• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

17 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Manajemen

Dalam meningkatkan nilai guna barang dan jasa suatu individu atau kelompok diperlukan suatu sistem pengaturan guna memanfaatkan semua sumber daya yang ada secara optimal. Sistem pengaturan ini disebut manajemen. Berikut definisi manajemen yang dikemukakan beberapa ahli :

Menurut Hasibuan (2011:1) menyatakan bahwa :

“Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudunya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.”

Siswandi (2011:3) menyatakan bahwa :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.”

Sedangkan menurut Fuad (2001:92) menyatakan bahwa :

“Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang diilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.”

(2)

Dari beberapa pengertian mengenai manajemen menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah aktivitas yang mengatur orang-orang dalam melakukan aktivitas manajemen untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan dan pengendalian secara efektif dan efisien yang dapat memudahkan untuk mencapai sasaran perusahaan.

2.1.2 Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional manajemen yang sangat penting. Manajemen keuangan berkaitan dengan pembuatan keputusan yang baik diambil oleh manajemen. Keputusan tersebut berkaitan dengan upaya suatu perusahaan untuk mendapatkan sumber dana dan mengelola dana perusahaan dengan baik serta dapat meminimalisir biaya-biaya operasional perusahaan.

2.1.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2012:3) menyatakan bahwa manajemen keuangan sebagai berikut :

“Manajemen keuangan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”

(3)

Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2014:6) menyatakan bahwa

“Manajemen keuangan sebagai dana yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.” Kemudian menurut Matono dan Agus Harjito (2008:4) menguraikan bahwa :

“Manajemen keuangan (Financial Management) adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, dan mengolah asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan seluruh aktivitas perusahaan yang berusaha untuk dapat memperoleh, mengalokasikan dan mengunakan dana dalam pembiayaan investasi secara tepat guna menghasilkan laba dan mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Menurut Darmadji dan Hendry (2006), pasar modal (capital market merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrument lainnya.

Pasar modal sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya (misal pemerintah) dan sarana kegiatan berinvestasi. Dalam undang undang RI Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum

(4)

dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Menurut Hermuningsih (2012:4) menyatakan bahwa pasar modal adalah :

“Pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan baik dalam bentuk utang maupun sendiri.”

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang membutuhkan dana dan mempunyai kelebihan dana untuk jangka waktu panjang. Pasar modal disebut juga lembaga keuangan non bank.

2.2.2 Peranan Pasar Modal

Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara, menurut Sunariyah (2004) adalah :

1. Fungsi Tabungan

Bagi penabung, metode yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi antara lain : penurunan mata uang inflasi dan risiko hilang. Sehingga perlu memikirkan alternative selain menabung.

2. Fungsi Kekayaan

Pasar modal merupakan salah satu cara dalam menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara seperti ini lebih baik karena kekayaan tersebut tidak mengalami penyusutan seperti aktiva lain.

3. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat – surat beharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dilakukan dengan biaya relative

(5)

murah dan lebih cepat. Pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang saham surat berharga.

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pasar modal bagi suatu perekonoman negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjamin yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah.

Pasar modal berfungsi untuk menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana (borrower). Dengan menginvestasikan dana yang dimiliki., pihak kelebihan dana (lender). Mengharapkan memperoleh imbalan dan penyerahan dana tersebut. Borrower mengharapkan dan memperoleh dana untuk investasi tanpa harus menunggu dana dan hasil operasi perusahaan.

2.3 Saham

2.3.1 Pengertian Saham

Menurut Hermuningsih (2012:6), saham dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Sahamsebagai tanda atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.”

(6)

Menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah

“Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu, dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka dia juga menjadi pemilik ataupun juga sebagai pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk. Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut.”

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan suatu tanda bukti kepemilikan perusahaan.

2.3.2 Jenis-Jenis Saham

Menurut Hartono terdapat dua jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal yaitu sebagai berikut :

1. Saham Preferen

Hartono (2014:111) menyatakan saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hal pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi, oleh karena itu saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.

(7)

2. Saham Biasa

Hartono (2014:116) menyatakan apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasa memiliki beberapa hak diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Hak kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.

b. Hak menerima pembagian keuntungan

Pemilik perusahaan pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini merupakan sumber dana internal perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.

c. Hak preemtif

Hak preemtif merupakan hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemtif memberi prioritas

(8)

kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah.

2.3.3 Analisis Saham

Terdapat dua cara untuk menganalisis saham yaitu : 1. Analisis Fundamental

Dalam analisis fundamental, analis menganalisis faktor – faktor ekonomi yang mempengaruhi perusahaan dalam upaya untuk memprediksikan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan dan analisis rasio termasuk komponen yang digunakan pada analisis fundamental.

2. Analisis Teknikal

Analisis ini digunakan grafik riwayat harga dan volume transaksi. Analisis ini melihat dari aspek perdagangan atau transaksi saham. Analisis teknikal lebih menyoroti data harga saham di masa lalu, kemudian menelisik polanya dan indikator yang mempengaruhinya (Istijanto Oei, 2009:145). Analisis teknikal saham maupun instrument lainnya lebih banyak menggunakan data pasar. Berhubungan data – data lazim tersaji dalam bentuk grafik (charts), maka para analis teknikal lebih sering menggeluti grafik–grafik seacam itu disbanding dengan laporan keuangan emiten. Itu sebabnya para penganut aliran ini sering mendapat julukan sebagai chartist.

(9)

2.3.4 Harga Saham

Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2008:167)

“Harga saham merupakan harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.” Menurut Sunariyah (2011:166) keputusan membeli saham terjadi bila perkiraan suatu saham di bawah harga pasar. Untuk menentukan harga saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham. Tujuan analisis saham untuk menilai apakah penetapan harga saham suatu perusahaan ditawarkan secara wajar atau tidak.

2.3.5 Indeks Harga Saham

Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, informasi yang lengkap dibutuhkan masyarakat mengenai bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang dibutuhkan dapat tercermin dalam pergerakan harga saham.

Pengertian indeks harga saham menurut Widoatmodjo (2014:15) menyatakan bahwa :

“Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.“

Menurut Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa :

“Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham dan merupakan salah satu pedoman penting bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.”

(10)

Di pasar modal indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu : 1. Sebagai indikator tren pasar,

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan,

3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasar, 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Terdapat 8 macam indeks saham sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke delapan macam indeks tersebut adalah :

1. Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2. Indeks Sektorsl, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing sektor.

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriterialikuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

4. Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas an kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.

7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.

8. Indeks Individual, yaitu harga saham masing-masing emiten.

Saat ini Indeks Harga Saham dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi di suatu negara dan sebagai dasar dalam menganalisis kondisi pasar (BEI, 2008). Fenomena tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi. Fenomena

(11)

makro diantaranya tingkat inflasi, suku bunga. perubahan nilai tukar. Perubahan saham setiap hari perdagangan dapat membentuk suatu Indeks Harga Saham (IHS). Angka indeks digunakan untuk mengukur kinerja saham yang dicatat di bursa efek. Apabila terjadi peningkatan IHS maka kondisi pasar bagus. IHS diggunakan oleh investor dalam melihat kondisi bursa yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan saat melakukan transaksi saham.

Indeks Harga Saham yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Individual yaitu sektor food and beverage yang nilainya diambil dari Monthly Statistic Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Nilai yang dipakai adalah nilai harga penutupan (closing price) akhir tahun.

2.3.6 Faktor-faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Nilai Saham

Menurut Ang (2002) berbagai variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal, khususnya ekuitas. Variabel ekonomi makro yang mempengaruhi indeks harga saham adalah pertumbuhan Gross Domestic Product, keuntungan perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat suku bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar. Tandeliin (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor ekonomi makro secara empirik telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara. Faktor-faktor tersebut yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang. Pengaruh masing-masing faktor tersebut dapat digambar di tabel sebagai berikut :

(12)

Tabel 2.1

Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Investasi

Indikator Ekonomi Pengaruh

Produk Domestik Bruto (PDB) Meningkatnya PDB merupakan sinyal positif untuk investasi dan menjadi sebaliknya jika PDB menurun.

Inflasi Menurunnya inflasi ecara relatif

merupakan sinyal positif bagi investor di pasar modal.

Tingkat suku bunga Menurunnya tingkat suku bunga

merupakan sinyal positif terhadap harga saham.

Kurs Menguatnya kurs rupiah terhadap mata

uang asing merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang mengalami inflasi.

Sumber : Tandellin , Eduardus, 2001. “Pasar Modal Indonesia; Problemdan Prospek”, Wahana vol 3. No 2,

2.4 Makro Ekonomi

Menurut Murni (2009:2), Teori makro ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari peristiwa ekonomi secara aggregate. Konsep aggragate dalam pengamatan peristiwa ekonomi dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan pelaku-pelaku ekonomi, seperti kegiatan produsen secara keseluruhan, kegiatan konsumen secara keseluruhan, kegiatan pemerintahan, dan kegiatan ekonomi luar negeri.

(13)

Nanga (2001:5) Ekonomi makro merupakan konsep dasar yang dapat dijelaskan beberapa hal tersebut :

1. Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan produk atau pendapatan nasional.

2. Faktor penyebab timbulnya pengangguran di dalam perekonomian dan cara untuk mengatasinya.

3. Faktor penyebab terjadinya inflasi dan cara untuk mengatasinya. 4. Faktor penyebab naik turunnya tingkat suku bunga.

5. Faktor penyebab ketidakseimbangan neraca pembayaran suatu negara. 6. Faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri

terhadap mata uang asing.

2.4.1 Unsur-Unsur Makro Ekonomi

Menurut Mankiw (2006:432) bahwa unsur-unsur ekonomi yang biasa dianalisa ekonomi ini adalah faktor tingkat bunga, pendapatan nasional suatu negara, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang diterapkan suatu negara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui potensi dari faktor makro yang pastinya menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingkat tingkat pengembalian investasi. Alasan mengapa kebijakan moneter dapat memengaruhi return saham yang diterima dikarenakan oleh besar kecilnya tingkat jumlah uang yang beredar. Ketika jumlah uang yang beredar semakin tinggi, maka terdapat kecenderungan meningkatnya kegiatan perekonomian secara keseluruhan, hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan mendapatkan supply uang yang lebih tinggi dari biasanya. Ketika supply uang tinggi, maka kegiatan operasional yang bersifat profit oriented juga akan meningkat dan otomatis akan membuat laba perusahaan meningkat pula. Hal ini pada gilirannya nanti akan meningkatkan return saham dari perusahaan yang bersangkutan.

(14)

2.4.2 Indikator Makro Ekonomi

Menurut Murni (2009:30), indikator kegiatan ekonomi suatu negara mengalami kemajuan dan kemunduran. Kemajuan dan kemunduran , atau tingkat perkembangan ekonomi suatu negara dapat dilihat melalui laporan pendapatan nasional dan neraca produk (national income dan product acount), laporan tersebut merupakan data yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pemerintah, yang menggambarkan berbagai komponen pendapatan dan output nasional dalam perekonomian.

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi sangat berkaitan dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Salah satu peristiwa yang sangat penting dan yang dijumpai di hampir semua negara adalah inflasi. Inflasi merupakan faktor fundamental makro ekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga-harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi dapat disebebkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi atau juga kurangnya produksi distribusi). Menurut Wira (2011) angka inflasi yang tinggi biasanya mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga.

(15)

Inflasi diperhitungkan dalam prinsip-prinsip berinvestasi karena inflasi berkaitan dengan nilai waktu dari uang, seperti yang dikemukakan oleh

Arifin (2006:12) :

“Inflasi secara keseluruhan adalah kenaikan harga barang-barang secara umum atau penurunan dayabeli dari sebuah satuan uang.”

Menurut Sukirno (2004:10) menyatakan bahwa :

“Inflasi adalah kondisi dimana harga mengalami kenaikan secara menyeluruh yang dipicu oleh adanya jumlah uang beredar yang berlebihan.”

Menurut Bambang dan Aristanti (2007:78) menyatakan bahwa :

“Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Kejadian inflasi ini akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini terjadi dikarenakan dalam inflasi akan terjadi penurunan tingkat pendapatan.

Menurut Nopirin, 2004 Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti, inflasi permintaan, dan inflasi gejolak. Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik, air minum, dan lain-lainnya. Sedangkan inflasi gejolak adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa.

Adapun cara untuk mengukur inflasi menurut Nopirin, 2004 adalah : 1. Dengan menggunakan harga umum.

2. Dengan menggunakan angka deflator.

3. Dengan menggunakan indeks harga umum (IHK). 4. Dengan menggunakan harga pengharapan,

(16)

Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laju inflasi indeks harga umum bulanan yang dikeluarkan oleh BPS dari tahun 2011 sampai dengan 2015. IHK merupakan presentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

2.5.2 Pengukuran Inflasi di Indonesia

Inflasi di Indonesia diukur berdasarkan penggunaan berbagai indikator di atas walaupun sebagaimana di banyak negara lainnya, indeks harga konsumen lebih sering menjadi basis perhitungan inflasi tersebut. Indeks harga konsumen mengukur perkembangan harga barang dan jasa di daerah perkotaan di mana banyaknya barang tergantung pada kota dan tahun dasar. Karena pengukurannya dilakukan hanya di daerah perkotaan saja, inflasi di Indonesia cenderung bias ke daerah perkotaan walaupun jumlah penduduk di daerah pedesaan cenderung lebih banyak yang tentunya akan mempengaruhi besarnya timbangan untuk masing – masing barang.

Tinggi rendahnya inflasi pada suatu negara pada suatu waktu tertntu tergantung pada indikator yang digunakan dan tahun dasar yang digunakan. Ada beberapa indikator inflasi yang dapat digunakan yaitu :

a. Perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya Hidup (IBH) Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang baru dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga – harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu peiode tertentu. Masing – masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Disagregasi Indeks Harga Konsumen memungkinkan kita menganalisis sumber inflasi

(17)

menjadi lebih rinci. Dengan menggunakan IHK misalnya terdapat empat kelompok besar indeks yaitu :

1. Indeks harga makanan 2. Indeks harga sandang 3. Indeks harga perumahan

4. Indeks harga aneka barang dan jasa

Dalam bentuk lain, IHK dapat dikelompokkan menjadi kelompok barang yang diperdagangkan (tradable goods) dan kelompok barang yang tidak di perdagangkan (nottradble goods). Perhitungan ini dapat menjadi indikasi awal terhadap beberapa pangsa foreign inflation baik yang disebabkan oleh pengaruh perubahan nilai tukar atau kenaikan tingkat inflasi international maupun yang berasal dari dalam negeri. Disagregasu IHK juga dilakukan dalam kelompok lain yaitu kelompok barang yang diatur harganya (administered good) dan kelompok yang tidak diatur. (Hera Susanti, Moh Ikhan, Widyanti.2007;44).

Perhitungan tingkat inflasi menurut IHK dapat dilakukan dengan formula sebagai berikut :

Dimana : = inflasi tahun t

IHK = indeks harga konsumen tahun t atau n t-1 b. Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks produsen (producer price index) IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

(18)

c. Perubahan Deflator PDB/GDP

IHK dan IHPB memberikan laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode pehitungannya, kedua indikator tersebu hanya meleingkapi beberapa puluh atau mungkin ratusan jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu, bahkan ratusan ribu. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implicit (GDP deflator) disingkat IHI.

2.5.3 Jenis Inflasi

Menurut Murni (2008 : 204-205) jenis inflasi dilihat dari sumbernya atau penyebab inflasi dibagi menjadi :

1. Demand full inflation (inflasi tarikan permintaan)

Terjadinya kenaikan harga secara berkelanjutan disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat.

2. Cost push inflation (inflasi desakan biaya)

Harga secara terus menerus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.

3. Imported inflation (inflasi import)

Inflasi yang bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor, terutama barang yang diimpor tersebut mempunyai peranan penting dalam setiap kegiatan produksi.

(19)

Sedangkan berdasarkan tingkat keparahannya menurut Nanga (2001 : 251) membagi ke dalam tiga tingkatan yaitu :

1. Moderat inflation (inflasi sedang)

Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju inflasi yang lambat dan waktu yang relatif lama. Inflasi dibawah 10%.

2. Galloping inflation (inflasi menengah)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulanan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan llu dan seterusnya. Inflasi antara 20% sampai 200% pertahun.

3. Hyper inflation (inflasi tinggi)

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik samapi lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang yang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Inflasi di atas 200% per tahun.

Pengelompokkan inflasi berdasarkan asal inflasi, yang dapat dikategorikan menjadi dua :

1. Inflasi bersumber domestic (domestic inflation), yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri. Misalnya, permintaan meningkat untuk barang, maka terjadi demand pull inflation yang bersumber dalam negeri. Atau terjadi kenaikan harga – harga faktor produksi dalam negeri sehingga cost push inflation yang bersumber dalam negeri.

2. Inflasi bersumber luar negeri (foreign atau imported inflation) yaitu inflasi bersumber dari luar negeri. Misanya terjadi lonjakan permintaan ekspor secara terus–menerus, maka terjadi demand pull inflation yang bersumber dari luar negeri. Atau terjadi kenaikan harga faktor produksi yang diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri, atau imported cost push inflation.

(20)

2.5.4 Dampak Inflasi

Inflasi memberikan dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi ini ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya apabila dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian yang dirasakan lesu. Menurut Arifin (2002:12) berpendapat bahwa penyebab terjadinya inflasi sangatlah kompleks selain karena hukum permintaan, penawaran dan inflasi juga bisa terjadi karena kenaikan produksi.

Menurut Asfia Murni (2009:206) dampak atau akibat yang ditimbulkan dari inflasi sebagai berikut:

1. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill yang diterima masyaraka, dan ini sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap.

2. Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca pembayaran, karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran masuk dan keluar negeri.

3. Pada saat keadaan yang tidak menentu (inflasi) para pemilik modal lebih cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian tanah, rumah dan bangunan. Pengalihan investasi ini menyebabkan investasi produk berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

4. Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini sangat merugikan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang mendorong produksi nasional.

5. Inflasi akan mengurang nilai kekayaan yang berbentuk uang, seperti tabungan masyarakat di bank nilai rillnya akan menurun.

(21)

2.5.5 Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut diantaranya :

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK adalah indeks harga yang paling umum dipakai sebagai indikator inflasi. IHK mempresentasikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oelh masyarakat dalam suatu periode tertentu.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan pada tingkat produsen di suatu daaerah pada suatu periode tertentu. Jika pada IHK yang diamati adalah barang-barang mentah dan barang-barang setengah jadi yang merupakan input bagi produsen.

3. GDP Deflator

Prinsip dasar GDP deflator adalah membandingkan antara tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dengan pertumbuhan rill.

2.6 Suku Bunga

2.6.1 Pengertian Suku Bunga

Menurut Sukirno (2006) suku bunga adalah presentase pendapatan yang diterima oleh kreditur dari pihak debitur selama interval waktu tertentu. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan memengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat suku bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga akan turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat

(22)

berharga akan menderita capital loss atau capital gain. Tingkat bunga yang rendah dapat menurunkan biaya modal bagi kalangan bisnis, yang kemudian mendorong investasi perusahaan dan akan merangsang belanja konsumen pasar perumahan (Brigham dan Houston, 2010).

Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai presentase dari jumlah yang dipinjamkan. Suku bunga dibagi menjadi dua (Samuelson,2004:190) yaitu :

a. Suku bunga nominal (disebut juga suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuruan uang.

b. Suku bunga riil, dikoreksi karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Bringham, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung pada :

a. Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan modal yang ditanamkan.

b. Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut. c. Tingkat inflasi yang di perkirakan.

Menurut Cahyono (2000:117) terdapat dua penjelasan mengenai kenaikan suku bunga dapat mendorong return saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan menunda pembeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akhirnya penjualan perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan return saham.

(23)

2.6.2 Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian

Menurut (Sunariyah:2011:82), tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain :

a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat control bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor–sektor ekonomi.

c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan mengontrol tingkat inflasi.

2.6.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga

Menurut (Madura, 2006:114) terdapat faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga, yaitu :

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tidak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi perekonomian bik, maka tingkat suku buka meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan mengubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan

(24)

uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.

b. Inflasi

Saat tingkat inflasi suatu negara menigkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin meningkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan di masa depan harga barang akan semakin naik (expected inflation rate) sehingga masyarakat banyak membeli barang –barang sekarang. Degan mealakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat akan menurun sehingga muncul permintaan terhadap uang. Naiknya permintaan uang akan menyebabkan tingkat suku bunga meningkat.

c. Defisit Anggaran Pemerintah

Defisit anggaran pemerintah merupakan suatu kondisi saat pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Untuk menutupi defisit, pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.

2.7 BI Rate

2.7.1 Pengertian BI Rate

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau sinyal kebijakan moneteryang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada public. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB ON).

(25)

Pengertian BI rate menurut (Dahlan Siamat,2010:139) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan menyatakan bahwa :

“ BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang di umumkan oleh bank Indonesia secara periodi untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebangai sinyak (stance)kebijakan moneter.”

Sedangkan menurut Bank Indonesia Pengertian BI Rate merupakan:

“Suku bunga kebijakan moneter yang ditetapkan mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik”.

Dari beberapa pengertian diatas, BI rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan moneter dinyatakaan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI rate tersebut.

Menurut Pohan (2008:53) mengatakan bahwa Suku Bunga yang tinggi di satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu, di sisi lain Suku Bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi Suku Bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan.

Sedangkan menurut Tandelilin (2001:213), Suku Bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Suku Bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung oleh perusahaan. Di samping itu, Suku Bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

(26)

2.7.2 Penetapan BI rate

Dahlan Siamat (2010:140) mengatakan bahwa pada dasarnya perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadp perkiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparasi yang dilakukan antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter.

Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG bulanan dengan mencangkup materi bulanan sebagai berikut :

1. Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDO berikutnya.

2. Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter dalam memengaruhi inflasi. 3. Dalam hal terjadi perkembangan di luar perkiraan semula, penetapan

stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDO bulanan melalui RDO mingguan.

BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.

2. Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey, pendapat ahli, hasil-hasil riset ekonomi, dll.

(27)

2.8 Nilai Tukar

2.8.1 Pengertian Nilai Tukar

Menurut Madura (2006:88) pengertian nilai tukar adalah :

“Nilai tukar atau kurs adalah pengukuran untuk mengukur suatu valuta dari perspektif lain.”

Kemudian Menurut Sukirno (2012:397) Kurs adalah:

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Selanjutnya Menurut Samuelson (2004:305) pengertian nilai tukar adalah:

“Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar mata uang asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan.”

Dengan kata lain nilai tukar digunakan sebagai alat untuk mengukur harga suatu mata uang atas mata uang lain. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat atau terjadi penurunan terhadap penawaran akan suatu mata uang, maka exchange rate semakin tinggi.

2.8.2 Sistem Nilai Tukar

Berbedanya nilai tukar suatu valuta di setiap negara tergantung dari kebijakan pendapatan sistem nilai tukar negara tersebut. Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut beberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah, kategori – kategori sistem nilai tukar menurut Madura (2006:165-160) adalah sebagai berikut :

a. Sistem nilai kurs tetap

Sistem nilai tukar tetap adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas –batas yang

(28)

sangat sempit. Jika nilai tukar mulai bergerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankannya dalam batas – batas yang dimaksud.

b. Sistem nilai kurs mengambang bebas

Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibiarkan mengikuti kekuatan – kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini perusahaan – perusahaan multinasional perlu menyerahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola resiko valuta asing.

c. Sistem nilai kurs mengambang terkendali

Sistem mengambang terkendali adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas– batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa melakukan intervensi untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar tersebut.

d. Sistem nilai kurs terpatok

Sistem nilai tukar terpatok yang merupakan sistem moneter dimana valuta–valuta dipatokan ke suatu valuta lain atau kesuatu unit perhitungan dalam batas–batas tertentu.

2.8.3 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Menurut Sukirno (2004:402), Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor yaitu :

a. Perubahan dalam Citrarasa Masyarakat

Citrarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka, perubahan citrarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang – barang yang diproduksikan didalam negeri mapun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang – barang dalam negeri menyebabkan

(29)

keinginan mengimpor bertambah besar. Perubahan – perubahan ini akan menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing.

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang – barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relative murah akan menaikkan ekspornya berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi jumlah impor. Dengan demikian perubahan dalam penawaran dan permintaan terhadap mata uang negara tersebut.

c. Kenaikan (harga) inflasi

Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti inii disebabkan oleh efek inflasi sebagai berikut : (i) inflasi menyebabkan harga – harga di dalam negeri lebih mahal dari harga – harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi kecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga – harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan terhadap valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan terhada mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila

(30)

lebih banyak modal dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara lain.

2.8.4 Terjadinya Perubahan Nilai Tukar

Lazimnya perubahan nilai tukar mata uang terjadi karena empat hal, yaitu:

a. Depresiasi adalah penurunan mata uang nasional terhadap mata uang lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply and demand didalam pasar.

b. Apresiasi adalah peningkatan mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply and demand didalam pasar.

c. Devaluasi adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing lainnya yang dilakukakan secara resmi oleh pemeintah suatu negara. d. Revaluasi adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai

mata uang asing lainnya lainnya yang dilakukakan secara resmi oleh pemeintah suatu negara.

Bagi investor sendiri, depresiasi terhadap Dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi Rupian dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga nilai Dollar akan menguat dan menurunkan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini tentunya menambahkan risiko bagi investor apabila hendaknya berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan menghindari risiko, sehingga investor cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian di Indonesia dirasakan membaik. Asli jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan mengalihkan investasinya ke Dollar Amerika.

Secara teori ada dua sudut pandang tentang keterkaitan harga saham dengan nilai tukar. Di satu sisi para pendukung model “portfolio

(31)

balance”meyakinkan bahwa harga saham memengaruhi nilai tukar secara negatif (Saini dkk, 2012). Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan dapat memengaruhi nilai tukar melalui permintaan uang. Sebagai contoh, semakin tingginya harga saham akan menyebabkan semakin tingginya permintaan uang dan tingkat suku bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang domestik.

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian

Putu Fenta Pramudya Chaya, dkk (2015)

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property and Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013 (Jurnal, Vol 3, 2015) Independen :  Nilai Tukar Rupiah  Inflasi Dependen :  Indeks Harga Saham Regresi Linear Berganda

1. Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham.

2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham.

(32)

Johnson Lukisto (2014) Dampak Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property di Indonesia Periode 1994-2012 (Junrnal Analisis Vol.3 No.2, 2014) Independen :  Inflasi  Suku Bunga SBI  Kurs Rupiah Indonesia Terhadap US Dollar  PDB Growth Dependen :  Indeks Harga Saham Regresi Linear Berganda 1. Inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham. 2. Suku Bunga SBI

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham.

3. Kurs rupiah terhadap dollar pengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham.

4. Pertumbuhan PDB berpengaruh terhadap indeks harga saham. Deni Rohmanda, Suhadak dan Topowijono (2014) Pengaruh Kurs

Rupiah, Inflasi dan BI rate Terhadap Harga Saham Pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 205-2013 Independen :  Kurs Rupiah  Inflasi  Bi Rate Dependen :  Harga Saham Regresi Linear Berganda 1. Kurs Rupiah berpengaruh terhadap harga saham pada setiap indeks sektoral BEI.

2. Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

3. BI rate berpengaruh terhadap harga saham di 6 Indeks Sektoral

(33)

BEI Edward Kitati, Evusa Zablon dan Henry Maithya (2014) The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Price For the Companies Quoted on the Nairobi Securities Exchange in Kenya Independen :  Kurs  Tingkat Suku Bunga  Inflasi Dependen :  Indeks Harga Saham Analisis regresi sederhana dan berganda

1. Kurs, Tingkat Suku bunga dan inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham Sangkyun Park (2006) Rationality of negative stock price responses to strong economic activity Independen :  Harga Konsumen  GDP  Tingkat inflasi  Suku Bunga Dependen :  Return Saham Regresi Linear Berganda 1. GDP mempunyai pengaruh positif dan siginfikan terhadap return saham

2. Sedangkan Harga Konsumen, Tingkat Inflasi dan Suku

Bunga tidak

berpengaruh

terhadap harga saham.

(34)

2.10 Kerangka Pemikiran

Pengertian manajemen keuangan menurut Sonny (2003):

“Manajemen keuangan adalah kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana untuk mendapatkan dana, memakai dana, dan untuk mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh.”

Berdasarkan pengertian di atas bahwa manajemen keuangan sangat berperan dalam aktivitas perusahaan. Dimana aktivitas perusahaan adalah bergerak dalam pencarian sumber dana dan pengelolaan dana secara efektif dan efisien. Dengan melakukan aktivitasnya dengan efektif dan efisien, perusahaan akan memperoleh laba secara maksimal yang dapat memaksimalkan kemakmuran investor.

Pasar modal sebagai alternatif investasi mempunyai fungsi sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka panjang. Pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Pembeli adalah suatu invididu maupun organisasi yang mempunyai kelebihan dananya. Melalui pasar modal pembeli dapat melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan. Dan penjual adalah suatu organisasi ataupun individu yang memerlukan tambahan modal.

Pasar modal juga memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk melalukan investasi. Dalam melakukan investasi pada dasarnya investor mempunyai tujuan ingin mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Di samping itu, dalam investasi dalam bentuk apapun investor tidak hanya mendapatkan imbalan dari investasi yang dilakukannya tetapi terdapat resiko-resiko yang mungkin dapat terjadi. Terdapat dua jenis resiko-resiko yang mungkin dihadapi oleh investor yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis.

(35)

Terdapat faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini faktor yang memengaruhinya adalah faktor eksternal merupakan faktor fundamental ekonomi biasanya bersifat makro seperti naik turunnya suku bunga, perubahan nilai tukar mata uang. Faktor eksternal ini adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan. Menurut (Emi Kurniawati, 2015) kendala eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham seperti inflasi, BI rate, kurs dan jumlah uang beredar. Faktor makro ekonomi yang mempunyai hubungan dekat dengan perkembangan perusahaan antara lain laju inflasi, suku bunga, kurs rupiah terhadap uang asing serta pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebelum melakukan investasi, investor juga perlu mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang terjadi serta prediksi atas kondisi di masa yang akan datang.

Resiko sistematis pada penelitian ini terdiri dari inflasi, suku bunga, dan niali tukar rupiah (kurs).

Menurut Sukirno (2004:10):

“Inflasi adalah kondisi dimana harga mengalami kenaikan secara menyeluruh yang dipicu oleh adanya jumlah uang beredar yang berlebihan.”

Meningkatnya inflasi secara berlebihan merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal, karena dapat mengakibatkan menurunnya harga saham. Begitupun sebaliknya, jika inflasi menurun merupakan sinyal positif bagi investor karena harga saham akan cenderung naik. Menurut (Mar’atus Sholihah, 2009), tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek invesrasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam serta menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif dan pada akhirnya akan menurunkan harga saham. Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan negatif terhadap indeks harga saham. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan yang dapat dinikmati oleh

(36)

perusahaan, profitabilitas akan menurun, menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal (Farid Harianto, 2005).

Menurut Bank Indonesia pengertian BI rate adalah :

“Suku bunga kebijakan moneter yang ditetapkan mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.”

BI rate mempunyai fungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dala kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI rate. BI rate pada umumnya dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dan tingkat suku bunga juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham. Semakin tinggi BI rate, kemungkinan akan terjadi inflasi yang tinggi pula,. BI rate dapat mempengaruhi daya beli atau konsumsi masyarakat (Elzardo, 2009). Kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan beban bunga kredit dan berdampak pada penurunan laba bersih. Penurunan laba bersih akan berdampak pada penurunan laba per saham akibatnya akan harga pasar di saham akan menurun. Hal ini terjadi karena investor cenderung menjual sahamnya dan mengalihkan dananya dalam bentuk deposito agar memperoleh keuntungan yang diharapkan dan tingkat resiko yang lebih aman. Jika tingkat bunga menurun, investor cenderung lebih suka investasi dengan membeli saham ,sehingga permintaan saham akan meningkat dan akan mendorong peningkatan harga saham.

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang beredar, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut (Hermuningsih, 2012:45). Kurs merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai suatu kondisi perekonomian. Fluktuasi kurs yang berubah cukup tajam mengindikasikan kondisi perekonomian suatu negara sedang mengalami ketidakstabilan. Kurs mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

(37)

Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui pendekatan pasar barang (good market approach), ketika kurs mengalami perubahan maka akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan, yang akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi, maka yang berkaitan dengan biaya bahan baku impor akan mengalami kenaikan. Dan akan menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi menurun sehingga tingkat return yang ditawarkan akan menurun. Penurunan return yang ditawarkan akan mengakibatkan permintaan terhadap saham berkurang sehingga harga saham tersebut akan menurun di pasar. Kondisi tersebut akan mendorong investor untuk melepaskan sahamnya. Para investor yang memiliki kecenderungan untuk melepaskan sahamnya akan menyebabkan harga saham tersebut turun. Kondisi penurunan harga saham akan tercermin pada indeks harga saham. Harga saham akan terpengaruh oleh kurs melalui tindakan investor asing yang mana keputusan investasinya dipengaruhi oleh kondisi kurs.

Adapun untuk berinvestasi, investor membutuhkan suatu informasi mengenai kondisi perusahaan. Salah satu informasi yang dapat digunakan yaitu dengan melihat historis harga saham perusahaan. Apabila harga saham suatu perusahaan terus mengalami kenaikan, maka menjadi sinyal positif bagi investor.

Berdasakan uraian kerangka pemikiran dan pendapat di atas, maka dapat digambarkan suatu bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti, dengan demikian alur kerangka berfikir dari penelitian ini dapat disusun dalam bagan kerangka pemikiran disajikan sebagai berikut:

(38)

Pengangguran Minyak Dunia JUB Laju Inflasi (X1) Tingkat Suku Bunga (X2) Nilai Tukar Rupiah (X3) Indeks Harga Saham Makro Ekonomi Manajemen Keuangan Sistematis Tidak Sistematis Faktor Fundamental Faktor Non

Fundamental PerusahaanKinerja Resiko Investasi Pasar Modal Fungsi Manajemen Keuangan

(39)

2.10.1 Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham

Inflasi merupakan kecenderunga harga barang-barang akan menjadi meningkat secara umum yang terjadi terus menerus. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap kenaikan biaya produksi suatu perusahaan. Biaya produksi yang tinggi tentu akan meningkatkan harga jual barang menjadi naik, sehingga akan menurunkan jumlah penjualan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yang tercermin pada harga saham. Apabila perusahaan tidak dapat mengantipasi laju inflasi maka akan meningkatkan harga barang, sehingga konsumsi akan menurun. Pengaruh dari kenaikan laju inflasi tersebut pun akan menurunkan harga saham.

Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi inflasi akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan merupakan informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham suatu perusahaan.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin rendah return saham yang akan dihasilkan.

2.10.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham

Menurut Tandellin (2010:184) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya dana investasi berupa tabungan atau deposito.

(40)

Ketika suku bunga tinggi, masyarakat akan mengurangi berinvestasi atau melakukan konsumsi sehingga beralih untuk menabung. Hal ini akan berdampak pada para pemodal, pemodal akan lebih tertarik untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito daripada melakukan investasi terhadap saham. Pengalihan dana oleh para investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham secara besar-besaran sehingga akan menurunkan indeks harga saham.

2.10.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham

Kurs valuta asing adalah salah satu pengukuran lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Maka dari itu kurs valuta asing dapat dipergunkan sebagai salah satu ukuran untuk melihat kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.

Dengan melihat porsi kepemilikan saham asing di bursa efek Indonesia yang sangat meendominasi, maka kecenderungannya adalah semakin tinggi nilai mata uang dollar maka semakin tinggi pula indeks harga saham.

Berdasarkan argument Syahrir (2001:21), mengenai Kurs Rupiah terhadap Dollar US. Apabila terjadi penurunan kurs rupiah secara berlebihan akan berdampak pada perusahaan go public. Besarnya impor dari perusahaan akan mempertinggi biaya produksi serta menurunnya laba perusahaan, selanjutnya harga perusahaan tersebut akan anjlok sehingga indeks harga saham akan mengalami penurunan.

(41)

Terjadinya penurunan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan pada akhirnya juga akan menyebabkan permintaan saham berkurang karena para investor mengalihkan dananya yang lebih menguntungkan sehingga secara teoritis nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham.

2.11 Hipotesis Penelitian

Menurut Uma Sekaran (2009:135), Hipotesis merupakan hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini akan ditarik hipotesis hubungan antara variabel-variabel independen yaitu Laju Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham.

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Laju Inflasi berpengaruh Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Food and

Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2015.

H2:Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor

Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2015. H3: Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor

Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2015. H4: Laju Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan

berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2015.

Gambar

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

daripada ACA yang datang dari keluarga sedemikian kekal dengan satu sama lain untuk tujuan perlindungan; manakala mereka yang tidak mampu bertahan akan kesakitan, perasaan

Zakat Profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian professional tertentu baik yang dilakukan sendirian maupun dilakukan bersama dengan

 Komite tidak menyetujui penggunaan Tokoferol (INS. 150d) pada draft regional standard for non-fermented soybean product karena batas maksimum yang diajukan

Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang selanjutnya disebut reviu adalah penelaahan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas

Namun masih muncul pertanyaan, apakah hal tersebut telah benar–benar dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa bila dilihat dari lima dimensi pelayanan yaitu tangibles

(4) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, berupa pendapatan yang berasal dari APBD yang diterima dari Kas Umum Daerah

Perlakuan, yang memiliki ketahanan paling tinggi terhadap gelatinisasi adalah tepung ganyong perlakuan A 2 T 1 (natrium metabisulfit 0,2% + asam sitrat 0,05%

Dari gambar tersebut dapat diuraikan bahwa kebutuhan stakeholder akan model Tata Kelola TI diPemkot Makassar berkaitan dengan pengadaan system informasi, diperoleh