengan adanya pengimporan sapi-sapi bangsa milking Shorthon dari Australia, Ayshire dan Jersey. Permulaan abad ke-20 pengimporan dilanjutkan kembali, dengan mengimpor sapi-sapi bangsa Fries Holland dari Belanda, sedangkan sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland yang memiliki kemampuan produksi susu yang jauh lebih tinggi (Sudono, 1999).

Ternak sapi perah merupakan andalan subsektor peternakan yang memiliki peluang prospektif dalam kegiatan agroindustri sebagai salah satu subsistem agribisnis. Pengembangan usaha ternak ini sangat berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjanjikan pendapatan tunai, sehingga dapat memotivasi peternak untuk berperan aktif dalam kegiatan agribisnis guna meningkatkan pendapatan keluarganya. Selain itu, juga untuk meningkatkan gizi peternak dan keluarga, serta secara makro memperbaiki gizi nasional, di samping dapat menghemat devisa dengan menekan impor susu (Mulyadi et al. dalam Kaliky, 2002).

Siregar (1999) mengatakan bahwa berdasarkan jumlah sapi perah yang dipelihara oleh peternak, peternakan sapi perah dapat terbagi dua, yaitu: (1) peternakan kecil atau peternakan rakyat (2) perusahaan peternakan. Peternakan kecil atau peternakan rakyat yang memelihara ternak sapi perah paling banyak sepuluh ekor dan pada umumnya tidak memiliki lahan khusus untuk penanaman hijauan pakan dan menggantungkan kebutuhan hijauan sapi perah pada rumput-rumput alam. Sedangkan peternakan besar, memelihara lebih dari sepuluh ekor dan pada umumnya sudah memiliki lahan untuk menanam hijauan pakan, meskipun kadang-kadang belum mencukupi dan masih tergantung rumput-rumput alam.

27 Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Selanjutnya sikap timbul tidak hanya dari pengalaman, tetapi merupakan hasil belajar oleh karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah (Rakhmat, 2004).

Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai suatu obyek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu (Robbins, 2001). Sikap terhadap obyek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dan berhubungan dengan perilaku. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama penilaian (Sears et al., 1985).

Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dalam pertumbuhan seseorang sehingga faktor pengalaman sangat berperan penting. Namun pengaruh dari luar (eksternal) belum cukup meyakinkan untuk dapat menimbulkan perubahan sikap. Faktor lain yang ikut menentukan adalah faktor pribadi orang itu sendiri (Gibson, 1984). Faktor-faktor yang menentukan dalam pembentukan sikap adalah kebutuhan individu. Sikap terbentuk dalam pemenuhan kebutuhan atau keinginan. Individu akan membentuk sikap positif terhadap obyek atau orang yang dapat memuaskan kebutuhannya. Sebaliknya, seseorang akan mengembangkan sikap negatif terhadap obyek atau orang yang menghalangi tujuan atau keinginannya, bahkan bersifat netral (Suranto, 1997).

Sementara itu menurut Gerungan (1986) pembentukan sikap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri, seperti: daya pilih, minat, perhatian menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, seperti: sifat atau isi pandangan baru, siapa yang mengemukakan, caranya dan situasi ketika hal baru tersebut dikemukakan.

28 Pengukuran Sikap

Menurut Sarwono (1997) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan tentang obyek sikap. Subyek atau responden diminta jawabannya dengan memberikan pilihan jawaban yang berupa pendapat atau pernyataan, persetujuan dengan suka atau setuju (sikap positif) dan tidak setuju, tidak suka (sikap negatif), maupun bersikap netral. McConnel dalam Suranto (1997) mengungkapkan bahwa sikap sulit diukur, karena sikap merupakan konsep yang abstrak dan bahkan dalam beberapa kasus sikap tidak dapat diukur dan dinilai, namun dalam beberapa kasus lain dapat dinilai. Misal, mengenai sikap yang berupa tingkah laku dapat diukur dengan menanyakan pendapat dan perasaan ke arah obyek yang dituju. Jadi sikap hanya bisa diukur dengan penyimpulan-penyimpulan yang dibuat responden secara terbuka, dalam hal ini melalui tindakan-tindakan serta pernyataan-pernyataan yang diungkapkan.

Karakteristik Individu

Salah satu pembentukan dan perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Reksowardoyo (1983) dan Widiyanti (1999) mengatakan bahwa karakteristik internal terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan sebagainya. Karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola bersikap dan pola bertindak terhadap lingkungan hidupnya, berupa karakteristik internal dan eksternal (Musriyanto dalam Ati, 1996). Klausmeier dan Goodwin (1966) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang mendapatkan suatu respons dan pelajaran sangat menentukan sikapnya terhadap pelajaran itu sendiri.

Lain halnya menurut Kotler dalam Ilyas dan Sudamika (2002), karakteristik individu dapat diklasifikasikan ke dalam demografik dan psikografik. Karakteristik demografik mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, kebangsaan dan tingkat sosial. Sedangkan karakteristik psikografik atau faktor eksternal mencakup gaya hidup dan kepribadian. Peubah faktor eksternal dalam penelitian ini mencakup komunikasi dengan media massa, interaksi sesama karyawan, interaksi karyawan dengan atasan dan pengakuan kerja dari perusahaan.

29 Selanjutnya Simamora (2002) mengatakan karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa saja yang sudah diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti pendidikan, umur, jenis kelamin dan kepribadian.

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama bekerja dan spesialisasi pekerjaan.

Organisasi

Organisasi didefinisikan sebagai suatu kumpulan atau sistem individu yang bersama-sama, melalui suatu hierarki pangkat dan pembagian kerja, berusaha mencapai tujuan tertentu (Tubbs and Moss, 2001). Muhammad (2004) mengemukakan bahwa suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya, kondisi ini timbul mungkin disebabkan oleh karena tugas terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang. Wright dalam Muhammad (2004) mempunyai pendapat yang lain mengenai organisasi yaitu suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama. Tubbs and Moss (2001) berpendapat bahwa organisasi dapat memberi hasil lebih banyak bila individu dimungkinkan melakukan spesialisasi melalui suatu pengantar pembagian kerja.

Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu (Parson dalam Amitai,1985). Selanjutnya Muhammad (2004) mendefinisikan organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain dan melahirkan fungsi. Bila satu bagian terganggu maka ikut berpengaruh pada bagian lain.

30 Manajemen Sumberdaya Manusia

Umar (1999) memberi definisi bahwa manajemen sumberdaya manusia merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada SDM, yang mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi manajerial, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian; (2) fungsi operasional, meliputi pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja; (3) fungsi kedudukan SDM dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.

Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara etis, strategis dan sosial (Rivai, 2004). Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.

Tujuan tidak akan tercapai tanpa peran aktif karyawan meskipun alat yang dimiliki canggih. Mengatur karyawan adalah sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan dan latar belakang yang berbeda yang dibawa ke dalam organisasi (Hasibuan, 2003).

Komunikasi Media Massa

Komunikasi telah mencapai tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Bersamaan dengan berkembangnya teknologi, memudahkan orang berkomunikasi melalui media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Rakhmat (2004) mengatakan bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Aspek komunikasi massa adalah bermedia (mediated), berbeda dengan komunikasi interpersonal, karena potensi yang diindera penerima lebih terbatas, penerima mempunyai sedikit kontrol atau tidak mempunyai kontrol atas sumber pesan, artinya umpan balik sangat terbatas atau tidak diketahui, hanya dibayangkan.

Purnaningsih (1999) mengatakan bahwa media massa sebagai sumber informasi dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu: (1) media massa cetak, meliputi surat kabar, majalah pertanian, brosur, leaflet dan folder serta (2) media massa

31 elektronik, meliputi radio, televisi dan film. Media massa dapat mempengaruhi karakteristik individu, menambah pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku khalayak bahkan membentuk, mengarahkan sikap khalayak.

Adapun pemilihan informasi tertentu dalam komunikasi media massa dikarenakan semua orang mempunyai selective exposure yaitu kecenderungan seseorang yang hanya mau mendedahkan dirinya dan memilih hal-hal tertentu saja. Di samping itu seseorang mempunyai selective perception yaitu suatu kecenderungan untuk memilih informasi sesuai dengan yang diinginkan serta selective responce yaitu kecenderungan mengerjakan sesuatu berdasarkan kemauan yang tidak diketahui asal usulnya. Hal ini dapat dimengerti karena seseorang dalam berkemauan sangat bergantung oleh berbagai situasi dan kondisi yang ada (Lionberger dan Gwin, 1982).

Interaksi Organisasi

Goldhaber (1990) memberikan definisi interaksi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung, saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah. Tubbs dan Moss (2001) memberikan definisi yang lebih ringkas, yakni komunikasi insani yang terjadi dalam konteks karena manusialah yang berkomunikasi, bukan organisasi.

Pace dan Faules (2002) mengatakan bahwa interaksi (komunikasi) organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan atau penafsiran pesan antara unit komunikasi yang merupakan bagian di suatu organisasi tertentu. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi organisasi mengandung beberapa unsur, yakni (1) adanya komunikator (pengirim), (2) adanya komunikan (penerima), (3) adanya pesan, (4) adanya unit-unit penerima dan (5) adanya organisasi tertentu. Zelko dan dance dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari atasan kepada bawahan, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya. Komunikasi dalam suatu organisasi

32 menjalankan empat fungsi utama yaitu: kendali (kontrol, pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional dan informasi (Robbins, 1996).

Pola Komunikasi Organisasi

Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan ke dalam saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi nonformal (Purwanto, 2003).

1. Saluran Komunikasi Formal

Saluran komunikasi formal adalah cara komunikasi yang didukung dan mungkin dikendalikan manajer. Komunikasi formal sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi dan pola wewenang dalam suatu perusahaan. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, komunikasi formal dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horisontal dan komunikasi diagonal.

a. Komunikasi dari atas ke bawah

Komunikasi dari atas ke bawah di mulai dari manajemen pucak dan terus mengalir melewati tingkat manajemen ke karyawan lini dan pekerja biasa. Komunikasi dari atas ke bawah berbentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara penyelia dengan karyawan atau dapat juga dalam bentuk pertemuan kelompok. Di samping itu, komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk tulisan seperti memo, manual pelatihan, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan maupun buletin.

Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003) tujuan pokok dari komunikasi dari atas ke bawah adalah :

(1) Untuk memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu.

(2) Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. (3) Untuk memberikan informasi tentang prosedur dan praktek organisasional. (4) Untuk memberikan umpan baik pelaksanaan kerja kepada para karyawan. (5) Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

33 b. Komunikasi dari bawah ke atas

Komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan bahwa arus informasi mengalir dari bawahan menuju atasan. Komunikasi dari bawah ke atas merupakan proses penyampaian gagasan, ide atau saran dan pandangan bawahan kepada atasan. Hal-hal yang terjadi dari komunikasi dari bawah ke atas ialah:

(1) Menyampaikan pekerjaan, performans dan permasalahan-permasalahan. (2) Menyampaikan permasalahan-permasalahan pegawai.

(3) Menyampaikan praktek-praktek kebijakan organisasi.

(4) Menyampaikan tugas-tugas yang dikerjakan, cara mengerjakannya. c. Komunikasi horisontal

Komunikasi horisontal dapat terjadi antara pejabat atau karyawan yang sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horisontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki hubungan sejajar. Kemudian tipe ini menjadi penting ketika masing-masing departemen atau bagian dalam suatu organisasi memiliki tingkat ketergantungan yang cukup besar.

d. Komunikasi diagonal

Komunikasi diagonal melibatkan dua tingkat organisasi yang berbeda. Contohnya adalah manajer produksi dengan bagian promosi atau antara manajer pemasaran dengan bagian akuntansi.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah: (1) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat daripada bentuk komunikasi

tradisional.

(2) Membantu individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Di samping memiliki kebaikan atau keuntungan, komunikasi diagonal juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi tipe ini dapat menggangu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal.

2. Saluran Komunikasi Nonformal

Komunikasi dalam organisasi tidak pernah mengalami kekosongan (vacum). Setiap informasi selalu dikomunikasikan dan jika saluran formal tidak bisa

34 digunakan maka informasi disampaikan melalui saluran informal. Dalam melakukan komunikasi, terkadang hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, komunikasi yang dilakukan tidak efektif. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan. Lesikar dalam Stoner (1996) menguraikan empat faktor yang mempengaruhi keefektivan komunikasi organisasi, yaitu:

a. Saluran Komunikasi Formal

Saluran komunikasi formal mempengaruhi keefektivan komunikasi dalam hal. Pertama, saluran formal mencakup jarak yang selalu bertambah panjang dengan perkembangan dan pertumbuhan organisasi. Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghambat arus bebas informasi antar tingkat dalamPembatasan yang dapat diterima dalam saluran komunikasi ini keuntungan seperti menjaga manajer tingkat tinggi jangan sampai mendapat informasi terlalu banyak dan juga kerugian seperti terkadang membuat manajer tingkat tinggi tidak mendapat informasi yang seharusnya ia ketahui.

b. Struktur Wewenang

Struktur wewenang mempunyai pengaruh serupa pada efektivitas komunikasi. Perbedaan status dan kekuasaan dalam organisasi membantu menentukan siapa yang berkomunikasi dengan nyaman kepada seseorang. Isi dan akurasi komunikasi juga akan dipengaruhi oleh perbedaan wewenang. Misalnya, biasanya percakapan antara seorang direktur perusahaan dan karyawan administrasi dicirikan oleh formalitas.

c. Spesialisasi Pekerjaan

Spesialisasi pekerjaan biasanya mempermudah komunikasi dalam kelompok berbeda-beda. Anggota kelompok kerja yang sama biasanya mempunyai istilah, pandangan mengenai waktu, sasaran, tugas dan gaya pribadi yang sama antar kelompok yang berbeda jauh, yang umumnya akan terhambat.

d. Kepemilikan Informasi

Hal ini berarti bahwa individu mempunyai informasi yang unik dan pengetahuan mengenai pekerjaan mereka. Informasi seperti ini adalah semacam kekuasaan bagi individu yang dimilikinya dan biasanya karyawan enggan untuk membagi informasinya dengan orang lain.

35 Pengakuan kerja

Rivai (2004) mengungkapkan bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan keterampilan yang dimiliki serta bagaimana rencana karyawan tersebut pada masa mendatang. Salah satu harapan karyawan adalah pengakuan kerja dari perusahaan, pengakuan kerja merupakan kebutuhan karyawan untuk dilihat dan dihargai keberadaan atau eksistensinya oleh atasan maupun masyarakat.

Karyawan sebagai SDM dalam perusahaan juga membutuhkan penghargaan berupa pengakuan kerja dari atasannya yang di antaranya memberikan pujian, gaji, upah dan kesejahteraan sosial jika melakukan pekerjaan dengan baik. Karyawan yang bekerja di perusahaan juga membutuhkan perhatian dari atasannya untuk diakui keanggotaannya dalam perusahaan tersebut dengan memperhatikan ide, usul, saran dan kritik demi kemajuan perusahaannya.

36 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di perusahaan peternakan Rian Puspita Jaya, Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan perusahaan peternakan RPJ ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis peternakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 24 Desember 2007.

Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan RPJ dengan jumlah keseluruhan 21 orang, desain penentuan responden dilakukan dengan metode sensus,

Dokumen terkait