• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-41)

2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan

2.10 Kerangka Pemikiran

Pengertian manajemen keuangan menurut Sonny (2003):

“Manajemen keuangan adalah kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana untuk mendapatkan dana, memakai dana, dan untuk mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh.”

Berdasarkan pengertian di atas bahwa manajemen keuangan sangat berperan dalam aktivitas perusahaan. Dimana aktivitas perusahaan adalah bergerak dalam pencarian sumber dana dan pengelolaan dana secara efektif dan efisien. Dengan melakukan aktivitasnya dengan efektif dan efisien, perusahaan akan memperoleh laba secara maksimal yang dapat memaksimalkan kemakmuran investor.

Pasar modal sebagai alternatif investasi mempunyai fungsi sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka panjang. Pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Pembeli adalah suatu invididu maupun organisasi yang mempunyai kelebihan dananya. Melalui pasar modal pembeli dapat melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan. Dan penjual adalah suatu organisasi ataupun individu yang memerlukan tambahan modal.

Pasar modal juga memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk melalukan investasi. Dalam melakukan investasi pada dasarnya investor mempunyai tujuan ingin mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Di samping itu, dalam investasi dalam bentuk apapun investor tidak hanya mendapatkan imbalan dari investasi yang dilakukannya tetapi terdapat resiko-resiko yang mungkin dapat terjadi. Terdapat dua jenis resiko-resiko yang mungkin dihadapi oleh investor yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis.

Terdapat faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini faktor yang memengaruhinya adalah faktor eksternal merupakan faktor fundamental ekonomi biasanya bersifat makro seperti naik turunnya suku bunga, perubahan nilai tukar mata uang. Faktor eksternal ini adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan. Menurut (Emi Kurniawati, 2015) kendala eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham seperti inflasi, BI rate, kurs dan jumlah uang beredar. Faktor makro ekonomi yang mempunyai hubungan dekat dengan perkembangan perusahaan antara lain laju inflasi, suku bunga, kurs rupiah terhadap uang asing serta pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebelum melakukan investasi, investor juga perlu mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang terjadi serta prediksi atas kondisi di masa yang akan datang.

Resiko sistematis pada penelitian ini terdiri dari inflasi, suku bunga, dan niali tukar rupiah (kurs).

Menurut Sukirno (2004:10):

“Inflasi adalah kondisi dimana harga mengalami kenaikan secara menyeluruh yang dipicu oleh adanya jumlah uang beredar yang berlebihan.”

Meningkatnya inflasi secara berlebihan merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal, karena dapat mengakibatkan menurunnya harga saham. Begitupun sebaliknya, jika inflasi menurun merupakan sinyal positif bagi investor karena harga saham akan cenderung naik. Menurut (Mar’atus Sholihah, 2009), tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek invesrasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam serta menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif dan pada akhirnya akan menurunkan harga saham. Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan negatif terhadap indeks harga saham. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan yang dapat dinikmati oleh

perusahaan, profitabilitas akan menurun, menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal (Farid Harianto, 2005).

Menurut Bank Indonesia pengertian BI rate adalah :

“Suku bunga kebijakan moneter yang ditetapkan mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.”

BI rate mempunyai fungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dala kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI rate. BI rate pada umumnya dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dan tingkat suku bunga juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham. Semakin tinggi BI rate, kemungkinan akan terjadi inflasi yang tinggi pula,. BI rate dapat mempengaruhi daya beli atau konsumsi masyarakat (Elzardo, 2009). Kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan beban bunga kredit dan berdampak pada penurunan laba bersih. Penurunan laba bersih akan berdampak pada penurunan laba per saham akibatnya akan harga pasar di saham akan menurun. Hal ini terjadi karena investor cenderung menjual sahamnya dan mengalihkan dananya dalam bentuk deposito agar memperoleh keuntungan yang diharapkan dan tingkat resiko yang lebih aman. Jika tingkat bunga menurun, investor cenderung lebih suka investasi dengan membeli saham ,sehingga permintaan saham akan meningkat dan akan mendorong peningkatan harga saham.

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang beredar, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut (Hermuningsih, 2012:45). Kurs merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai suatu kondisi perekonomian. Fluktuasi kurs yang berubah cukup tajam mengindikasikan kondisi perekonomian suatu negara sedang mengalami ketidakstabilan. Kurs mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui pendekatan pasar barang (good market approach), ketika kurs mengalami perubahan maka akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan, yang akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi, maka yang berkaitan dengan biaya bahan baku impor akan mengalami kenaikan. Dan akan menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi menurun sehingga tingkat return yang ditawarkan akan menurun. Penurunan return yang ditawarkan akan mengakibatkan permintaan terhadap saham berkurang sehingga harga saham tersebut akan menurun di pasar. Kondisi tersebut akan mendorong investor untuk melepaskan sahamnya. Para investor yang memiliki kecenderungan untuk melepaskan sahamnya akan menyebabkan harga saham tersebut turun. Kondisi penurunan harga saham akan tercermin pada indeks harga saham. Harga saham akan terpengaruh oleh kurs melalui tindakan investor asing yang mana keputusan investasinya dipengaruhi oleh kondisi kurs.

Adapun untuk berinvestasi, investor membutuhkan suatu informasi mengenai kondisi perusahaan. Salah satu informasi yang dapat digunakan yaitu dengan melihat historis harga saham perusahaan. Apabila harga saham suatu perusahaan terus mengalami kenaikan, maka menjadi sinyal positif bagi investor.

Berdasakan uraian kerangka pemikiran dan pendapat di atas, maka dapat digambarkan suatu bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti, dengan demikian alur kerangka berfikir dari penelitian ini dapat disusun dalam bagan kerangka pemikiran disajikan sebagai berikut:

Pengangguran Minyak Dunia JUB Laju Inflasi (X1) Tingkat Suku Bunga (X2) Nilai Tukar Rupiah (X3) Indeks Harga Saham Makro Ekonomi Manajemen Keuangan Sistematis Tidak Sistematis Faktor Fundamental Faktor Non

Fundamental PerusahaanKinerja

Resiko Investasi Pasar Modal Fungsi Manajemen Keuangan

2.10.1 Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham

Inflasi merupakan kecenderunga harga barang-barang akan menjadi meningkat secara umum yang terjadi terus menerus. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap kenaikan biaya produksi suatu perusahaan. Biaya produksi yang tinggi tentu akan meningkatkan harga jual barang menjadi naik, sehingga akan menurunkan jumlah penjualan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yang tercermin pada harga saham. Apabila perusahaan tidak dapat mengantipasi laju inflasi maka akan meningkatkan harga barang, sehingga konsumsi akan menurun. Pengaruh dari kenaikan laju inflasi tersebut pun akan menurunkan harga saham.

Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi inflasi akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan merupakan informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham suatu perusahaan.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin rendah return saham yang akan dihasilkan.

2.10.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham

Menurut Tandellin (2010:184) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya dana investasi berupa tabungan atau deposito.

Ketika suku bunga tinggi, masyarakat akan mengurangi berinvestasi atau melakukan konsumsi sehingga beralih untuk menabung. Hal ini akan berdampak pada para pemodal, pemodal akan lebih tertarik untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito daripada melakukan investasi terhadap saham. Pengalihan dana oleh para investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham secara besar-besaran sehingga akan menurunkan indeks harga saham.

2.10.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham

Kurs valuta asing adalah salah satu pengukuran lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Maka dari itu kurs valuta asing dapat dipergunkan sebagai salah satu ukuran untuk melihat kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.

Dengan melihat porsi kepemilikan saham asing di bursa efek Indonesia yang sangat meendominasi, maka kecenderungannya adalah semakin tinggi nilai mata uang dollar maka semakin tinggi pula indeks harga saham.

Berdasarkan argument Syahrir (2001:21), mengenai Kurs Rupiah terhadap Dollar US. Apabila terjadi penurunan kurs rupiah secara berlebihan akan berdampak pada perusahaan go public. Besarnya impor dari perusahaan akan mempertinggi biaya produksi serta menurunnya laba perusahaan, selanjutnya harga perusahaan tersebut akan anjlok sehingga indeks harga saham akan mengalami penurunan.

Terjadinya penurunan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan pada akhirnya juga akan menyebabkan permintaan saham berkurang karena para investor mengalihkan dananya yang lebih menguntungkan sehingga secara teoritis nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-41)

Dokumen terkait