• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Metode System of Rice Intensification

Teknik budidaya padi dengan metode SRI sebetulnya tidak memiliki standar baku. Namun, berdasarkan pendapat para ahli seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya terdapat beberapa prinsip dalam penerapan metode SRI. Adapun prinsip tersebut dirangkum pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Prinsip dasar penerapan metode SRI berdasarkan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat

No Prinsip Pelaksanaan

Metode SRI Keterangan

1 Perendaman dengan air garam

Benih yang disemai adalah benih yang terendam oleh air garam

2 Umur benih Umur benih yang akan dipindahkan ke lahan sawah berkisar umur 5-15 hari

3 Jumlah bibit per lubang Jumlah bibit perlubang 1 hingga 3 bibit 4 Jarak Tanam Jarak tanam metode SRI 25x25 cm hingga

30x30 cm

5 Asupan pupuk Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik 6 Pengaturan air Air pada penerapan metode SRI adalah air

macak-macak (becek; antara ada air dan tidak) 7 Pengendalian hama Pengendalian hama dilakukan tanpa bahan

No Prinsip Pelaksanaan

Metode SRI Keterangan

kimia, biasanya menggunakan musuh alami 8 Pengendalian gulma Pengendalian gulma menggunakan tangan atau

kuil/gasrok 9 Pengendalian gulma

sebanyak 2 kali

Pengendalian gulma dilakukan minimal sebanyak 2 kali dari pemindahan benih hingga panen

Persepsi dan Adopsi Inovasi

Suprapto dan Fahrianoor (2004) menyatakan bahwa adopsi, adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya. Adopsi petani terhadap suatu teknologi pertanian sangat ditentukan oleh kebutuhan mereka terhadap teknologi tersebut dan kesesuaian teknologi dengan kondisi biofisik dan sosial budaya. Oleh karena itu, introduksi suatu inovasi teknologi baru harus disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi.

Proses terjadinya adopsi tidak dapat berlangsung secara serta merta. Terdapat proses dan tahapan dalam mencapai adopsi. Rogers (1983) mengemukakan lima tahap proses adopsi yaitu:

1. Knowledge, yaitu individu mulai mengenal adanya inovasi dan memperoleh berbagai pengertian tentang bagaimana fungsi/kegunaan dari inovasi tersebut.

2. Persuasion, yaitu individu mulai membentuk sikap suka-tidak suka terhadap inovasi.

3. Decision, yaitu individu melakukan aktivitas yang akan membawanya kepada pembuatan suatu pilihan untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi.

4. Implementation, yaitu individu menggunakan inovasi yang telah ia putuskan untuk digunakan.

5. Confirmation, yaitu individu mencari penguatan atas keputusan yang telah ia ambil, atau dapat menolak inovasi tersebut apabila bertentangan dengan pengalaman sebelumnya.

Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti diikuti oleh petani, tetapi hanya untuk menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan oleh peneliti maupun penyuluh. Peneliti menunjukkan perlunya waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan adopsi.

Selanjutnya, Lionberger (1962) mengemukakan beberapa faktor yang dapat memengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi suatu teknologi. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas umur dan tingkat pendidikan. Umur, kecenderungan usia tua biasanya semakin lambat mengadopsi inovasi dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat. Tingkat pendidikan petani adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh petani sampai saat dilakukan

penelitian ini. Faktor eksternal terdiri atas metode penyuluhan dan peran penyuluh. Metode penyuluhan adalah cara yang digunakan oleh penyuluh dalam penyampaian pesan. Peran penyuluh adalah penyampai pesan dalam sebuah program. Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan Ishak dan Afrizon (2011) menambahkan faktor internal yang diduga memengaruhi tingkat adopsi petani terhadap metode SRI yaitu luas penguasaan lahan dan tingkat pendapatan. Kedua hal ini diduga memengaruhi tingkat adopsi petani terhadap penerapan metode SRI.

Pengertian persepsi menurut Rahmat (2005) merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Persepsi diduga akan menentukan masyarakat mengadopsi atau tidak suatu teknologi. Keberhasilan dari metode SRI tidak terlepas dari penerimaan petani terhadap teknologi baru. Penerimaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik ketika persepsi masyarakat terhadap suatu teknologi baik. Persepsi adalah cara seseorang menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem indrawi. Dengan kata lain, persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi. Sensasi merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata sense, yang artinya alat indera yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah proses menangkap stimulus melalui alat indra. Proses sensasi terjadi saat alat indera mengubah informasi menjadi impuls saraf yang dimengerti oleh otak. Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi (Mutmainnah 1997). Dengan kata lain persepsi dapat juga dikatakan sebagai tanggapan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sehingga memunculkan aksi tertentu. Jika dihubungkan dengan persepsi petani terhadap metode SRI, maka secara harfiah dapat diartikan bahwa persepsi petani terhadap metode SRI merupakan pandangan yang dimiliki petani dalam melihat manfaat yang diperoleh dari penerapan metode SRI yang mereka lakukan.

Selanjutnya, menurut Lionberger (1962) terdapat lima atribut yang mendukung penjelasan tingkat adopsi dari suatu inovasi, meliputi keuntungan relatif, kecocokan, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas:

1. Keuntungan relatif, menjelaskan bahwa teknologi yang baru dapat menciptakan sesuatu hal yang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan teknologi yang lama. Dalam hal penerapan SRI keuntungan relatif dapat dilihat dari efesiensi input dan output yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

2. Kecocokan, menjelaskan tingkat suatu inovasi dirasa konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan potensi kebutuhan

adopter. Penerapan metode SRI sangat ditentukan oleh faktor sosial, budaya, dan politik setempat.

3. Kompleksitas, merupakan tingkatan suatu inovasi dirasa relatif sulit untuk dipahami dan digunakan dengan kata lain tingkat kesukaran suatu teknologi untuk diterapkan. Kecendrungan petani adalah menerapkan metode penanaman padi yang mudah dan meninggalkan metode yang sudah serta berbelit-belit.

4. Triabilitas, merupakan tingkatan suatu inovasi mungkin dicoba pada suatu basis terbatas. Triabilitas penerapan metode SRI belum tentu sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik alam, budaya, dan politik setempat.

5. Observabilitas, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Petani akan mengadopsi suatu teknologi jika teknologi itu sudah pernah dicoba dan terbukti berhasil.

Tingkat adopsi petani terhadap metode SRI disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah faktor karakteristik petani. Faktor tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, luas penguasaan lahan, tingkat pendapatan, dan pengalaman usahatani. Umur, kecenderungan semakin tua usia biasanya semakin lambat mengadopsi inovasi dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat. Tingkat pendidikan petani adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh petani sampai saat dilakukan penelitian. Semakin tinggi tingkat pendidikan diduga akan semakin mudah seorang petani untuk menerima teknologi baru karena dimungkinkan pola pikir petani akan semakin terbuka. Sedangkan luas penguasaan lahan akan memengaruhi tingkat kemudahan dalam penerapan SRI. Semakin luas lahan yang digunakan maka akan semakin susah untuk menerapkan SRI. Dugaan ini muncul karena metode SRI menggunakan pupuk organik dalam penerapannya yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Pengalaman usahatani juga diduga memengaruhi tingkat adopsi petani padi terhadap penerapan metode SRI. Petani yang sudah berpengalaman akan lebih mudah menerapkan metode SRI karena lebih mengetahui teknik-teknik dalam budidaya padi sehingga dengan cepat dapat mempelajari gejala-gejala perkembangan dan permasalahan budidaya padi.

Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik adalah sebuah pendekatan model matematik yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan beberapa variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y) yang dikotomus/politomus (Kleinbaum & Klein 2002). Model analisis ini digunakan untuk pemodelan masalah yang menggunakan variabel respon berupa kategorik dan dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent, yang mencapai ukuran metrik ataupun gabungan metrik dan nonmetrik.

Model analisis regresi logistik diformulasikan sebagai berikut;

Pi = Keterangan; e = bilangan natural = 2.71828 β0 = intercept β1 = koefisien model

Pi = peluang terjadinya Yi sukses

Xi = veriabel independen X observasi ke-i

Model tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bantuk nilai odds dan model logit (pi), yang dimaksudkan untuk memudahkan proses dan interpretasi. Nilai odds secara manual dapat dihitung dengan formula;

Nilai Odds =

Sedangkan untuk model logitnya dapat diformulasikan sebagai berikut; Logit (pi) = ln ( ) = β1+ β2X1+ β2X2 + … + βiXi

Pengujian model regresi logistik dilakukan secara overall dan secara parsial. Pengujian secara overall ditujukan untuk mengetahui apakah model signifikan dapat menjelaskan variabel dependent, maka digunakan uji likelihood

sedangkan secara parsial ditujukan untuk mengetahui variabel independent yang paling berpengaruh terhadap variabel dependent, maka digunakan uji Wald.

H0: βi = 0 (variabel Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel respon)

H1: βi ≠ 0 (variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel respon)

Statistik uji Wald di bawah ini digunakan untuk menguji hipotesa tersebut. Wi =

Keterangan;

bi = Koefisien model dugaan untuk variabel independen Xi

SE Coef (bi) = Simpangan baku koefisien Xi

Statistik Wi menyebar mengikuti sebaran normal baku (Z). Pada output komputer disajikan nilai P, P = Peluang (│Z│>Wi ). Apabila P < Zα/2 maka disimpulkan tolak H0pada taraf nyata α. Sebaliknya, apabila P ≤ Zα/2 maka disimpulkan terima

H0pada taraf nyata α.

Uji likelihood ratio dilakukan melalui uji hipotesis, yang dinyatakan sebagai berikut;

H0: β1= β2= β3 = β4= β5 = 0 (model dugaan tidak signifikan)

H1 : minimal ada satu βi ≠ 0 (model dugaan signifikan)

Untuk menguji hipotesa tersebut, digunakan statistik uji likelihood ratio sebagai berikut:

G = -2ln

Keterangan; ln adalah logaritma dengan basis bilangan natural (e).

Pada output SPSS disajikan nilai P, dimana P = Peluang (X2df = k > G). Apabila P < α atau G >X2

(df = k)a maka disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata α. Interpretasi model logistik dimaksudkan untuk mendeskripsikan seberapa besar perubahan variabel respon jika ada perubahan pada variabel independent. Nilai odds ratio digunakan untuk keperluan tersebut. Nilai odds ratio berkisar antara nol hingga tak hingga. Adapun nilai odds ratio dapat dikategorikan menjadi tiga kategori sebagai berikut:

a) Jika bi bertanda positif, maka odds ratio akan bernilai lebih dari satu, yang artinya xi berpengaruh positif terhadap variabel respon sukses.

b) Jika bi bertanda negatif, maka odds ratio akan bernilai antara nol dan satu, yang artinya xi berpengaruh negatif terhadap variabel respon sukses. c) Jika bi bernilai nol, maka odds ratio akan bernilai satu, yang artinya xi

Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini mengkaji tentang tingkat persepsi masyarakat terhadap penerapan SRI pada budidaya padi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa persepsi dengan sendirinya akan memengaruhi tingkat adopsi masyarakat terhadap penerapan suatu teknologi, maka pada penelitian ini juga akan meneliti tentang tingkat adopsi masyarakat untuk menerapkan teknologi tersebut.

Persepsi terhadap SRI merupakan pandangan yang diperoleh terhadap manfaat dari metode SRI (Ishak dan Afrizon 2011) sedangkan adopsi merupakan penerapan suatu ide, alat-alat, dan teknologi baru melalui proses penyuluhan (Mardikanto, Totok, dan Sutarni 1982). Kedua hal ini adalah sebuah kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian ini, persepsi masyarakat akan diukur secara kualitatif dengan menyebar kuesioner yang disusun dengan pengukuran interval skala likert. Pada kuesioner ini, terdapat lima kategori yang menjadi skala untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap penerapan metode SRI. Lima skala tersebut meliputi sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Persepsi petani dikatakan baik jika dalam data ditemukan skor yang diperoleh responden lebih besar dari kuartil III keseluruhan data, dan dikatakan tidak baik ketika skor responden lebih kecil dari kuartil III.

Sedangkan untuk tingkat adopsi dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif akan dilakukan interpretasi terhadap hasil survei sedangkan secara kuantitatif akan dikaji dengan regresi logistik faktor-faktor internal karakteristik petani terhadap tingkat adopsi metode SRI. Tingkat adopsi petani terhadap SRI dapat diketahui dengan memberikan pernyataan dan diberi tingkat skala nilai variabel selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Terdapat 5 variabel asumsi yang memengaruhi tingkat adopsi masyarakat, yaitu tingkat pendidikan, lama pelatihan, usia, pengalaman usahatani, dan luas lahan. Semua faktor ini selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan uji Wald untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat adopsi masyarakat. Akhirnya, akan diketahui persepsi masyarakat, tingkat adopsi dan pengaruh faktor karakteristik petani terhadap tingkat adopsi, pada metode SRI di Desa Simarasok sehingga dapat memberikan saran dan masukan atas strategi penerapan metode SRI.

Gambar 5 Bagan kerangka berpikir penelitian persepsi dan tingkat adopsi petani terhadap metode SRI

1. Bagaimana persepsi petani terhadap metode SRI? 2. Apakah metode SRI sudah diadopsi sesuai anjuran?

3. Apakah hal-hal yang memengaruhi tingkat adopsi masyarakat Desa Simarasok terhadap metode SRI?

Interval dengan skala likert (sangat setuju, setuju, ragu- ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju)

 pembahasan kualitatif deskriptif

Penerapan sistem penanaman padi dengan SRI di Desa Simarasok

Persepsi petani

Regresi logistik

Data gambaran persepsi, tingkat adopsi, dan faktor- faktor (lama pelatihan, luas lahan, lama usahatani, usia, tingkat pendidikan, persepsi) yang berkolerasi

terhadap penerapan SRI di Desa Simarasok Tingkat adopsi petani terhadap metode SRI

Baik Tidak baik

Kualitatif Kuantitatif

Saran kepada pemerintah terkait tingkat adopsi petani terhadap penerapan metode SRI

Masalah: Sulitnya meyakinkan petani beralih ke metode SRI, adopsi metode SRI rendah, tidak semua daerah mau menerapkan SRI

Dokumen terkait