• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori struktural fungsional memandang bahwa peran gender berkontribusi dalam keberfungsian suatu keluarga dimana perempuan memiliki peran utama

expressive yakni memanajemen tugas, menyediakan perawatan fisik dan mental serta pemelihara seluruh anggota keluarga, sedangkan laki-laki memiliki peran utama instrumental yang maksudnya adalah menjadi pencari nafkah utama dan pembuat keputusan utama di dalam keluarga. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa keluarga bercerai beresiko untuk mengalami gangguan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam keluarga, baik dalam proses pengasuhan yang dilakukan keluarga maupun dampaknya terhadap anak.

Seperti yang tergambar pada Gambar 1, penelitian ini membangun hipotesis bahwa karakteristik ibu (usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak, lama perceraian, jumlah perceraian, pendapatan) dan karakteristik anak (usia, jenis kelamin, dan urutan lahir) berhubungan dengan gaya pengasuhan yang diterapkan oleh ibu pada keluarga bercerai. Dukungan sosial yang diterima ibu dari orang spesial, keluarga, teman, dan mantan suami juga dapat berhubungan dengan gaya pengasuhan ibu pascaperceraian.

Penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara karakteristik ibu dan anak dan gaya pengasuhan orang tua dengan dampak negatif perceraian pada anak usia 7-15 tahun dari keluarga bercerai. Ali (2011) menyatakan bahwa gaya pengasuhan penerimaan orang tua penerimaan guru di sekolah secara signifikan memberikan sumbangan terhadap penyesuaian psikologis anak. Hipotesis lainnya ingin melihat bahwa dukungan sosial yang diterima anak dari orang tua, teman sekelas, guru, dan sahabat juga berhubungan dengan dampak negatif perceraian pada anak usia 7-15 tahun dari keluarga bercerai.

Pengasuhan kedua orang tua serta dukungan sosial berhubungan dengan penyesuaian diri anak pascaperceraian. Penyesuaian anak terhadap dampak negatif perceraian akan memberikan hasil yang berbeda jika terdapat gaya pengasuhan orang tua dan dukungan sosial yang berbeda yang dirasakan atau diterima anak. Secara skematis kerangka pemikiran dijelaskan pada Gambar 1.

9 Gaya pengasuhan 1. Acceptance 2. Hostility 3. Neglected 4. Rejection

Dampak negatif perceraian pada anak usia 7-15 tahun Karakteristik Anak 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Uritan lahir Karakteristik Ibu 1. Usia 2. Pendidikan

3. Jumlah tanggungan keluarga 4. Jumlah anak

5. Lama perceraian 6. Jumlah perceraian 7. Pendapatan

Dukungan sosial yang di terima ibu − Orang spesial

− Keluarga − Teman

− Mantan Suami

Dukungan sosial yang di terima Anak − Orang tua

− Teman sekelas − Guru

− Sahabat

10

METODE

Desain Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang menganalisis beragam variabel pada keluarga bercerai yang menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di dua lokasi yakni Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet dan Desa Sindanglaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Penetapan lokasi tersebut dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan kekhasan lokasi sebagai wilayah pertanian dan perdesaan yang masih dominan dan juga rekomendasi dari Pengadilan Agama Cianjur. Pengambilan data dimulai dari juni sampai juli 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Contoh dalam penelitian ini berjumlah 60 keluarga yakni anak dengan orang tua tunggal yang telah bercerai minimal satu tahun, tidak menikah lagi (remarried) dan berusia 7-15 tahun. Teknik pengambilan contoh menggunakan

nonprobability sampling dengan cara convinience yakni pengambilan contoh berdasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan mendapatkannya. Data contoh diperoleh dari tujuh belas Rukun tetangga (RT) di Desa Sindanglaya dan Sukanagalih dengan pertimbangan kedua desa tersebut merupakan desa dengan anggota PEKKA terbanyak. Setelah data diperoleh dari setiap RT, kemudian contoh dipilih sesuai dengan kriteria dan melakukan wawancara. Selain itu, peneliti melakukan indepth-interview kepada responden yang memiliki waktu dan bersedia untuk menceritakan kehidupan keluarganya sebelum dan sesudah perceraian baik mengenai pengasuhan ibu, dukungan yang diterima, keadaan psikolososial, ekonomi dan fisik anak pascaperceraian. Berikut ini disajikan pada Gambar 2 teknik pengambilan contoh yang digunakan.

Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh n = 60

Desa Sukanagalih Desa Sindang laya Purposive

Kabupaten Cianjur

Kecamatan Pacet Kecamatan Purposive

Purposive SD = 18 SMP = 12 SD = 14 SMP = 16 Nonprobability teknik convinience

11

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil meliputi karakteristik ibu (usia, pendidikan terakhir, jumlah anak, jumlah tanggungan keluarga, lama perceraian, jumlah perceraian, pendapatan), karakreristik anak (usia, jenis kelamin, dan urutan lahir), gaya pengasuhan, dukungan sosial yang dirasakan ibu dan anak, dan dampak negatif perceraian. Data primer diambil dengan metode wawancara dan indepth interviews. Sedangkan data sekunder meliputi data besarnya angka perceraian Kabupaten Cianjur (dijelaskan pada Lampiran 1).

Instrumen gaya pengasuhan diadaptasi dari Rohner (1986) dan dimodifikasi peneliti yang berjumlah 60 pernyataan yang diberikan kepada anak dan terbagi menjadi Acceptance (20 pernyataan), hostility (15 pernyataan), neglected (15 pernyataan), dan Rejection (10 pernyataan). Instrumen gaya pengasuhan memiliki nilai Cronbach’s alpha 0.77. Dukungan sosial yang dirasakan ibu diukur dengan menggunakan instrument Multidimensional Scale of Perceived Social Support

(MSPSS) (Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan yang terdiri dari masing-masing 4 pernyataan orang spesial, keluarga dan teman. Instrumen yang digunakan memiliki nilai Cronbach’s alpha 0.77. Sementara itu, dukungan sosial yang dirasakan anak diukur dengan menggunakan instrument Social Support scale for Children: Manual and Questionnaires dari Harter (1985) yang terdiri dari 23 pernyataan yang terdiri dari masing-masing 6 pernyataan orang tua, teman sekelas, dan sahabat, dan 5 pernyataan guru dengan nilai Cronbach’s alpha 0.63.

Dampak negatif perceraian terhadap anak menggunakan instrumen Puspitawati (2012) yang terdiri dari 29 pernyataan (15 pernyataan psikologis dan 12 pernyataan sosial) dengan penambahan 9 pernyataan ekonomi dan 7 pernyataan fisik. Instrumen yang digunakan memiliki nilai Cronbach’s alpha

0.59.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scorring, entrying, cleaning, recoding serta analyzing menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Data pengasuhan dinilai sebelum dan sesudah perceraian dengan skala 1=jarang, 2=kadang-kadang, dan 3=sering yang kemudian dikelompokkan kedalam tiga kategori; rendah, sedang, dan tinggi dengan menggunakan metode interval kelas yang dinilai dengan semakin tinggi persentase suatu dimensi gaya pengasuhan kategori tertentu, maka semakin menerapkan pengasuhan pada kategori tersebut.

Data dukungan sosial yaitu jawaban dari masing-masing peryataan dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah skor maksimal pada masing-masing dimensi, kemudian dipersentasekan dan diketegorikan menjadi tiga yakni rendah, sedang, dan tinggi dengan rumus interval kelas yang dinilai dengan semakin tinggi persentase dukungan sosial kategori tertentu, maka semakin besar responden merasakan dukungan sosial pada kategori tersebut.

12

Data dampak negatif perceraian terhadap anak diolah seperti halnya dukungan sosial. Skor yang diperoleh kemudian diketegorikan menjadi tiga kategori dengan rumus interval kelas yang dinilai dengan semakin tinggi persentase suatu dimensi dalam kategori tertentu, maka semakin banyak anak yang merasakan dampak pada kategori tersebut (dijelaskan pada Lampiran 2). Penentuan persentase pada tiap dimensi variabel diukur menggunakan rumus skor indeks.

Keterangan:

Skor Aktual = Skor yang diperoleh dalam hasil penelitian Min = Minimum

Maks = Maksimum

Penentuan kategori diukur dengan menggunakan rumus interval kelas.

Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut: 1. Rendah(Kurang) : NR sampai (NR+A)

2. Sedang (Cukup) : ((NR+A)+0.01) sampai ((NR+A)+A+0.01) 3. Tinggi(Baik) : ((NR+A)+A+0.02) sampai NT

Analisis data

Analisis deskriptif yang digunakan antara lain: nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi sedangkan analisis inferensia yang digunakan, yaitu uji BedaPaired Samples Test dan korelasi Rank Spearman.

Pengolahan dan analisis tersebut berdasarkan tujuan penelitian, seperti: 1. Uji Beda independent sample t-test. Digunakan untuk melihat perbedaan

antara dukungan sosial ibu dan anak, gaya pengasuhan, dan dampak negatif perceraian pada anak usia SD dan SMP.

2. Uji Beda Paired Samples Test. Digunakan untuk melihat perbedaan antara gaya pengasuhan sebelum dan sesudah perceraian serta melihat perbedaan dampak negatif perceraian pada anak di enam bulan pertama perceraian dengan kondisi saat ini.

3. Uji Korelasi Rank Spearman. Digunakan untuk melihat hubungan antar dua variabel, seperti karakteristik ibu, dukungan sosial ibu dengan gaya pengasuhan sesudah perceraian serta karakteristik ibu dan anak, dukungan sosial anak, dan gaya pengasuhan dengan dampak negatif perceraian pada anak di enam bulan pertama perceraian dan kondisi saat ini.

Definisi Operasional

Keluarga bercerai adalah keluarga yang mengalami perceraian hidup minimal

13

Lama perceraian adalah lamanya waktu perpisahan ayah dan ibu terhitung dari

keputusan perceraian hingga penelitian dilakukan

Jumlah perceraian adalah banyaknya perceraian yang dialami oleh ibu hingga

penelitian dilakukan

Dukungan sosial yang diterima ibu adalah dukungan yang dirasakan ibu yang

berasal dari orang spesial, keluarga besar, dan teman.

Dukungan sosial yang diterima anak adalah dukungan yang dirasakan anak

yang berasal dari orang tua, teman sekelas, guru, dan sahabat

Gaya pengasuhan adalah perilaku ibu baik fisik maupun verbal yang

mencerminkan sikap penerimaan dan penolakan ibu pada anak

Pengasuhan affection adalah orang tua memberikan kasih sayang baik secara

fisik maupun verbal

Pengasuhan hostility adalah orang tua yang selalu kasar dan agresif baik secara

fisik maupun verbal

Pengasuhan neglected adalah orang tua tidak perhatian terhadap kebutuhan

psikologis anak

Pengasuhan rejection adalah perbuatan dan perkataan orang tua yang membuat

anak merasa tidak dicintai dan dihargai

Dampak negatif perceraian adalah kondisi psikologi, sosial, ekonomi, dan fisik

yang buruk sebagai akibat dari perceraian.

Psikologis adalah kondisi psikologis atau perasaan anak yang buruk akibat

perceraian

Sosial adalah ketidakmampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain atau

masyarakat akibat perceraian

Ekonomi adalah tidak terpenuhinya kebutuhan anak sehari-hari akibat perceraian

Fisik adalah kondisi badan anak yang memburuk akibat perceraian

HASIL

Karakteristik Anak dan Ibu Keluarga Orangtua Tunggal

Sebaran usia anak pada keluarga responden menunjukkan lebih dari setengah (53.3%) anak berusia SD dan usia SMP sebesar 46.7 persen dengan rata-rata usia 11.27 tahun. Sebesar 55 persen anak responden adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Dua dari lima (46.3%) contoh merupakan anak bungsu dan besar uang saku perharinya kecil dari Rp 6 000 dengan rata-rata Rp 3 519.04 perhari.

Karakteristik ibu menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu (58.3%) berada pada usia dewasa awal dengan rata-rata 38.72 tahun. Tiga dari lima (60%) ibu orang tua tunggal menempuh pendidikan hingga tahapan Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata lama pendidikan 7 tahun dan hanya sebesar 3.3 persen ibu dengan pendidikan perguruan tinggi. Apabila ditinjau dari sisi pekerjaan, satu dari tiga (33.3%) ibu bekerja sebagai buruh dan sekitar satu dari lima (21.7 %) adalah pedagang. Rata-rata pendapatan ibu sebesar Rp 762 236.12 per bulan dan rata-rata uang yang diterima dari mantan suami sebesar Rp 128 605.55 per bulan.

Lama perceraian yang dialami oleh ibu responden menunjukkan bahwa lebih dari setengah (61.7%) berada pada kategori kurang dari 6 tahun dan hanya 6.7 persen yang telah bercerai lebih dari 12 tahun dan tetap menjadi orang tua tunggal. Rata-rata jumlah perceraian ibu responden sebanyak 2 kali dan terdapat 7

14

ibu yang telah bercerai sebanyak 3 kali. Rata-rata jumlah tanggungan ibu yang menjadi orangtua tunggal saat ini 4 orang, sedangkan jumlah anak dari keluarga orang tua tunggal rata-rata sebanyak 3 orang. Kehadiran nenek, kakak ipar atau keluarga lain di luar keluarga inti yang hidup bersama dalam satu rumah membuat jumlah tanggungan ibu lebih besar dari jumlah anak.

Tabel 1 Nilai minimal, maksimal, rata-rata, dan SD karakteristik anak dan ibu keluarga orang tua tunggal

Variabel Keluarga orang tua tunggal

Min Max Rata-rata±SD

Karakteristik anak

Usia (thn) 7 15 11.270±2.335

Urutan lahir 1 7 2.550±1.578

Besar uang saku (Rp/hari) 1 000 15 000 3 519.040±2.327

Karakteristik ibu

Usia (thn) 24 54 38.720±7.726

Lama pendidikan (thn) 0 16 6.420±3.876

Pendapatan ibu (Rp/bln) 0 6 000 000 762 236.120±975 264.559

Uang dari mantan suami (Rp/bln) 0 2 250 000 128 605.550±400 309.629

Lama perceraian (thn) 1 14 5.670±3.952

Jumlah Perceraian (kali) 1 4 1.530±0.833

Jumlah Tanggungan Keluarga (org) 0 8 3.380±1.896

Jumlah Anak (org) 1 7 3.030±1.507

Dukungan Sosial Ibu

Dukungan sosial yang diterima ibu berasal dari orang spesial, keluarga, dan sahabat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56.30 persen ibu dengan anak usia SD memperoleh dukungan yang tinggi dari keluarga dengan nilai rata-rata sebesar 80.21, sedangkan 81.30 persen ibu merasakan dukungan yang rendah dari orang spesial dan 59.4 persennya merasakan hal yang sama dari sahabat. Sementara untuk ibu dengan anak usia SMP lebih dari setengah (78.60%) merasakan dukungan yang tinggi dari sahabat, 42.90 persen ibu merasakan dukungan yang sedang dari keluarga dan 75.50 persennya merasakan dukungan yang rendah dari orang spesial. Hasil lain menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dukungan sosial yang diterima ibu dengan anak usia SD dan SMP pada keluarga bercerai (dijelaskan pada Lampiran 3 ).

Tabel 2 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien perbedaan dukungan sosial ibu

Dukungan SD (n=32) SMP (n=28) Sig. 2-tailed

Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Orang spesial 41.670±16.800 44.940±17.170 .460

Keluarga 80.210±17.680 70.240±21.690 .058

Sahabat 52.600±15.030 49.700±15.130 .460

Total 58.159±10.652 54.960±8.430 .200

Ket : SD : Usia 7-11 tahun, SMP: Usia 12-15 tahun

Dukungan Sosial Anak

Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima anak dari orang tua, teman sekelas, guru, dan sahabat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84.4

15 persen anak usia SD merasakan dukungan yang tinggi dari orangtua dan 68.8 persennya merasakan dukungan yang tinggi dari guru. Setengah (50%) anak merasakan dukungan yang sedang dari teman sekelas dan 59.40 persennya merasakan hal yang sama dari sahabat mereka. Sementara untuk anak usia SMP, tujuh dari sepuluhnya merasakan dukungan yang tinggi dari orangtua (78.60%) dan guru. Setengah (50.00%) anak merasakan dukungan yang sedang dari teman sekelas dan 42.90 persennya merasakan hal yang sama dari sahabat. Hasil ini menunjukkan bahwa orang tua dan guru lebih mengerti dan memahami kondisi anak pascaperceraian sehingga mereka cenderung memberikan dukungan yang lebih besar kepada anak dibandingkan teman atau sahabat. Namun dalam hal ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang singnifikan antara dukungan sosial yang diterima anak usia SD dan SMP (dijelaskan pada Lampiran 4).

Tabel 3 Nilai rata-rata, standar deviasi dan koefisien perbedaan dukungan sosial anak

Dukungan SD (n=32) SMP (n=28) Sig. 2-tailed

Rata-rata±SD Rata-rata±SD Orangtua 85.160±16.630 82.440±16.250 .526 Teman 61.980±23.750 70.530±19.170 .128 Guru 75.940±21.830 75.710±20.800 .968 Sahabat 64.320±23.780 66.960±27.820 .696 Total 71.848±10.487 73.913±11.231 .467 Gaya Pengasuhan

Gaya pengasuhan dimensi kehangatan terbagi menjadi dua kategori yakni gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya pengasuhan penolakan (rejection) (Rohner 1986). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima dari sepuluh (50.00%) anak usia SD mempersepsikan gaya pengasuhan affection pada kategori sedang sebelum perceraian dan 59.40 persennya mempersepsikan pengasuhan affection kategori tinggi setelah perceraian. Sementara untuk anak usia SMP, lebih dari setengahnya mempersepsikan gaya pengasuhan affection kategori tinggi baik sebelum (57.10%) maupun sesudah bercerai (64.30%). Lebih dari setengah anak usia SD mempersepsikan pengasuhan penolakan dimensi hostility pada kategori rendah sebelum (84.40%) dan sesudah perceraian (53.10%), sama halnya dengan anak usia SMP yang lebih dari separuhnya mempersepsikan pengasuhan penolakan dimensi hostility sebelum (71.40%) dan sesudah perceraian (67.90%).

Lebih dari separuh (71.90%) anak usia SD mempersepsikan gaya pengasuhan penolakan dimensi neglected dalam kategori rendah sebelum perceraian, namun separuh anak (50%) mempersepsikan pengasuhan yang sama pada proporsi rendah dan sedang. Sementara untuk anak SMP, lebih dari setengahnya (53.60%) mempersepsikan pengasuhan neglected pada kategori rendah sebelum perceraian dan dengan proporsi yang sama mempersepsikan pengasuhan neglected dalam kategori sedang setelah perceraian. Lebh dari setengah anak usia SD maupun SMP mempersepsikan pengasuhan rejection

dalam kategori rendah baik sebelum maupun sesudah bercerai meskipun dengan proporsi yang berbeda (dijelaskan pada Lampiran 5).

Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pengasuhan anak usia SD dan SMP sebelum dan sesudah

16

perceraian. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada persepsi pengasuhan penolakan di ketiga dimensi sebelum dan sesudah perceraian. Artinya anak merasakan bahwa penolakan orang tua lebih besar setelah terjadinya perceraian meskipun dalam hal ini orang tua cenderung masih menerapkan pengasuhan affection dalam kategori tinggi (dijelaskan pada Lampiran 6). Kehidupan keluarga yang penuh tekanan dan permasalahan setelah terjadinya perceraian dapat meningkatkan stress pada ibu yang menyebabkan penerapan pengasuhan yang kurang baik setelah perceraian. Bigner (1988) menyatakan bahwa ibu tunggal lebih cenderung menjadi tidak aman secara ekonomi sebagai akibat dari kapasitas penghasilan yang rendah, kurang mendukung anak, dan memiliki gaya pengasuhan yang lebih menghukum dan otoriter.

Tabel 4 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien perbedaan gaya pengasuhan anak usia SD dan SMP serta kondisi sebelum dan sesudah perceraian Pengasuhan Rata-rata skor sebelum Sig. 2-tailed Rata-rata skor sesudah Sig. 2-tailed Rata-rata skor pengasuhan Sig. 2-tailed SD SMP SD SMP Sebelum Sesudah Affection 65.46± 14.83 67.41± 15.83 0.627 67.42± 16.98 70.62± 14.72 0.437 66.37± 15.20 68.91± 15.92 0.107 Hostility 21.46± 16.04 26.67± 18.30 0.249 35.72± 18.06 32.14± 13.67 0.386 23.89± 17.18 34.05± 16.13 0.000 ** Neglect 30.21± 15.69 29.89± 13.68 0.931 35.62± 14.94 34.28± 13.78 0.719 30.05± 14.60 35.00± 14.30 0.007 ** Reject 20.15± 18.29 21.61± 10.36 0.703 35.62± 14.94 31.25± 12.06 0.665 20.83± 15.02 32.17± 15.55 0.000 ** Total 23.94± 12.96 26.05± 9.82 0.477 34.77± 13.57 32.55± 9.54 0.464 24.92±1 1.56 33.74±1 1.81 0.000 **

Ket : **) uji beda paired test signifikan pada p<0.01

Dampak Negatif Perceraian terhadap Anak

Dampak negatif perceraian terhadap anak dalam penelitian ini berupa psikologi, sosial, ekonomi, dan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dampak perceraian pada anak usia SD dan SMP. Anak usia SD (62.50%) maupun SMP (78.60%) merasakan dampak psikologis yang sedang di enam bulan pertama perceraian, sedangkan setengah anak usia SD dan 57.10 persen anak usia SMP merasakan dampak psikologis yang sama untuk kondisi saat ini. Sementara itu, lebih dari setengah anak usia SD merasakan dampak sosial yang rendah di enam bulan pertama perceraian (53.10%) dan 56.30 merasakan dampak yang sedang pada kondisi saat ini. Anak usia SMP (50.00%) merasakan dampak dengan proporsi yang sama pada kategori rendah dan sedang di enam bulan pertama perceraian, sedangkan untuk kondisi saat ini 60.70 persen anak merasakan dampak sosial yang rendah. Setengah (50.00%) anak usia SD merasakan dampak ekonomi yang rendah di enam bulan pertama dan 53.10 persen merasakan dampak ekonomi yang sedang untuk saat ini. Sementara untuk anak usia SMP, lebih dari setengah (67.90%) anak merasakan dampak ekonomi yang rendah di enam bulan pertama dan proporsi yang sama 46.40 persennya merasakan dampak ekonomi saat ini dalam kategori rendah sedang. Dampak fisik yang dirasakan anak usia SD dan SMP berada pada kategori

17 rendah, baik di enam bulan pertama perceraian maupun kondisi saat ini meskipun dalam proporsi yang berbeda (dijelaskan pada Lampiran 7).

Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi psikososial anak usia SD dan SMP. Perbedaan yang signifikan terdapat pada dampak perceraian dimensi psikologis dan ekonomi di enam bulan pertama perceraian dan kondisi saat ini (Sig 2-tailed <0.05) dimana dampak negatif perceraian dimensi psikologis dan ekonomi yang dirasakan anak menurun dari enam bulan pertama perceraian hingga saat ini (dijelaskan pada Lampiran 8). Dukungan yang dirasakan anak membuatnya merasa dicintai, dihargai, dan diterima oleh orang lain sehingga memampukan anak untuk dapat beradaptasi dengan kondisi kehidupan pascaperceraian. Murberg dan Bru (2004) mengatakan bahwa dukungan sosial yang tinggi dari keluarga mampu menjadi penyangga penting terhadap peristiwa kehidupan yang penuh stress.

Tabel 5 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien perbedaan dampak perceraian anak usia SD dan SMP serta dampak negatif di enam bulan pertama perceraian dan saat ini

Dampak

Rata-rata skor enam bulan bercerai Sig.

2-tailed

Rata-rata skor

saat ini Sig. 2-tailed

Rata-rata skor

dampak Sig. 2-tailed

SD SMP SD SMP Enam

bulan Saat ini

Psiko 49.27± 17.38 45.48± 15.05 0.369 41.35± 15.99 36.67± 13.73 0.227 47.50± 16.31 39.16± 15.04 0.000 ** Sosial 32.09± 14.47 34.34± 11.07 0.499 34.97± 14.27 31.32± 9.86 0.249 33.14± 12.94 33.26± 12.44 0.943 Eko 32.09± 14.47 31.15± 19.79 0.374 36.11± 19.75 40.28± 23.69 0.466 33.61± 19.87 38.05± 21.59 0.000 ** Fisik 34.09± 30.45 30.52± 26.20 0.627 30.73± 23.52 31.25± 24.59 0.934 32.42± 28.37 30.97± 23.82 0.630 Total 37.80± 13.66 35.37± 13.11 0.485 35.79± 11.36 34.87± 13.60 0.780 36.66± 13.35 35.36± 12.36 0.325

Ket : **) uji beda paired test signifikan pada p<0.01

Hubungan antara Karakteristik Ibu, Karakteristik Anak, Dukungan Sosial Ibu dengan Gaya Pengasuhan Sesudah Perceraian

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa usia ibu berhubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan penerimaan setelah perceraian (p<0.05). Artinya bahwa semakin matang usia ibu maka semakin anak mempersepsikan gaya pengasuhan penerimaan setelah bercerai. Urutan lahir anak berhubungan positif signifikan dengan pengasuhan penerimaan dan negatif signifikan dengan pengasuhan penolakan setelah perceraain (p<0.05). Artinya anak bungsu cenderung mempersepsikan pengasuhan penerimaan sesudah perceraian. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima ibu dari teman berhubungan positif signifikan dengan pengasuhan penolakan sesudah perceraian (p<0.05). Artinya, semakin ibu di dukung oleh temannya maka semakin anak mempersepsikan pengasuhan penolakan sesudah perceraian (dijelaskan pada Lampiran 9)

18

Tabel 6 Koefisien korelasi karakteristik ibu, karakteristik anak, dukungan sosial ibu dengan skor gaya pengasuhan sesudah perceraian

Variabel Gaya pengasuhan sesudah perceraian

Penerimaan Penolakan

Karakteristik ibu

Usia (thn) .286* -.150

Lama pendidikan (thn) -.026 .011

Jmlh tanggungan keluarga (org) -.102 -.096

Jumlah anak (org) .210 -.247

Lama perceraian (thn) .250 -.118

Jumlah perceraian (kali) .048 .099

Pendapatan ibu (rp/bln) -.169 .154

Karakteristik anak

Usia (thn) -.080 -.081

Urutan lahir .313* -.293*

Dukungan sosial ibu

Orang spesial .094 .145

Keluarga .163 -.064

Teman -.225 .306*

Mantan suami (rp/bln) -.054 -.004

Ket : Penolakan :hostility, neglected, dan rejection

**) uji korelasi pearson signifikan pada p<0.01 *) uji korelasi pearson signifikan pada p<0.05

Hubungan antara Sebaran Koefisien Korelasi Karakteristik Anak, Dukungan Sosial Anak, Gaya Pengasuhan dengan Dampak Negatif Perceraian pada Anak di Enam Bulan Pertama Perceraian dan Saat Ini

Hasil uji hubungan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu berhubungan negatif signifikan dengan dampak perceraian dimensi ekonomi saat ini (p<0.05). Artinya tingginya pendidikan ibu akan mampu menurunkan dampak dimensi ekonomi yang dirasakan anak saat ini. Sementara itu, jumlah perceraian berhubungan positif signifikan dengan dampak perceraian dimensi ekonomi dan fisik di enam bulan pertama dan dampak dimensi fisik saat ini yang artinya semakin sering ibu mengalami perceraian maka semakin anak merasakan dampak perceraian dimensi ekonomi dan fisik yang tinggi setelah perceraian. Hasil lain menemukan bahwa pendapatan berhubungan negatif signifikan dengan dampak perceraian dimensi psikologis di enam bulan pertama (p<0.05). Artinya bahwa

Dokumen terkait