• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan hutan Regaloh sebagai hutan produksi (kawasan hutan

yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, baik kayu maupun

non kayu, berdasarkan UURI No. 41 Bab I pasal 1 tentang Kehutanan) oleh

Perum Perhutani dilaksanakan dengan penganekaragaman pemanfaatan

35

Regaloh diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No. 34/2002 Pasal 25 yang

menunjukkan bahwa pelaksanaan pemanfaatan hutan pada hutan produksi harus

tetap menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan fungsi pokoknya. Pada

dasarnya pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan,

kecuali pada cagar alam, zona inti dan zona rimba pada Taman Nasional (Pasal

16 PP No.34 / 2002).

Pemanfaatan sumberdaya hutan yang selama ini telah berjalan di

Hutan Regaloh antara lain tegakan pokok hutan berupa pohon Jati (Tectona

grandis), pengembangan perlebahan oleh Unit Pelaksana Pengembangan

Perlebahan (UP3) Regaloh, Pengusahaan Sutera Alam (PSA), wanawisata

berupa camping ground serta pemanfaatan tumpangsari oleh pesanggem.

Penelitian ini difokuskan terutama pada pemanfaatan sumberdaya hutan berupa

tumpangsari di lahan andil dan wanawisata (camping ground). Pemanfaatan

sumberdaya hutan di kawasan Hutan Regaloh berdasarkan pengamatan

sementara di lapangan diduga mempunyai prospek untuk ditingkatkan.

Sementara itu kenyataan menunjukkan bahwa kawasan Hutan Regaloh kurang

berkembang. Walaupun PT. Perhutani (Persero) telah memberlakukan program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (masyarakat desa hutan khususnya

petani pesanggem memperoleh lahan andil untuk menanam tanaman pangan

dengan sistem tumpangsari di antara tegakan hutan), namun dirasakan belum

ada usaha pengembangan kawasan yang cukup berarti. Masyarakat sekitar hutan

disinyalir belum sejahtera yang diindikasikan dengan kurang mampu dalam

36

mempengaruhi masih rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan

Hutan Regaloh antara lain:

a. Keterbatasan dana dari Perhutani dan belum adanya investor yang ikut serta

mendanai pengembangan kawasan terutama pada sektor pengembangan

wanawisata.

b. Belum adanya kesungguhan dari Perhutani untuk memberdayakan

masyarakat, karena tidak dilihat dari manfaat jangka panjang, yaitu menuju

kelestarian hutan dengan menumbuhkan rasa memiliki dan bertanggung

jawab dalam diri masyarakat desa hutan.

c. Koordinasi Perhutani dengan instansi pemerintah belum terjalin dengan

baik.

d. Dari pihak Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah belum menunjuk Hutan

Regaloh sebagai wanawisata (Agro Silvo Wisata).

e. Adanya kemungkinan keengganan masyarakat untuk mengikuti program

PHBM karena dilihat dari segi keuntungan (income rumah tangga) disinyalir

sangat kecil.

f. Orientasi Perhutani masih terkonsentrasi untuk mengusahakan produksi

kayu dengan kualitas dan kuantitas yang baik.

g. Belum adanya studi atau penelitian mengenai kegiatan-kegiatan positif yang

mungkin dan layak dilakukan untuk pemanfaatan kawasan Hutan Regaloh.

Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan penelitian ‘Apakah

Hutan Regaloh dapat lebih berkembang daripada kondisi sekarang ini melalui

37

tumpangsari dan wanawisata?’. Dengan demikian pengembangan kawasan

Hutan Regaloh harus berdasar potensi sumberdaya hutan yang ada dengan

didukung oleh sosial ekonomi masyarakat dan faktor penunjang pemanfaatan

sumberdaya hutan. Artinya, pemanfaatan sumberdaya hutan harus mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan tanpa mengabaikan

kelestarian lingkungan hutan.

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan hutan adalah mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat

petani pesanggem dan non pesanggem yang terkait aktivitas di hutan.

Identifikasi kondisi sosial ekonomi ini dilakukan untuk dapat mengetahui

peranan keberadaan hutan terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat petani

pesanggem maupun non pesanggem yang meliputi pendapatan masyarakat,

tingkat pendidikan maupun mata pencaharian. Demikian pula sebaliknya,

kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pesanggem dan non pesanggem yang

terkait dengan aktivitas hutan diduga mempunyai peran dalam pengelolaan

hutan. Pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada kearifan dalam

pengelolaan sumberdaya hutan serta kesadaran untuk mempertahankan

kelestarian hutan. Masyarakat dengan tingkat perekonomian rendah akan lebih

banyak bergantung pada hutan, sehingga aktivitas di kawasan hutan tidak hanya

diposisikan sebagai pekerjaan sampingan tetapi justru sebagai pekerjaan pokok

mereka. Data sosial ekonomi yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis secara

kuantitatif dan deskriptif sehingga dapat untuk mengetahui potensi dan

38

Langkah kedua, mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang potensial. Dalam hal ini cukup dibatasi lahan kawasan hutan (lahan sela),

vegetasi kawasan hutan (di luar tanaman tegakan hutan) dan potensi

wanawisata. Identifikasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang potensial ini

dilakukan untuk mengetahui hasil- hasil usaha pemanfaatan sumberdaya hutan

yang potensial oleh masyarakat petani pesanggem, non pesanggem yang terkait

dengan aktivitas hutan maupun pihak Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan

Pati. Hasil identifikasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang potensial tersebut

antara lain mencakup:

a. Menghitung produktivitas lahan andil serta analisis deskriptif tentang

potensi dan permasalahan penggunaan lahan andil (lahan sela) di kawasan

Hutan Regaloh.

b. Menghitung produksi tanaman pangan dan non pangan (di luar tanaman

tegakan hutan) dengan cara menggali data dan informasi besarnya hasil

panen dari tanaman pangan dan non pangan yang ditanam di lahan andil

kawasan Hutan Regaloh, serta analisis deskriptif tentang potensi dan

permasalahan vegetasi (di luar tanaman tegakan hutan) tersebut.

c. Menggali data dan informasi mengenai income yang diperoleh Perhutani

(Persero) dari wanawisata (camping ground) setiap tahun serta analisis

deskriptif tentang potensi dan permasalahan dari wanawisata tersebut.

Apabila sumberdaya hutan tersebut ternyata mempunyai hasil yang cukup bagus

dari segi produksi maupun pengaruhnya bagi sosial ekonomi masyarakat serta

39

maka sumberdaya hutan tersebut dianggap mempunyai prospek yang bagus

untuk lebih dikembangkan dan ditingkatkan produktivitasnya.

Langkah ketiga, mengidentifikasi faktor penunjang pemanfaatan sumberdaya Hutan Regaloh yang meliputi infrastruktur, aksesibilitas kawasan,

sarana produksi, pembinaan bagi masyarakat sekitar hutan terutama petani

pesanggem serta pemasaran hasil pemanfaatan sumberdaya hutan. Identifikasi

ini dilakukan untuk mengetahui sarana prasarana yang mendukung pemanfaatan

sumberdaya hutan, antara lain mengenai kualitas dan panjang jalan, fasilitas

penginapan, MCK, Mushalla. Sarana produksi meliputi teknologi yang dipakai

dalam pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu mesin- mesin pertanian,

penggunaan pupuk, obat-obatan pertanian, penggunaan bibit unggul serta sistem

penanaman tanaman pertanian yang digunakan. Sarana produksi lainnya adalah

modal yang menggambarkan mengenai besarnya rupiah yang dikeluarkan petani

sampai menghasilkan produksi pertanian (beras, jagung, kacang tanah, kunyit,

jahe dan sebagainya).

Pembinaan kepada petani pesanggem yang dilakukan baik oleh Perum

Perhutani, Lembaga Swadaya Masyarakat maupun Lembaga Masyarakat Desa

Hutan dalam penelitian ini juga dimasukkan ke dalam faktor penunjang

pemanfaatan sumberdaya hutan, karena pembinaan merupakan suatu upaya

untuk menambah wawasan, pengetahuan sekaligus koordinasi agar petani

pesanggem di dalam memanfaatkan lahan andil lebih terarah dan memperoleh

hasil panen yang lebih baik. Faktor penunjang lain adalah pemasaran produk,

40

ground). Kegiatan pemasaran ini berpengaruh terhadap perolehan keuntungan

bagi petani pesanggem maupun Perum Perhutani. Sedangkan dari pihak

konsumen, kegiatan pemasaran berpengaruh terhadap kecepatan produk untuk

dapat dikenal dan dinikmati oleh konsumen.

Pengaruh dari faktor penunjang pemanfaatan sumberdaya hutan ini

dapat dilihat dari 2 (dua) sisi. Pertama, dari sisi pemanfaatan sumberdaya hutan.

Aksesibilitas yang tinggi, kualitas jalan yang baik serta sarana angkutan yang

memadai mempengaruhi kelancaran dari segi pemasaran hasil-hasil pertanian

yang diproduksi dari lahan andil serta mempengaruhi kemudahan pencapaian

lokasi wanawisata. Kedua, dari sisi perkembangan kawasan. Apabila faktor

penunjang pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut cukup baik, maka

mendorong tumbuh kembangnya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi penduduk di

sekitar dan di luar kawasan hutan.

Langkah pertama, kedua dan ketiga tersebut selanjutnya digunakan

sebagai bahan analisis hasil setiap usaha pemanfaatan sumberdaya hutan.

Langkah keempat yaitu mengkaji kebijakan yang mengatur tentang pengembangan dan pengelolaan hutan produksi. Kebijakan-kebijakan yang

dikaji adalah yang mengatur tentang pengembangan dan pengelolaan hutan

produksi, antara lain undang-undang tentang pengembangan dan pengelolaan

hutan produksi, peraturan pemerintah tentang pemanfaatan sumberdaya hutan

serta kebijakan internal Perhutani tentang hutan produksi. Jadi, hutan produksi

dapat dikembangkan menjadi multi fungsi, tidak semata-mata hanya

41

mengurangi luasan hutan tersebut. Dari hasil analisis setiap usaha pemanfaatan

sumberdaya hutan, kajian kebijakan pengembangan dan pengelolaan hutan

produksi, dapat disusun strategi pengembangan kawasan hutan dengan

berpangkal pada kajian teori yang dipergunakan serta mengikuti

langkah-langkah pada metodologi penelitian. Dari seluruh langkah-langkah yang telah dilalui

tersebut dapat diperoleh kesimpulan dan rekomendasi bagi pengembangan

42

PROSES

INPUT Sumberdaya Hutan Regaloh

Pengelolaan oleh Perum Perhutani Program PHBM dari Perum Perhutani

Tegakan pokok hutan Pengembangan Perlebahan oleh UP3 Regaloh Pengusahaan Sutera Alam (PSA) Regaloh Wanawisata (camping ground) Pemanfaatan tumpangsari oleh pesanggem

Pengembangan kawasan Hutan Regaloh harus berdasar potensi sumberdaya hutan yang didukung oleh faktor penunjang pemanfaatan sumberdaya hutan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat Apakah Hutan Regaloh dapat Lebih Berkembang daripada Kondisi Sekarang Ini Melalui Strategi Pemanfaatan SDH bersama masyarakat yang Tepat Terutama dari Aspek Tumpangsari dan Wanawisata

Analisis Faktor Penunjang Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Identifikasi kondisi sosial

ekonomi petani pesanggem dan non pesanggem

Identifikasi Pemanfaatan SDH :

- lahan kws hutan

- vegetasi kws hutan

- potensi wanawisata

Identifikasi faktor penunjang pemanfaatan SDH : - Infrastruktur - Aksesibilitas - Sarana produksi - Pembinaan - Pemasaran Produk

Analisis kondisi sosial ekonomi

Analisa hasil setiap usaha pemanfaatan sumberdaya hutan

SDH Berpotensi ditingkatkan Pemanfaatannya Kawasan Hutan Regaloh kurang Berkembang

43

OUTPUT

Sumber: Hasil Analisis Penulis

GAMBAR 1.3.

DIAGRAM ALIR KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

Dokumen terkait