• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi pendidikan gizi yang dilakukan melalui teknik ceramah, diskusi, ataupun permainan dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan gizi subjek. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi pemilihan makanan dan perilaku terkait gizi sehingga berperan dalam aspek konsumsi yang mempengaruhi kejadian obesitas. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Akan tetapi, intervensi pendidikan gizi tersebut perlu ditambahkan dengan pemberian komponen lainnya agar berdampak lebih baik terutama dalam penanganan obesitas. Hal ini dikarenakan obesitas merupakan masalah kesehatan multifaktor yang tidak hanya disebabkan oleh pengetahuan gizi, tetapi juga aspek konsumsi dan aktivitas fisik.

Pola konsumsi yang berpengaruh terhadap obesitas yaitu konsumsi makanan yang mengandung serat. Menurut Jhonson (2008), asupan serat berhubungan signifikan dengan obesitas pada anak. Berbagai penelitian dilakukan mengenai sumber serat berupa buah dan sayur dengan obesitas pada anak. Orang-orang yang banyak mengonsumsi buah dan sayur memiliki risiko terkena obesitas yang lebih rendah dan sebaliknya (CDC 2011). WHO (2012) menganjurkan peningkatan buah dan sayur pada anak dalam rangka perbaikan angka obesitas. Serat yang terkandung pada bahan pangan seperti buah dan sayur mampu mengikat air membentuk volume gel yang besar dengan densitas energi yang rendah sehingga akan menurunkan konsumsi energi dan menurunkan nafsu makan dan membantu dalam penurunan berat badan (Wanders et al. 2011).

Obesitas pada anak juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik (Mahan dan dan Escott-Stump 2004, Danielzik et al. 2004, Chaput et al. 2006, Berdanier 2008). Anak yang menghabiskan waktu dengan aktivitas rendah seperti menonton TV dan bermain games berlebihan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada anak yang aktif (Gable et al. 2007, Barr-Anderson et al. 2008). Anak yang memiliki tingkat aktivitas rendah akan memiliki pengeluaran energi yang rendah sehingga terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar dan hal ini menyebabkan terjadinya obesitas.

Faktor lain yang mempengaruhi obesitas yaitu berat badan lahir, riwayat pemberian ASI eksklusif, status gizi orang tua (IMT ayah dan ibu), serta efisiensi metabolisme individu. Menurut Stein et al. (2005), anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berpeluang lebih besar mengalami obesitas pada kehidupan selanjutnya. Weyermann et al. (2006) menyatakan bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif 6 bulan memiliki OR kelebihan berat badan lebih kecil (0.4) daripada 3 bulan (0.8). Obesitas juga dipengaruhi oleh efisiensi metabolisme individu (Mahan dan Escott-Stump 2004). Penelitian yang dilakukan Heude et al. (2005) menunjukkan bahwa IMT ibu berhubungan dengan berat badan lahir anak daripada IMT ayah. Menurut Whitney et al. (2011), anak-anak dengan ayah dan ibu tidak obes memiliki peluang lebih rendah 10% terkena obes saat dewasa.

Karakteristik orang tua berupa pendidikan orang tua mempengaruhi perilaku terhadap anaknya, salah satunya konsumsi pangan. Chaput et al. (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan ayah dan ibu berhubungan signifikan dengan kejadian kegemukan pada anak. Data Balitbangkes (2010) menunjukkan

adanya peningkatan prevalensi kegemukan seiring dengan meningkatnya pendidikan kepala keluarga dan keadaan ekonomi rumahtangga. Selain itu, konsumsi pangan anak juga dipengaruhi oleh strategi pengasuhan, alergi makanan, dan budaya lingkungan (ketersediaan, sosial budaya dan kebijakan, situasi ekonomi, dan informasi) (Contento 2011).

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh pemberian buah-buahan dan aktivitas fisik pada intervensi pendidikan gizi terhadap berat badan dan IMT siswa obes. Kerangka penelitiannya disajikan pada Gambar 1.

Keterangan:

: Variabel utama yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai pengaruh intervensi pendidikan gizi dengan penambahan pemberian buah-buahan dan aktivitas fisik Pendidikan orangtua

Pola konsumsi pangan sumber serat (buah)

Asupan serat IMT ayah dan ibu

Penyebab obesitas

Riwayat pemberian ASI eksklusif

Berat badan lahir

Karakteristik subjek

Efisiensi metabolisme

Aktivitas fisik

Pengetahuan gizi

Intervensi pendidikan gizi dengan penambahan pemberian buah-buahan dan aktivitas fisik

Status gizi

Pola konsumsi (serat), aktivitas fisik

IMT/U

4 METODE

Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan desain kuasi eksperimental pada bulan Agustus sampai November 2014. Menurut Ary et al. (2009), desain kuasi eksperimental adalah desain penelitian yang tidak melakukan pengacakan pada responden secara individu. Pemberian intervensi dilaksanakan selama 5 minggu (Bogart et al. 2014). Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Lintas Fakultas Madanijah et al. (2014) dengan judul ―Intervensi Pangan Sumber Serat dan Pendidikan Gizi pada Anak Gizi Lebih di Kota Bogor‖. Pelaksanaan penelitian ini telah mendapatkan perizinan secara ethical clereance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP dr Kariadi Semarang dengan No.645/EC/FK-RSDK/2014 seperti terlihat pada Lampiran 1

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di Kota Bogor. Pemilihan Kota Bogor dikarenakan proporsi gizi lebih di Kota Bogor cukup besar yaitu 18.79% (Smadanijah et al. 2013). Data Kemenkes (2007) juga menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Bogor pada anak laki-laki dan perempuan berturut-turut sebesar 15.4% dan 8.6%. Penentuan SDIT dilakukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa kondisi sosial ekonomi di sekolah tersebut menengah ke atas sehingga jumlah siswa yang mengalami obesitas cukup tinggi serta berdasarkan kemudahan akses ke sekolah tersebut. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian yaitu SDIT Bina Insani, SDIT At Taufiq, SDIT Ummul Quro, SDIT Birrulwalidain, SDIT Insan Kamil, dan SDIT Aliya. Survei dilakukan pada keenam sekolah tersebut dan terpilih 3 sekolah yangmemiliki jumlah minimal sampel yang diperlukan dan memenuhi kriteria inklusi yaitu SDIT Aliya, SDIT Ummul Quro, dan SDIT Insan Kamil.

Subjek dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sekolahnya. Semua kelompok diberikan pre-test dan post-test. Penentuan perlakuan pada tiap kelompok dilakukan secara acak dengan rincian perlakuan A berupa intervensi pendidikan gizi dan aktivitas fisik (PG+AF), perlakuan B berupa pendidikan gizi dan buah-buahan (PG+B) serta perlakuan C berupa pendidikan gizi, aktivitas fisik, dan buah-buahan (PG+AF+B).

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah siswa SDIT kelas 5 dan 6 berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kelas 5 dan 6 dipilih sebagai subjek penelitian karena menurut Santrock (2007) bahwa anak pada rentang usia 7-12 tahun atau usia sekolah dasar berada pada tahap concrete operational yaitu anak mampu berpikir secara logika, mengklasifikasikan objek sesuai jenisnya, menyusun sesuatu, memahami maksud orang lain, dan mampu menyimpulkan. Pemilihan subjek pada tahap anak-anak dikarenakan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar masih cukup tinggi yaitu 10.8% (Balitbangkes 2013).

Pemilihan subjek dilakukan pada populasi siswa kelas 5 dan 6. Subjek dipilih secara purposive berdasarkan kesediaan dari subjek dan orang tua subjek

serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi subjek adalah status gizi obesitas (Z-score>+2), tidak menderita penyakit yang dapat mengganggu berjalannya penelitian, tidak sedang ikut kegiatan yang serupa, tidak mengonsumsi suplemen atau obat untuk menurunkan berat badan, dan tidak sedang menjalani diet pengurusan berat badan.

Perhitungan subjek menggunakan rumus Sastroasmoro dan Ismael (2008) dengan α 5% (Zα=1.960), β 80% (Zβ=0.842), standar deviasi (Sd) IMT berdasarkan penelitian Schaefer et al. (2011) sebesar 0.34 dan selisih rata-rata (∆) IMT yang diinginkan yaitu 0.27 sehingga perhitungan subjek adalah sebagai berikut. n>2 Sd2 (Z+Z)22 n>2 (0.34)2 (1.960+0.842)2 0.272 n>2 Sd2 (Z+Z)22 n> 25

Berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah minimum subjek adalah 25, kemudian untuk mengantisipasi kemungkinan adanya drop out, maka subjek ditambahkan agar besar subjek minimal tetap terpenuhi. Pehitungan pertambahan antisipasi drop out menggunakan rumus Sastroasmoro dan Ismael (2008) dengan besar subjek (n) 25, perkiraan proporsi drop out (f) sebesar 15% (Yuliana 2007), maka perhitungan subjek adalah sebagai berikut.

n’ =n (1-f) n’ =25 (1-0.15) n’ = 30

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah subjek yang direkrut dalam penelitian ini adalah 30 siswa setiap kelompok perlakuan. Jumlah ini telah memenuhi syarat untuk dapat mewakili populasi menurut Dick dan Carey (2001).

Pelaksanaan Intervensi

Penelitian ini mengajukan Ethical clearance ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran UNDIP dan RSUP Dr. Kariadi untuk mendapatkan perizinan dalam melakukan intervensi terhadap subjek. Penelitian diawali dengan sosialisasi kegiatan penelitian yang dilakukan ke sekolah-sekolah yang telah dipilih menjadi lokasi penelitian dan pemasangan poster mengenai himbauan gaya hidup sehat. Selanjutnya pengisian inform concent (IC) oleh orang tua dan siswa yang bersedia dan memenuhi kriteria untuk menjadi subjek penelitian. Setelah mendapatkan subjek sesuai dengan jumlah yang diperlukan, kemudian dilakukan pengambilan data baseline menggunakan kuesioner (karakteristik orangtua, karakteristik subjek, kebiasaan konsumsi buah, konsumsi pangan 2x24 jam, aktivitas fisik, dan pengetahuan gizi) dan pengukuran langsung (berat badan, tinggi badan).

Pada penelitian ini dilakukan intervensi pendidikan gizi yang disertai dengan penambahan pemberian buah-buahan dan aktivitas fisik. Intervensi pendidikan gizi dilakukan selama 30 menit setiap seminggu sekali. Materi yang diberikan meliputi 1) pentingnya gizi untuk kesehatan dan prestasi; 2) pentingnya konsumsi buah dan sayur; 3) pentingnya sarapan; 4) pedoman gizi seimbang; dan 5) cemilan, serta setiap minggunya menekankan pada konsumsi buah dan sayur. Pendidikan gizi disampaikan oleh tim peneliti dalam bentuk ceramah dan diskusi dengan menggunakan alat bantu berupa poster, video, dan power point. Keberhasilan pendidikan gizi diukur menggunakan kuesioner dengan memberikan soal yang sama sebanyak 10 pada saat pre dan post intervensi.

Pemberian buah-buahan didasarkan pada penelitian Schroder (2010) bahwa asupan buah-buahan berhubungan signifikan dengan penurunan berat badan dan IMT (r=-0.27 sampai dengan -0.44) dibandingkan dengan sayuran setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan konsumsi zat gizi makro. Pemberian buah-buahan pada penelitian ini dilaksanakan setiap hari sekolah yaitu 5 kali/minggu dengan banyaknya setiap kali pemberian yaitu 1-2 porsi buah. Banyaknya porsi pemberian didasarkan pada kebiasaan konsumsi buah subjek yaitu 1-2 porsi/hari sehingga perlu penambahan untuk memenuhi anjuran sesuai PGS. Adapun jenis buah-buahan yang diberikan didasarkan pada jenis buah-buahan yang sering dikonsumsi subjek yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnare) selama 2 minggu yang lalu yaitu semangka, jeruk, apel, mangga, melon, pisang, jambu, dan pir. Berdasarkan jenis buah-buahan tersebut, kandungan serat yang diberikan berkisar antara 1.5-6.62 g dan dapat memenuhi 5.17-23.64% AKS (Angka Kecukupan Serat).

Pemberian kegiatan aktivitas fisik dilaksanakan selama 30 menit setiap 3 kali/minggu. Kegiatan aktivitas fisik dilakukan di sekolah dalam bentuk permainan seperti permainan sepak bola, handball, aerobik, skipping, permainan tradisional ―galah‖, dan lain-lain. Kegiatan ini diberikan oleh guru olahraga dan tim peneliti yang terlatih. Media yang digunakan berupa alat-alat olahraga, video, dan instruktur. Pengambilan data endline dilakukan menggunakan kuesioner dan pengukuran langsung pada minggu pertama setelah selesai dilakukan intervensi.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik orang tua (pendidikan dan status gizi orang tua), karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat pemberian ASI), pengetahuan gizi, kebiasaan konsumsi buah (jenis, preferensi penyajian, dan frekuensi konsumsi), kebiasaan aktivitas fisik, konsumsi pangan 2x24 jam pada hari libur dan hari sekolah, aktivitas fisik 2x24 jam pada hari libur dan hari sekolah, dan status gizi (berat badan dan tinggi badan). Data sekunder meliputi data mengenai gambaran umum lokasi SDIT yang menjadi tempat penelitian dan jumlah siswa SD di Kota Bogor. Jenis dan cara pengumpulan data secara rinci diuraikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Jenis dan cara pengambilan data

No Variabel Subvariabel Alat dan cara

pengumpulan Pre Post 1 Karakteristik orang tua 1. Pendidikan 2. Status gizi Wawancara menggunakan kuesioner 2 Karakteristik subjek 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Berat badan lahir

4. Riwayat pemberian . ASI Wawancara menggunakan kuesioner 3 Kebiasaan konsumsi buah 1. Jenis buah 2. Preferensi penyajian buah 3. Frekuensi konsumsi buah Wawancara menggunakan kuesioner dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) 4 Konsumsi pangan 2x24 jam

Asupan serat Wawancara

menggunakan

Recall konsumsi pangan 2x24 jam

5 Aktivitas fisik 1. Kebiasaan aktivitas fisik 2. Tingkat aktivitas fisik 3. Rata-rata aktivitas fisik

Wawancara menggunakan Recall aktivitas fisik 2x24 jam 6 Pengetahuan gizi 1. Tingkat pengetahuan gizi

2. Delta pengetahuan gizi

Wawancara menggunakan kuesioner

7 Status gizi 1. Berat badan 2. Tinggi badan

Pengukuran

langsung

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapatkan dari lapangan diolah melalui beberapa tahapan yaitu pembuatan kode untuk entri data, entri data, dan cleaning data menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensia menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows versi 17. Semua variabel data yang didapatkan dikategorikan untuk memudahkan penyajian data dan membaca data. Pengkategorian berbagai variabel dalam penelitian diuraikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Variabel dan kategori penyajian data

No Variabel Kategori

1 Pendidikan orang tua 1. Tidak sekolah

2. Tamat SD atau sederajat 3. Tamat SMP atau sederajat 4. Tamat SMA atau sederajat 5. Tamat PT

Tabel 3 Variabel dan kategori penyajian data (lanjutan)

No Variabel Kategori

2 Status gizi orang tua (IMT) 1. Kurus (IMT<18.5)

2. Normal (IMT≥18.5-<24.9) 3. BB lebih (IMT≥25.0-<27.0) 4. Obesitas (IMT≥27.0) (Balitbangkes 2013) 3 Usia 1. 5-12 tahun 2. 13-15 tahun (Balitbangkes 2013)

4 Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

5 Berat badan lahir 1. < 2500 g

2. 2500-3999 g 3. ≥4000 g

(Balitbangkes 2013) 6 Riwayat pemberian ASI Ekslusif 1. 0-6 bulan hanya ASI

2. 0-6 bulan ASI+MPASI (Balitbangkes 2013)

7 Jenis konsumsi buah 1. Jarang (tidak pernah-3x/minggu) 2. Sering (≥4x/minggu)

(Willers et al. 2008) 8 Preferensi penyajian buah 1. Utuh

2. Jus 3. Salad 4. Sop buah

(Bourdeaudhuij et al. 2008) 9 Frekuensi konsumsi buah 1. Cukup (2-3 porsi/hari)

2. Kurang (1-2 porsi/hari 3. Sangat kurang (≤1 porsi/hari)

(PGS, YIDI)

10 Tingkat aktivitas fisik 1. Ringan (1.40-1.69) 2. Sedang (1.70-1.99) 3. Berat (2.00-2.40) (FAO 2010)

11 Pengetahuan gizi 1. Kurang (<60%)

2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%)

(Khomsan 2000)

12 IMT/U 1. Sangat kurus (Z-score<-3)

2. Kurus (Z-score≥-3 s/d<-2) 3. Normal (Z-score≥-2 s/d≤1) 4. Gemuk (Z-score >+1 s/d ≤+2) 5. Obesitas(Z-score >+2) (Balitbangkes 2013)

Data konsumsi pangan yang diperoleh melalui food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya dalam g (gram) dan dihitung kandungan seratnya menggunakan daftar kandungan serat makanan dari Food composition table for

Indonesia (Fahmida et al. 2013), ASEAN Food composition database (Puwastien 2014), Nutrisurvey for windows (Erhardt 2007), dan Penuntun Diet (Almatsier 2008).

Rumus untuk menghitung jumlah asupan serat pangan yang dikonsumsi yaitu: Ksij = {(Bj/100) x Sij x (BDDj/100)}

Keterangan:

Ksij= Kandungan serat dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan serat dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDD-j = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (% BDD)

Data aktivitas fisik dinyatakan dalam tingkat aktivitas fisik atau Physical

Activity Level (PAL). Cara perhitungan aktivitas fisik menggunakan

rumusFAO/WHO/UNU (2010) yaitu:

PAL = Σ(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)

24 jam

Keterangan:

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Analisis data deskriptif meliputi frekuensi, rata-rata, dan standar deviasi. Analisis data inferensia terdiri dari beberapa analisis yaitu 1) uji Paired t-test untuk menganalisis perubahan pengetahuan gizi, asupan serat, aktivitas fisik, berat badan, dan IMT antara sebelum dan sesudah intervensi pada setiap kelompok perlakuan; 2) uji one-way Anova dan Kruskal Wallis untuk menganalisis perbedaan karakteristik subjek dan orang tua, tingkat pengetahuan gizi, kebiasaan aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi buah, perubahan pengetahuan gizi, asupan serat, aktivitas fisik, berat badan, dan IMT antar kelompok perlakuan; 3) uji Ancova untuk menganalisis pengaruh pemberian buah-buahan dan aktivitas fisik pada intervensi pendidikan gizi terhadap berat badan dan IMT subjek.

Definisi Operasional

Subjek adalah anak usia sekolah yaitu kelas 5 dan 6 yang menjalani pendidikan sekolah dasar di SDIT dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor. Karakteristik subjek adalah data-data subjek yang meliputi usia, jenis kelamin,

berat badan lahir, dan riwayat pemberian ASI Eksklusif.

Karakteristik orang tua adalah data/informasi mengenai orang tua siswa yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan lama pendidikan.

Usia adalah umur pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kg (kilogram) yang diukur

menggunakan timbangan Camry dengan ketelitian 0.1 kg.

Tinggi badan adalah tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan yang diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh siswa berdasarkan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) yang dibedakan menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas (Balitbangkes 2013).

Lama pendidikan orang tua adalah banyaknya (dalam tahun) pendidikan formal yang telah ditamatkan orang tua subjek.

Kebiasaan konsumsi buah adalah mencakup jumlah, jenis, dan frekuensi buah yang dikonsumsi yang diketahui dengan pencatatan makanan (food recall) selama 2x24 jam dan FFQ.

Frekuensi konsumsi buah adalah banyaknya konsumsi buah persatuan waktu tertentu (satu minggu).

Jenis buah yang dikonsumsi adalah jenis buah yang dikonsumsi berdasarkan jenis buah di Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Asupan serat adalah banyaknya serat makanan yang diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari yang dinyatakan dalam g/kapita/hari.

Riwayat pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada subjek ketika umur 0-6 bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air putih, dan makanan padat seperti pisang, bubur, biskuit, dan lain-lain.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan subjek menjawab pertanyaan mengenai gizi. Tingkat aktivitas fisik adalah aktivitas fisik siswa yang dinyatakan dengan nilai

PAL (physical activity level) dan dikategorikan menjadi kegiatan ringan, sedang, dan berat.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 90 siswa obes yang berasal dari kelas 5 dan 6 SDIT Bogor. Jumlah siswa dari masing-masing sekolah sama yaitu 30 siswa obes SDIT Aliya sebagai kelompok A (PG+AF), 30 siswa obes SDIT Insan Kamil sebagai kelompok B (PG+B), dan 30 siswa obes SDIT Ummul Quro’ sebagai kelompok C (PG+AF+B). Sebagian besar subjek (>50%) berjenis kelamin laki-laki baik pada kelompok A, B, maupun C. Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada jenis kelamin subjek antar kelompok perlakuan (p>0.05). Yoshinaga et al. (2004) menemukan hal yang sama yaitu prevalensi obesitas pada anak usia sekolah meningkat lebih tinggi secara signifikan pada laki-laki daripada perempuan. Hal ini diduga karena anak perempuan sudah mulai pubertas, lebih dulu daripada laki-laki, sehingga mulai memperhatikan penampilan dan cenderung mengatur pola makan daripada laki-laki (Karimah 2014). Adapun berdasarkan usianya, mayoritas subjek merupakan siswa yang berada pada rentang usia 10-12 tahun. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada usia subjek antar kelompok perlakuan (p<0.05) (Tabel 4).

Usia anak sekolah merupakan usia yang tepat untuk diterapkannya program-program pembekalan pengetahuan karena berdampak positif pada kehidupan anak selanjutnya (Chien et al. 2012). Pada usia ini, anak mampu berpikir secara logika,

mengklasifikasikan objek sesuai jenisnya, menyusun sesuatu, memahami maksud orang lain, dan mampu menyimpulkan (Santrock 2007). Bergsma et al. (2014) menyampaikan bahwa anak usia sekolah merupakan saat yang tepat untuk diberikan intervensi di kelas untuk mempengaruhi hal-hal yang positif.

Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu

Karakteristik Kelompok A Kelompok B Kelompok C P

n % n % n % Jenis kelamin Laki-laki 16 53.3 19 63.3 22 73.3 0.279 Perempuan 14 46.7 11 36.7 8 26.7 Usia (tahun) 10-12 30 100 30 100 27 90 0.046* 13-15 3 10 Rata-rata±SD 10.5±0.7a 10.9±0.7a 10.6±0.9b

Berat badan lahir

<2500 g 2 6.7 14 46.7 2 6.7

0.000*

2500-3999 g 25 83.3 16 53.3 24 80

≥4000 g 3 10 0 0 4 13.3

Rata-rata±SD 3270±506a 2727±605b 3210±556b

Riwayat pemberian ASI

0-6 bulan hanya ASI 12 40 5 83.3 21 70

0.000*

0-6 bulan ASI+MPASI 18 60 25 16.7 9 30

*

hasil uji signifikan (p<0.05), a,b,c peubah yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda antar perlakuan (p<0.05).

Pada masing-masing kelompok perlakuan, lebih dari 50% subjek memiliki riwayat berat badan lahir normal yaitu pada rentang 2500-3999 g. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada berat badan lahir antar kelompok perlakuan. Subjek pada penelitian ini semuanya berstatus gizi obes. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan He et al. (2000) bahwa faktor risiko signifikan obes pada anak prasekolah di Cina adalah yang memiliki berat badan lahir ≥4 kg. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Parson et al. (2001) yang menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan lebih atau rendah berisiko menjadi obesitas dimasa depan. Oleh karena itu, obesitas pada sebagian besar subjek pada penelitian ini diduga disebabkan oleh faktor lain seperti gaya hidup, konsumsi pangan, dan aktivitas fisik.

Penelitian yang berbeda menyebutkan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki resiko lebih rendah menjadi obes pada anak perempuan yang berusia 4 sampai 5 tahun (OR: 0.50, Cl 95%: 0.32-0.77) dibandingkan dengan berat badan berlebih, namun tidak ada hubungan antara BBLR dengan kejadian obesitas pada laki-laki (OR: 2.42, Cl 95%: 2.06-2.86) (Oldroyd et al. 2010). Penelitian yang dilakukan Vasylyeva et al. (2013) juga menyatakan bahwa hasil analisis antara berat badan lahir dengan risiko obesitas pada kehidupan selanjutnya tidak signifikan. Hasil penelitian terbaru yaitu Rossi dan Vasconceles (2014) menyatakan bahwa berat badan lahir termasuk berat lahir rendah atau prematur, tidak berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas pada anak.

Hasil analisis mengenai riwayat pemberian ASI menunjukkan bahwa pada kelompok A, sebanyak 60% subjek memiliki riwayat memperoleh ASI beserta MPASI selama kurun waktu 0-6 bulan, sedangkan pada kelompok B dan C, lebih dari 70% subjek hanya memperoleh ASI saja pada usia 0-6 bulan. Berdasarkan uji Anova, terdapat perbedaan yang nyata pada riwayat pemberian ASI antar kelompok perlakuan yaitu kelompok A yang berbeda dengan kelompok B dan C.

Bogen et al. (2004) menyebutkan bahwa pemberian ASI pada anak bisa menurunkan resiko obesitas sebesar 0.7% (95% Cl 0.61-0.8). Hasil analisis Weyermann et al. (2006) juga menyatakan bahwa waktu pemberian ASI eksklusif berhubungan negatif dengan kejadian kelebihan berat badan pada anak. Pemberian ASI dalam waktu yang lama dapat mencegah terjadinyaoverweight pada anak. Subjek obes pada kelompok A pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan kedua penelitian tersebut karena sebelum 6 bulan sudah mendapatkan MPASI (tidak ASI eksklusif). Akan tetapi, subjek pada kelompok B dan C sebagian besar memperoleh ASI eksklusif. Oleh karena itu, penyebab obesitas pada sebagian besar subjek penelitian ini diduga tidak hanya disebabkan oleh pemberian ASI eksklusif.

Penelitian mengenai berapa waktu yang tepat dalam menyusui untuk

Dokumen terkait