• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan fisik dan ekonomi yang sejalan dengan perlindungan lingkungan harus dilaksanakan secara simultan, agar tercapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No. 23 Tahun 1997). Pertumbuhan ekonomi disertai pesatnya peningkatan penduduk, perkembangan teknologi serta kegiatan industri menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama daerah perkotaan seperti DKI Jakarta. Permasalahan lingkungan Jakarta yang makin meningkat membuat Jakarta sulit keluar dari bencana banjir, krisis air bersih, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara yang membuat kondisi Jakarta makin terpuruk. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di kota Jakarta hampir mencapai 5°C (Wardhana, 2010). Permasalahan tersebut akan menjadi beban bagi lingkungan Jakarta bila tidak ada upaya untuk meminimalkan dampaknya.

Salah satu upaya pencegahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Pemerintah DKI telah berupaya melakukan perlindungan lingkungan dengan baku mutu lingkungan dari beberapa peraturan perundangan yang telah dibuat seperti SK Gubernur DKI Jakarta No. 1222 Tahun 1990 tentang baku mutu udara emisi kendaraan bermotor (Siahaan, 2004). Di sisi lain, diperlukan pula suatu upaya penataan lingkungan yang baik, serasi, dan seimbang pada sistem perencanaan yang baik berupa tata ruang.

24 Sistem tata ruang merupakan pengelolaan lingkungan dalam berbagai fungsi yang didasarkan pada karakter, sifat, corak, dan potensi dari tata lingkungan itu sendiri (Siahaan, 2004). Adanya sistem tata ruang maka dengan mudah dapat diketahui kemampuan suatu ekosistem lingkungan atau sumberdaya alamnya. Setiap daerah dibuatkan tata ruang sesuai karakter ekosistemnya. DKI Jakarta memiliki rencana tata ruang yang berlandaskan hukum, yaitu Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI Jakarta.

Salah satu bagian dalam RUTR DKI Jakarta terdapat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengenai kegiatan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan yang sehat dan aman sehingga mampu memperbaiki kondisi kehidupan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satunya adalah membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH sebagai penyeimbang ekosistem kota, baik itu sistem hidrologi, klimatologi, keanekaragaman hayati, maupun sistem ekologi lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, estetika kota, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat (Joga dan Ismaun, 2011). Sejauh ini, luas RTH Jakarta masih belum memenuhi kriteria yang disyaratkan UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yaitu sebesar 30%. Keterbatasan lahan, dana yang tersedia, dan mahalnya harga tanah menjadi kendala pemerintah daerah Jakarta sulit memasukkan target RTH 30% ke dalam RTRW kota. Meskipun demikian, pemerintah DKI terus berupaya lebih lanjut untuk memperbaiki, menyelaraskan, menyempurnakan, dan meningkatkan RTH kota berupa ruang hijau publik yang salah satunya adalah taman kota.

Taman Kota Menteng merupakan salah satu taman kota upaya pemerintah DKI Jakarta untuk menambah RTH Publik guna mencapai target RTRW DKI

25 Jakarta sebesar 20%. Taman Menteng dibangun di lahan seluas ± 24 546 m2 yang awalnya merupakan Stadion Persija Menteng. Pembangunan taman ini dirancang dengan tujuan utama memperbaiki kualitas lingkungan bagi masyarakat Menteng, keindahan kota, dan memberikan taman interaktif bagi masyarakat yang nyaman, indah, menarik, dan nyaman (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2012). Pada dasarnya taman kota adalah taman umum pada skala kota yang peruntukannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat di kota yang bersangkutan (Arifin et al, 2007). Menurut Eckbo (1964)

dalam Arsyanur (2008), taman kota merupakan ruang dengan penggunaan terbatas dengan bentuk yang fleksibel dibangun dengan kontruksi serendah mungkin dengan menggunakan material alami secara maksimal. Tekanan terhadap stres yang biasa dialami oleh penduduk kota dapat dikurangi dengan cara rekreasi di alam terbuka seperti taman kota. Rekreasi pada kawasan taman kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang penat dan jenuh dari aktivitas rutin, agar siap menghadapi tugas yang baru. Selain itu, keberadaan Taman Menteng dapat menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, khususnya daerah Menteng.

Dinas pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta selaku pengelola Taman Menteng terus berupaya untuk mengelola taman secara baik sehingga dapat memberikan taman interaktif yang diminati oleh masyarakat tanpa melupakan fungsi utama taman sebagai fungsi ekologis seperti daerah resapan air. Taman Menteng memiliki potensi untuk menunjang perbaikan kualitas lingkungan dan sarana serta prasarana bagi masyarakat sekitar untuk memperoleh hiburan baik dalam rekreasi maupun olahraga. Potensi baik yang dimiliki Taman Menteng

26 menyebabkan meningkatnya kunjungan ke lokasi ini dengan bermacam aktivitas. Secara tidak langsung, aktivitas tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap keberlanjutan taman. Keindahan dan eksistensi taman akan tercipta jika pengelola, pengunjung dan masyarakat secara bersama-sama berperan aktif untuk menjaganya. Penelitian mengenai nilai dan manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan keberadaannya dengan mengetahui persepsi multi pihak akan fungsi keberadaan Taman Menteng, menilai ekonomi keberadaan Taman Menteng melalui pendekatan harga pasar dan non pasar, dan mengetahui apakah keberadaan Taman Menteng memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Adanya keberadaan Taman Menteng perlu dikaji manfaatnya agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan pengelolaan Taman Menteng kedepannya oleh pihak-pihak yang terkait. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2.

27

Gambar 2. Skema Kerangka Alur Berfikir

Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng sebagai RTH Identifikasi Persepsi Multistakeholder akan Fungsi Keberadaan Taman Menteng Manfaat Ekonomi yang Ditimbulkan dari Keberadaan Taman Menteng

Manfaat Keberadaaan Taman Menteng sebagai Salah Satu RTH di Jakarta Metode CVM dan Biaya Pengganti Analisis Deskriptif Pendekatan Persepsi Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Pembuatan/Penambahan Luas RTH Perkotaan

Pengelolaan RTH sebagai Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat

Fungsi dan Pemanfaatan Taman Menteng, Jakarta Pusat oleh Masyarakat dan Pengunjung

Perlu Upaya Meningkatkan Kualitas Lingkungan Perkotaan

Perubahan Kualitas Lingkungan Perkotaan Akibat Peningkatan Jumlah Penduduk dan

IV. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait