• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah gambaran bagaimana atau hal apa yang menjadi konsep dalam penelitian yang dilakukan dan dari mana sumbernya. Konsep ini berupa kutipan yang diambil dari literatur yang menjadi yang diketengahkan oleh peneliti dan juga bahasan dari pandangan atau pemikiran secara subjektif dari bahasan yang diteliti.

Konsep Kepemimpinan Bisnis

Kepemimpinan merupakan keniscayaan yang telah didapatkan sejak manusia terlahir ke dunia. Pendapat dari Siagian (2010) bahwa, telah terjadi dikotomi mengenai pendapat tentang teori kepemimpinan. Madzhab pertama mengatakan bahwa pemimpin itu merupakan titisan atau bakat yang melekat semenjak seseorang tersebut dilahirkan (leaders are born). Kecendrungannya bahwa seseorang tersebut akan menjadi pemimpin yang efektif dikarenakan memang bakat-bakat kepemimpinan yang alamiah. Sedangkan madzhab kedua berpendapat bahwa pemimpin itu dapat dibentuk atau ditempa (leaders are made). Kecendrungannya bahwa siapapun dia, dapat menjadi pemimpin yang efektif jika seseorang tersebut mendapat pendidikan (teoritical) dan pelatihan (practical) tentang kepemimpinan. Secara garis besar, pendapat yang dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang efektif dibutuhkan 3 (tiga) unsur yaitu :

1 Memiliki bakat kepemimpinan secara alamiah 2 Memiliki kesempatan menjadi pemimpin

3 Mendapat pendidikan dan pelatihan kepemimpinan

Sejalan dengan pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa modal memiliki bakat pemimpin saja tidaklah cukup, perlu adanya penempaan atau pembentukan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang kemudian ditambah lagi dengan memiliki kesempatan untuk terjun langsung sebagai pemimpin. Apabila ketiga unsur ini dimiliki oleh seseorang, maka ini merupakan kesempurnaan atau keidealisan untuk menjadi seorang pemimpin. Unsur-unsur kepemimpinan dapat juga dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

1 Ada orang atau kekuatan yang memberikan pengaruh 2 Ada orang atau pengikut yang menerima pengaruh

3 Ada pengarahan atau bimbingan yang disampaikan kepada pengikutnya. 4 Ada tujuan yang ingin dicapai

Kepemimpinan terbentuk dari empat unsur tersebut, dimana satu sama lain saling berhubungan. Kehilangan satu unsur pembentuk kepemimpinan akan menyebabkan terjadinya kepincangan dalam proses kepemimpinan sehingga proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan efektif. Kepemimpinan merupakan hal yang sangat mendasar dalam manajerial kehidupan, karena kepemimpinan maka proses manajerial kehidupan dapat berjalan dengan baik. Begitu pula dengan kehidupan bisnis contohnya di dalam perusahaan, kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam mengarahkan atau mengendalikan manusia sebagai sumber daya yang penting dalam perusahaan agar dapat bekerja sesuai arahan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan yang dilakukan untuk mengelola atau mengendalikan sebuah organisasi bisnis atau untuk tujuan menghasilkan keuntungan (profit oriented) maka kepemimpinan ini disebut kepemimpinan bisnis.

Kepemimpinan merupakan fitrah yang telah dibebankan kepada setiap manusia dan kepemimpinan bisnis adalah kepemimpinan yang didapat melalui pendidikan dan latihan. Sejalan dengan pendapat sebelumnya bahwa kepemimpinan dibentuk oleh dua aspek yaitu alamiah dan melalui treatment

baik pendidikan maupun latihan. Dalam pandangan para ahli kepemimpinan dunia, seperti yang diterangkan oleh George R. Terry yang dikutip dari Herujito (2001) bahwa, “… Leadership is the relationship in which one person, the leader influenses other to work together willingly on related task to attain that which the leader desires…”. Dari pendapat diatas kepemimpinan merupakan suatu tindakan mempengaruhi orang lain, menggerakkan orang lain agar berkeinginan mengikuti keinginan pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi yang telah dicita-citakan.

Apabila dihubungkan dengan kepemimpinan dalam suatu organisasi bisnis (perusahaan) atau yang disebut kepemimpinan bisnis maka kepemimpinan bisnis merupakan suatu tindakan mempengaruhi, menggerakkan dan mengendalikan para bawahan atau organisasinya agar berkeinginan mengikuti keinginan pemimpin dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah dicita-citakan. Kepemimpinan bisnis dan penerapannya memegang peranan penting di dalam perusahaan, pemimpin bisnis dianalogikan seperti halnya otak pada manusia, anggota tubuh (organ) dianalogikan adalah seperti bawahannya, sistem organ merupakan kumpulan

orang-orang dalam suatu organisasi dan individu (manusia) itu sendiri dianalogikan seperti perusahaan yang memiliki sumber daya, aturan perusahaan, visi dan misi dan program untuk mencapai tujuan perusahaan, dan kemudian adanya hasilan yang ingin dicapai.

Pengertian lain mengenai konsep kepemimpinan bisnis tidak hanya didasarkan kepada konteks bisnis atau manajemen saja akan tetapi diluar dari itu, bahwa kepemimpinan bisnis adalah seni yaitu bagaimana seorang pemimpin menerapkan gaya kepemimpinannya dengan ungkapan jiwa (perasaan) yang mengalir dalam setiap perintah. Herudjito (2001) juga mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan, bahwa kepemimpinan adalah seni yaitu kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar bekerja sesuai dengan yang diinginkan pemimpin.

Seni dalam kepemimpinan bisnis ini dapat dilihat dalam pandangan yang luas. Layaknya seorang pelukis yang melukis sebuah lukisan, terkadang ia gores dengan lembut terkadang terdapat juga goresan yang jelas, menyesuaikan dengan ketertarikan perasaan hatinya sehingga lukisan tersebut memiliki arti yang terdeskripsi dari zhahirnya lukisan tersebut. Pemimpin bisnis menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti perasaan hatinya atau sesuai dengan aliran perasaan hatinya yaitu kapan pemimpin harus melakukan penegasan, menjaga kewibawaan, menghormati bawahan, menjaga hubungan baik pada bawahan dan berbagai keterkaitan hubungan emosional lainnya. Semua ini adalah seni atau berhubungan dengan perasaan (hati) yang nantinya akan memberi hikmah kepada bawahan sehingga lingkungan atau situasi kerja pada organisasi perusahaan yang dipimpinya diharapkan kedepannya dapat berjalan dengan baik.

Pendapat yang lain menjelaskan bahwa kepemimpinan bisnis secara konsepsional meliputi proses bagaimana mempengaruhi orang lain sehingga mencapai tujuan perusahaan, memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok atau bawahan dan budaya kelompok tersebut dalam bekerja secara tim (teamwork) menjadi lebih baik dan solid. Selain itu juga kepemimpinan bisnis secara konsepsional mempengaruhi paradigma (individuality perception) bawahan mengenai aktifitas-aktifitas pengorganisasian dan bagaimana sasaran dapat dicapai, memelihara hubungan kerjasama antar individu dan kelompok, adanya dukungan dan kerja sama dari seorang maupun kelompok baik internal ataupun eksternal pada organisasi perusahaan tersebut.

Sejalan dengan itu, menurut Chao–Chuan Chen dan Yueh–Ting Lee (2008) yang menganalisa bagaimana konsep Confusianisme di Negara China, dinyatakan bahwa, “… The Confucianist approach to leadership seems to focus first and foremost on the individual leader. Self-cultivation (its level of comprehensiveness and perfection) is not only the qualifying attribute of a leader but also the primary means of exercising leadership in that the leader person is the source of inspiration and the model for the followers. In addition, leadership involves the cultivation of character in the followers and such efforts unfold largely in the highly personalized role relationship between superiors and subordinates…”. Sudut pandang yang dianalisa dari pemikiran Confusian menurut Chao–Chuan Chen dan Yueh–Ting Lee adalah

bagaimana sikap atau karakteristik dari seoarang pemimpin itu sendiri. Bagaimana sosok pemimpin itu, apakah superior untuk menjadi inspirasi dan model panutan bagi pengikutnya dalam melakukan hubungan kerjasama dan mengendalikan sistem manajemen organisasinya atau menjadi inferior, tidak bijak dan tidak berwibawa dalam melakukan hubungan kerjasama dan mengendalikan sistem manajemen organisasinya sehingga mampu mencapai tujuan perusahaan.

Pada jurnal yang ditulis oleh Kwang-Kuo Hwang berjudul Leadership Theory of Legalism and its Function in Confucian Society di dalam buku

Leadership and Management in China karangan Chao–Chuan Chen dan

Yueh–Ting Lee (2008) mengemukakan tentang teori kepemimpinan Hanfei

bahwa, “… Hanfei argued that all human behaviors are motivated by a ruthless pursuit of self-interest, not by moral values. A physician will often

suck men’s wounds clean and hold the bad blood in his mouth, not because he is bound to them by any tie of kinship but because he knows there is profit in it..”. Artinya bahwa adanya motivasi terhadap perilaku pemimpin dikarenakan adanya kepentingan diri sendiri dari pemimpin untuk mengejar suatu tujuan sehingga ada upaya mempengaruhi dan mengendalikan orang lain agar bekerja untuk memuluskan tercapainya tujuan pemimpin tersebut.

Chao–Chuan Chen dan Yueh–Ting Lee (2008) menganalisa tentang teori kepemimpinan Hanfei bahwa teori tersebut dibangun atas 3 (tiga) konsep yaitu 1) kekuasaan (power), 2) hukum (law), 3) tekhnik manajerial (management technique). Bagaimana pemimpin sebagai pemegang kekuasaan mendistribusikan atau memanajemen agar kekuasaannya sejalan dengan peraturan serta pelaksanaannya dalam sistem manajerial kepemimpinan.

Secara luas bila dihubungkan dengan kepemimpinan bisnis mengenai pendapat tentang teori kepemimpinan Hanfei adalah bahwa kepemimpinan bisnis merupakan sifat dasar atau karakter dasar (basically behaviors) di dalam diri seseorang pemimpin bisnis, yaitu bagaimana seseorang pemimpin bisnis tersebut mengorganisasikan atau mengatur prisip-prinsip kepemimpinannya kepada bawahannya akibat desakan atau adanya hubungan dari kepentingan dirinya sendiri untuk mencapai suatu tujuan baik terikat sistem (organisasi perusahaan) atau terlepas dari sistem.

Menurut Yuki dalam Mariam (2009) menyatakan “… Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama…”. Suyuti dalam Fauzan (2010) menyatakan “... Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan kearah tujuan tertentu…”. Secara harfiah bahwa pemimpin disini berfungsi sebagai koordinator dan integrator bagi organisasi yang dipimpinnya.

Kepemimpinan seperti diatas dapat diartikan juga sebagai pemimpin yang berfungsi sebagai fasilitator yang mana pemimpin memiliki pola pemikiran memang ditujukan terhadap suatu individu atau kelompok untuk menjalankan tugas dan kewenangan dalam tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan bisnis adalah sikap pemimpin untuk mempengaruhi pola pikir bawahan agar berkeinginan menjalankan tugas dan kewenangannya untuk

mencapai tujuan perusahaan.

Apabila kita ingin menamsilkan kepemimpinan bisnis dalam suatu perusahaan, maka perusahaan adalah seperti pesawat, co-pilotnya adalah informasi yang dibutuhkan oleh pemimpin dan pilotnya adalah pemimpin. Pilot akan menggerakkan atau menekan tombol-tombol untuk menjalankan pesawat dan melalui arahan co-pilotnya pesawat akan diterbangkan sesuai kota tujuan yang ditujukan. Pemimpin melakukan tugasnya dengan bersandarkan kepada informasi tentang suatu program kegiatan, masalah atau isu yang dihadapi oleh perusahaan yang mana informasi tersebut memberikan metode bagaimana pemimpin menjalankan prinsip dan kepemimpinannya. Ketiga alat tersebut (pesawat, pilot dan co-pilot) satu sama lain saling beriringan dan saling berhubungan bagaimana agar kemudi tetap dalam kehendak pilot dan sampailah mereka ke kota yang dituju.

Begitu juga halnya pemimpin bisnis, harus saling berhubungan dan berjalan beriringan dalam menjalankan kepemimpinannya baik dengan internal organisasi perusahaan dan juga eksternal organisasi perusahaan. Semakin baik aplikasi metode yang diterapkan pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya maka membawa perusahaan akan lebih baik lagi.

Kepemimpinan yang ideal merupakan pemimpin yang harus memiliki sifat-sifat unggul melebihi orang lain yang menjadi penciri bagi seorang pemimpin tersebut sehingga layak disebut sebagai pemimpin. Menurut Arep dan Tanjung dalam Rachmawati (2006) menggambarkan secara garis besar bahwa seorang pemimpin idealnya memiliki tiga kategori umum, yakni: 1 Kemampuan pemimpin untuk menganalisa problematika organisasi,

kemudian adanya inisiatif pemimpin dalam solving problem.

2 Kemampuan pemimpin untuk menyusun struktur organisasi dilihat dari kompetensi bawahannya sehingga mampu menempatkan orang-orang yang tepat dalam suatu jabatan organisasi sehingga organisasi dapat berjalan baik.

3 Kemampuan pemimpin menciptakan suasana atau lingkungan kerja yang baik dengan cara pemimpin menjalin kerjasama dan hubungan yang baik kepada bawahan.

Menurut Siagian (2010) yang dikutip dalam bukunya berjudul teori dan praktek kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki terdapat dalam 5 hal yaitu :

1 Pemimpin sebagai penentu arah dari organisasi yang dipimpinnya, usaha ini yaitu bagaimana mengarahkan perusahaan mencapai tujuan.

2 Pemimpin sebagai sebagai wakil dan juru bicara dalam organisasi untuk hubungannya terhadap eksternal perusahaan.

3 Pemimpin sebagai komunikator yang efektif untuk mengakomodasi kepentingan perusahaan terhadap peran karyawannya dalam perusahaan itu sendiri.

4 Pemimpin sebagai mediator yang handal untuk mengakomodasi internal organisasi dari permasalahan atau konflik sosial yang terjadi dalam perusahaan yang dipimpinnya.

5 Pemimpin sebagai pelaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral terhadap pandangan yang terkotak-kotak di kalangan para anggota organisasi perusahaan.

Siagian juga mengemukakan pendapatnya dalam buku karangannya sendiri tentang teori kepemimpinan situasional, dikatakan bahwa kepemimpinan situasional akan efektif bergantung pada dua hal yaitu : 1 Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai situasi.

2 Kematangan jiwa dan kematangan professional bawahan terhadap tugas. Rachmawati (2006) menjelaskan bagaimana menjadi pemimpin efektif, dia menjelaskan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif melalui deskripsi seperti yang dijelaskan melalui gambar seperti dibawah ini :

Gambar 1 Kemampuan pemimpin (Rachmawati, 2006)

Dari pernyataan diatas, apabila dihubungkan dengan kepemimpinan bisnis maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan bisnis yang ideal juga harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti berikut ini :

1 Pemimpin adalah pelayan, artinya pemimpin harus mampu melayani urusan bawahannnya. Pelayan disini bukan hanya berhubungan tugas dan kewenangan manajerial sebagai pemimpin bisnis saja tetapi berhubungan juga dengan keterkaitan emosional (pelayanan sosial kepada bawahannya). 2 Pemimpin yang peduli, yaitu peduli terhadap nasib dan kepentingan

bawahannya dan ini mutlak menjadi tanggung jawab bagi pemimpin tersebut. Peduli terhadap kebutuhan maupun tujuan masing-masing individu.

3 Pemimpin yang adil, maksudnya pemimpin harus mampu meletakkan segala sesuatunya sesuai dengan porsi atau ukurannya dan juga pada tempatnya. Keadilan yang diterapkan akan membawa kemudahan bagi organisasinya perusahaan berjalan menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

4 Pemimpin yang amanah, yaitu pemimpin yang tidak menyia-nyiakan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya untuk mengurusi organisasi perusahaan yang dipimpinnya.

5 Pemimpin yang percaya terhadap bawahannya, maksudnya pemimpin menaruh kepercayaan terhadap kinerja bawahannya dan tidak mencari-cari kesalahan yang dibuat bawahannya. Cara yang baik untuk memanusiakan bawahannya agar dewasa, bebas dan berani terhadap ide atau gagasannya agar lebih kreatif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya sendiri.

6 Pemimpin yang ulet dan bekerja keras, artinya pemimpin yang tidak mudah putus asa, bersungguh-sungguh, gigih dalam berkarya dan tidak mudah menyerah sebelum berhasil mewujudkan tujuan pribadinya maupun tujuan perusahaan.

7 Pemimpin yang memiliki pandangan luas, cerdas dan bijak yaitu pemimpin yang memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam memimpin perusahaan, kemahiran dalam bidang teknis maupun strategis dan memiliki kecerdasan intelektual dalam memimpin perusahaan.

8 Pemimpin yang memiliki sifat teliti dan hati-hati, artinya pemimpin yang tidak gegabah dan hati-hati dalam memutuskan solusi suatu permasalahan, memiliki pandangan jangka pendek dan jangka panjang terhadap rencana yang akan disusun maupun resiko apabila salah melangkah atau memutuskan suatu kebijakan di dalam organisasi perusahaan yang dipimpinnya tersebut.

Dalam pandangan yang luas dari pendapat Siagian bahwa, pemimpin yang efektif bergantung pada tiga (3) hal yang salah satunya adalah adanya kesempatan untuk menjadi sebagai pemimpin, maka bagaimana kesempatan kepemimpinan dapat terwujud misalnya dengan hirarki keturunan, pengangkatan secara bijak oleh musyawarah atas pilihan orang-orang dibawahnya atau malah yang lebih sadis adalah bagaimana proses kepemimpinan ini terwujud akibat hal-hal yang menyimpang misalnya kudeta atau penggulingan oleh orang-orang yang tidak suka kepada pemimpin sebelumnya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa unsur–unsur terbentuknya proses kepemimpinan atau bagaimana kepemimpinan itu terwujud dapat dibagi sebagai berikut :

1 Pengangkatan

Pemimpin seperti ini lahir dari atas dasar pengangkatan formal maupun informal. Pemimpin ini dibagi atas 3 (tiga) proses pembentukannya yaitu :

a Pengangkatan melalui putusan/penunjukan pimpinan tertinggi

Pengangkatan seperti ini terjadi dalam suatu lingkup formal misalnya lembaga atau instansi dan organisasi formal lainnya, dimana atasan tertinggi menunjuk seseorang menjadi pimpinan di suatu lembaga atau bidang tertentu.

b Pengangkatan melalui musyawarah mufakat/ rapat voting

Pengangkatan ini berdasarkan putusan yang disandarkan pada kesepakatan bersama yang diambil atau diputuskan dari orang–orang (kalangan) yang merasa yakin bahwa seseorang tersebut layak menjadi pemimpin dengan kompetensi dan kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin.

c Politik dan Kekuasaan

Pemimpin ini dibentuk atas dasar alasan politik dan kekuasaan. Pada zaman kerajaan dahulu di Indonesia, seorang raja dari suatu kerajaan

akan menikahi putri raja dari kerajaan lainnya agar kerajaan tersebut tidak diserang atau dikuasai atau untuk menggabungkan dua kekuatan besar. Raja tersebut nantinya akan menjadi pemimpin tunggal atau pemimpin tertinggi ketika raja (ayahanda/mertua) telah mangkat (meninggal).

Contoh yang dapat dibuktikan dari proses munculnya seorang pemimpin atas dasar politik dan kekuasaan adalah raja Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit, Raja Hayam Wuruk berniat menikahi atau meminang putri dari kerajaan Padjajaran yang bernama Dyah Pitaloka hanya untuk menaklukan kerajaan Padjajaran karena dari hampir semua kerajaan di Indonesia hanya kerajaan Padjajaran yang belum bisa ditaklukan. Walaupun akhirnya pernikahan ini gagal karena adanya konflik oleh patih Gajah Mada yang membunuh Sri Baduga Maharaja Raja Padjajaran yaitu Ayahanda dari Dyah Pitaloka dalam peperangan Bubat tahun 1351. Intinya adalah, bahwa proses kepemimpinan dapat terbentuk atas dasar politik dan kekuasaan. 2 Faktor Keturunan

Seorang anak raja secara otomatis akan menjadi raja menggantikan ayahnya yang telah mangkat (meninggal) untuk menjadi raja atau pemimpin. Pengangkatan ini berlaku turun temurun kecuali terjadi kudeta atau perebutan kekuasaan. Proses terbentuknya kepemimpian ini umunya terjadi pada sistem kerajaan (monarchi constitutional) atau kesultanan. Dalam dunia bisnis, proses terbentuknya kepemimpinan bisnis adalah biasanya ditetapkan secara hirarki atau jenjang karir yang sudah ditetapkan secara sistematis oleh perusahaan walaupun tidak menutup kemungkinan ada cara lainnya. Bisnis keluarga akan lebih cendrung mengangkat pemimpin bisnis dari keluarga mereka sendiri walaupun bisa terjadi kemungkinan lainnya. Secara umum banyak perusahaan baik nasional maupun multinasional lebih mengedepankan sosok pemimpin bisnis dari prestasi kerja dan pengalamannya di lapangan. Kedua hal ini memberikan pengaruh terhadap terbentuknya proses kepemimpinan yang lebih konkret di dalam dunia bisnis. Prestasi kerja yang baik akan menjadikan seorang tersebut dapat menaiki tangga hirarki jabatan untuk sampai menjadi pimpinan perusahaan. Pengalaman yang banyak untuk menjalankan perusahaan atau menyelesaikan masalah perusahaan menjadi keharusan bagi pemimpin sehingga perusahaan dapat menyelesaikan masalahnya dan tetap survive dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan tersebut yang lebih disesuaikan dengan perkembangan jaman dan tekhnologi.

Gaya Kepemimpinan Bisnis

Gaya kepemimpinan atau leadership styles adalah cara atau metode yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dalam organisasi. Semakin baik dan efektif gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin maka akan semakin baik dan efektif pula perusahaan yang dipimpinnya. Banyak pendapat tentang teori-teori gaya kepemimpinan dan dari semua teori-teori tersebut menyatakan bahwa

gaya kepemimpinan adalah cara atau metode yang digunakan seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya.

Siagian (2010) mengemukakan pendapatnya tentang gaya kepemimpinan bahwa gaya kepemimpinan dapat bersifat tetap (fixed) dan ada pula bersifat situasional. Bersifat tetap maksudnya adalah gaya kepemimpinan tersebut tidak akan berubah walau dalam situasi bagaimanapun, sehingga dalam situasi bagaimanapun, situasilah yang harus disesuaikan dengan gaya kepemimpinan yang ada. Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk terjadi maka pilihan terakhir adalah jatuh pada pergantian pemimpin, sehingga pemimpin lama harus diganti dengan pemimpin yang baru yang memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Kemudian maksud dari gaya bersifat situasional bahwa gaya kepemimpinan tersebut akan berubah sesuai situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin. Teori ini menitikberatkan kepada efektifitas kepemimpinan yang bergantung pada dua hal yaitu, pemilihan gaya yang tepat terhadap situasi tertentu dan profisionalisme para bawahan terhadap tugas dan tanggung jawab yang diemban.

Didalam kehidupan nyata terlebih di massa industri modern (modern industry), kecendrungan seorang pemimpin bisnis untuk menerapkan gaya kepemimpinannya lebih kepada konsep atau teori gaya kepemimpinan situasional (contingency theory) meskipun masih banyak lagi gaya kepemimpinan yang dipakai oleh pemimpin bisnis dimana menjadi icon di dekade sekarang ini yaitu konsep kepemimpinan transaksional (transactional leadership) dan konsep kepemimpinan transformasional (transformational leadership).

Konsep gaya kepemimpinan situasional banyak diterapkan di dunia bisnis karena gaya kepemimpinan ini lebih cocok dan bermanfaat terhadap perusahaan terutama bagi dunia bisnis dimana sekarang strategi bisnis global

atau modern dimana konsumen atau pelanggan adalah raja, apa produk yang dibutuhkan para raja untuk memenuhi kebutuhannya dan bagaimana perusahaan dengan produknya mampu memuaskan raja-raja tersebut. Sehingga dalam hal ini peran kepemimpinan harus disesuaikan pada situasi yang ada dalam masyarakat baik regional apabila perusahaan yang dipimpinnya adalah perusahaan regional, atau sesuai situasi pada masyarakat nasional jika perusahaan yang dipimpinnya adalah perusahaan nasional atau sesuai situasi yang ada dalam masyarakat internasional jika perusahaan yang dipimpinnya adalah perusahaan multinasional.

Konsep kepemimpinan transformasional berdasarkan prinsip pengembangan bawahan (follower development). Pemimpin transformasional mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan di masa mendatang.

Dokumen terkait