• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Berkembangnya pembicaraan tentang partisipasi dalam pembangunan masyarakat desa, menempatkan partisipasi penting untuk terus dikaji dan diteliti. Sejak berkembangnya pembangunan masyarakat desa yang dimulai dari Pelita 1 di zaman orde baru, membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat desa. Program-program atau proyek-proyek pembangunan masyarakat memberi harapan bagi masyarakat desa terhadap perubahan kesejahteraannya, namun harapan itu sirna setelah dilakukan evaluasi dan monitoring, ternyata program- program pembangunan tersebut hanya program di atas kertas, yang tidak memiliki tujuan jangka panjang, sehingga masyarakat hanya dilibatkan sampai berakhirnya jangka waktu proyek tersebut. Namun proyek-proyek sejenis tidak berhenti sampai disitu, proyek-proyek sejenis terus berkembang mencari sebuah bentuk yang ideal, serta terus mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat da lam program pembangunan. Hasil penelusuran panjang, berbagai ahli sosial mencermati bahwa partisipasi bukan hanya berupa kata-kata yang selalu harus diucapkan di awal pelaksanaan program, namun jauh dibalik itu partisipasi harus diaplikasi dalam bentuk nyata berupa tindakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat desa.

Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Program Raksa Desa melakukan pendekatan yang komprehensif dengan memadukan pola komunikasi top-down

dan bottom-up berupa: (1) Pemerintah Propinsi Jawa Barat membentuk Satuan Pelaksana Program Raksa Desa mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Tingkat Desa, (2) Pemerintah Propinsi menugaskan Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasi desa-desa miskin di daerahnya masing-masing, (3) Satuan Pelaksana Kabupaten menyerahkan bantuan bagi desa-desa yang memenuhi kualifikasi penerima bantuan, dan (4) Satuan Pelaksana Desa bersama masyarakat desa menentukan pembangunan infrastruktur dan penerima bantuan modal bergulir. Program Raksa Desa untuk selanjutnya menjadi milik masyarakat desa tersebut. Program Raksa Desa dalam masa berlangsungnya yang telah mencapai tahap kedua memasuki tahap ketiga tentunya masih perlu dikaji keadaan yang sebenarnya, walaupun Pemerintah Propinsi sudah bercermin

pada program-program sejenis yang gagal sebelumnya, namun pelaku/pelaksana program tersebut perlu disoroti perannya dalam pembangunan.

Tingginya intervensi pemerintah dalam program pembangunan selama ini disinyalir sebagai penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam program tersebut. Pendekatan pemerintah terhadap masyarakat desa selama ini cenderung menggunakan pendekatan mobilisasi sehingga para peneliti dan para ahli sosial menganjurkan untuk merubah pendekatan tersebut ke pe ndekatan partisipasi. Keterlibatan fasilitator dalam pembangunan masyarakat desa selama ini, diharapkan akan membantu dan mempercepat proses pembangunan, namun ternyata peran fasilitator tersebut dinilai masih belum efektif dapat membantu masyarakat. Faktor lain yang dianggap mempengaruhi partisipasi adalah ketepatan peluncuran program pembangunan dengan kebutuhan masyarakat. Banyak sekali program pembangunan menunda-nunda pelaksanaan program, dengan alasan salah satunya belum cairnya dana proyek atau belum siapnya aparat pelaksana proyek, sehingga dengan demikian proyek baru diselenggarakan setelah semua dianggap siap, sementara situasi yang ada dimasyarakat sudah berubah dan begitu juga kebutuhan masyarakat.

Pendekatan program yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat desa merupakan salah satu bentuk proses komunikasi yang terjadi. Arah komunikasi yang selama ini di kenal dalam program pembangunan masyarakat adalah komunikasi yang bersifat top-down, sehingga dengan pola komunikasi ini dikatakan ba hwa masyarakat hanya dianggap sebagai objek pembangunan, bukan sebagai pelaku pembangunan itu sendiri. Untuk itu pola komunikasi top-down

dirubah ke pola komunikasi bottom-up, dengan demikian masyarakat dapat merasa memiliki program tersebut (dari dan untuk masyarakat). Penerapan pola komunikasi dapat memperlihatkan intensitas komunikasi yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat desa, karena intensitas bertanya, memberi informasi, meminta klarifikasi, penyebaran informasi dan kebutuhan informasi akan rendah jika komunikasi tersebut bersifat top-down. Selanjutnya konvergensi komunikasi sebagai salah satu keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat desa yang bisa diwujudkan dalam musyawah akan rendah pada pola komunikasi

dengan masyarakat, karena semuanya sudah diatur oleh pemerintah dan masyarakat diharapkan melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh pemerintah.

Partisipasi sebagai bentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya peran sertanya dalam pembangunan tidak terlepas dari adanya pras yarat partisipasi yakni adanya kesempatan, kemampuan dan kemauan. Kesempatan, kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan sangat dipengaruhi oleh penguasaan informasi, motif, harapan, kebutuhan, pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Secara diagramatik, kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 4.

H1 H2 H1 H2 H4 H5 H3

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Proses Komunikasi dan Partisipasi dalam Pembangunan Masyarakat Desa

X1.Karakteristik Individu X1.1 Umur X1.2 Pendidikan X1.3 Penghasilan X1.4 Pekerjaan X1.5 Pengalaman Berusaha X3. Proses Komunikasi X3.1 Arah Komunikasi X3.2 Intensitas Komunikasi X3.3 Konvergensi

Y1. Prasyarat Partisipasi Y1.1 Kesempatan Y1.2 Kemampuan Y1.3 Kemauan Y2 Partisipasi Masyarakat Y2.1 Perencanaan Y2.2 Pelaksanaan Y2.3 Evaluasi Y2.4 Pemanfaatan X2. Pola Intervensi X2.1 Pendekatan partisipatif X2.2 Peran pendamping X2.3 Ketepatan program X3.1 Arah Komunikasi X3.2 Intensitas Komunikasi X3.3 Konvergensi X3. Proses Komunikasi

Hipotesis

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa proses komunikasi tidak mempengaruhi partisipasi secara langsung, namun partisipasi juga dipengaruhi oleh prasyarat partisipasi, pola intervensi dan karakteristik anggota. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1. Ada hubungan yang nyata antara karakteristik anggota penerima bantuan dengan proses komunikasi dalam Program Raksa Desa

H2. Ada hubungan yang nyata antara karakteristik anggota dengan prasyarat partisipasi masyarakat dalam Program Raksa Desa

H3. Ada hubungan yang nyata antara pola interve nsi dengan proses komunikasi masyarakat dalam Program Raksa Desa

H4. Ada hubungan yang nyata antara proses komunikasi dengan prasyarat partisipasi masyarakat dalam Program Raksa Desa.

H5. Ada hubungan yang nyata antara prasyarat partisipasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Raksa Desa.

Hipotesis di atas yang terkait dengan masalah pertama di coba di jawab dengan hipotesis kelima. Masalah kedua di jawab dengan hipotesis ketiga dan keempat, dan masalah ketiga di jawab dengan hipotesis pertama dan kedua.

Dokumen terkait